Bab 7 Daddy Mereka?

by Cinta Laura 16:18,Jul 16,2021
Wajah kecil Kenken terlihat penasaran ketika berjalan ke ruang tamu, ketika melihat ke layar televisi, tanpa sadar matanya membelalak besar.
Anak laki-laki yang mengenakan jas di televisi itu… selain pakaian, seluruhnya sama persis dengannya.
Momo dan Velina yang mendengar teriakan Mimi juga langsung datang ke ruang tamu.
Disana sedang menyiarkan berita siaran langsung Presdir Grup Perusahaan Sumitroyang sedang mencari orang dengan bayaran tinggi.
Dalam hati Velina takut, empat tahun lalu Evan menghamburkan 2 miliar untuk mencari keberadaannya, jangan-jangan kali ini…
Kemudian layar berubah, Alvi yang begitu tampan kembali muncul di layar.
Ini…
Jantung Velina langsung terangkat, dia melangkah dengan cepat ke depan layar televisi dan menatapnya dengan penuh emosional.
Apakah ini putra yang dia tinggalkan untuk Evan ketika itu?
Benar-benar mirip dengan Kenken.
Benar…
Velina mengulurkan tangan menyentuh Alvi yang ada di dalam layar, jarinya tanpa sadar gemetar dan mata berkaca-kaca.
“Mami, kenapa wajahnya mirip dengan Kenken ?” Momo merasa sangat penasaran.
“Mami, kakak ini sepertinya sakit, ayahnya sedang mencari dokter jenius, kasihan sekali.” Mimi mengerjapkan matanya dengan wajah polos.
“Mami, Evan sedang mencari dokter jenius, dan dokter jenius yang dicari Evan adalah Bermoth !”
Bermoth … begitu menyebut nama ini, Kenken langsung melihat kearah Velina.
dokter jenius yang dicari Evan susah payah, itu adalah mami mereka!
Velina seolah tidak mendengar ucapan ketiga anaknya, matanya fokus menatap layar televisi dan mendengarkan Evan menjelaskan kondisi Alvi dengan serius.
Sejak kecil memiliki tubuh yang lemah, mengidap penyakit yang parah, membutuhkan pengobatan segera… beberapa kata ini bagaikan mantra yang berputar dikepalanya!
Alvi, maaf…
Semua salah mami, mami tidak pernah menjalankan kewajiban sebagai seorang ibu, mami bersalah padamu!
Momo tidak paham apa yang terjadi pada Velina ?
maminya selalu sangat hebat, menghajar pencuri dan menggertak brandal, naik ke atap juga bisa memasak, mencari uang untuk menafkahi mereka, meskipun bertemu kesulitan sebesar apapun mami tidak pernah menangis!
Momo melihat kearah Kenken dengan bingung.
Kenken teringat kejadian dirinya yang salah dikenali, sepertinya para pengawal itu salah mengiranya sebagai Alvi ini.
Jangan-jangan…
Alvi adalah saudaranya?
Kalau begitu Evan yang memiliki wajah mirip dengannya juga Alvi, jangan-jangan…
Daddy mereka?
Tanpa sadar Kenken membuka mulut mungilnya, matanya langsung berbinar.
Mimi langsung turun dari kursi, lalu melangkahkan kaki kecilnya kehadapan Velina, mengulurkan tangan mungilnya yang gemuk: “Mami jangan menangis, makan permen, manis!”
Velina tersadar dan mengusap airmatanya segera, dia membungkuk dan memeluk Mimi dalam pelukannya.
“ Mimi dengarkan mami, mami tidak mau makan, Mimi saja yang makan.”
“Mami saja yang makan.”
Mimi membuka matanya yang bulat seperti anggur, lalu menyodorkan permen ke mulut Velina, lalu menjilat dengan lidah sambil tersenyum dengan manis.
Velina melihat Mimi, hatinya terasa begitu hangat, lalu mengulurkan tangan merapikan rambut sebahunya yang berantakan.
Kenken yang disamping memberitahukan rahasia yang baru saja dia temukan pada Momo.
Momo juga sama terkejutnya.
“Apakah yang kamu katakan benar?”
Suaranya yang tiba-tiba meninggi menarik perhatian Velina dan Mimi.
“Kalian berdua kenapa?”
“Tidak apa, mami, aku sedang berdiskusi dengan Momo tentang penyakit Alvi, dia benar-benar sangat kasihan, kami merasa mami seharusnya mempraktekkan kehebatan mami dan menolong umat manusia, dan mengobati penyakitnya!”
Ucapan Kenken ini tepat mengenai apa yang Velina pikirkan.
Tetapi…
Evan begitu membencinya, tidak mungkin dia membiarkannya menemui Alvi !
Ingin masuk ke dalam rumah keluarga Sumitro untuk mengobati Alvi, bagaimana mungkin semudah itu!
Momo yang berada disamping melihat rasa khawatir Velina, dia segera masuk ke dalam kamar, lalu membawa keluar kotak kesayangannya.
“Mami, senjataku boleh mami pakai.”
“Senjata apa?” Mimi mengerjapkan mata bulatnya dan melihat kearah kotak.
Momo meliriknya: “Kamu tidak perlu lihat, sudah pasti bukan coklat permen atau cake.”
Mimi memutar bola matanya dengan tidak senang: “Tentu saja aku tahu, didalam kotakmu itu ada kosmetik yang hanya bisa dipakai oleh orang dewasa, mami tidak perlu menggunakan semua itu juga sudah cantik.”
“Kamu tahu apa, semua ini bisa digunakan untuk keperluan yang lain!”
“Keperluan apa?”
“Tukang makan tidak akan mengerti! Kakakmu ini malas menjelaskan!”
“Karena tidak mengerti makanya bertanya kan.”
Mimi mengerutkan bibirnya dengan sedih.
“Sudah, sudah, kalian berdua jangan bertengkar, Momo, apakah kamu ingin mami berdandan menjadi orang lain, lalu pergi mengobati Alvi ?”
“Benar, mami yang paling pintar!”
Velina melihat beraneka ragam peralatan yang berada dalam kotak kosmetik Momo, matanya menyipit, senyum diwajahnya penuh dengan arti.
Ini memang benar-benar ide yang bagus, dan cara untuk mendekati Alvi yang paling cepat.
Untung saja Tuan memberikannya seorang putri yang sejak kecil sudah memiliki bakat penata rias dunia, sehingga kesulitan dihadapannya bisa terselesaikan.
……
Bisma yang merasa gundah karena sistem perusahaan yang sedang dihack, begitu melihat tayangan Evan yang mencari dokter untuk Alvi, tiba-tiba seperti terpikirkan sesuatu, sehingga segera keluar dari kantor dengan tergesa-gesa.
Setelah 20 menut.
Dia mengetuk pintu Villa Grahania.
Yang membuka pintu adalah seorang Pengurus tua, ketika melihatnya sempat terkejut.
“Kamu mencari Presdir Sumitro ? Dia tidak dirumah.”
Tentu saja dia tahu Evan tidak ada dirumah, justru karena Evan berada di kantor dan tidak dirumah, makanya dia datang.
“Aku tidak mencari Presdir Sumitro, aku datang untuk menemui tuan kecil.”
“Untuk apa kamu mencari tuan kecil ?”
Bisma mengatakan kata ‘menengok’ dengan yakin, lalu berjalan masuk ke dalam.
Kepala pelayan hanya mengikuti dari belakang tanpa banyak bertanya lagi, Bisma bukan orang asing, dia adalah asisten terpercaya Evan, dia juga sering datang ke villa.
Mengatakan datang menengok tuan kecil juga hal yang masuk akal.
Bisma datang ke ruang tamu, Alvi sedang duduk diam di atas sofa dengan wajah tegas, wajahnya yang terlihat begitu dingin, benar-benar seperti miniature Evan.
Dia berdehem, lalu berjalan kedepan Alvi.
“Alvi, Paman Bisma datang melihatmu.”
Alvi menoleh, lalu mengamatinya dari atas sampai bawah, lalu bertanya dengan datar: “Bagus tidak?”
Heee…
“Bagus, Alvi sangat tampan!” Bisma mengacungkan dua jempol padanya.
Alvi meliriknya dengan malas, lalu menoleh: “Kamu sudah boleh pergi.”
tuan kecil ini sedang mengusir tamu?
Bisma tercengang, kemudian tersenyum lebar: “ Alvi, paman masih ada urusan lain.”
“Kalau begitu jangan bertele-tele!”
Meskipun usia Alvi masih kecil, namun kedua matanya yang tajam bagaikan bisa menembus hati orang.
Tiba-tiba Bisma merasa yang dia hadapi ini bukan anak yang masih berusia beberapa tahun, melainkan Evan sang presdir arogan nan dingin,
“Baiklah, kalau begitu paman to the point saja, Alvi, katanya hacker terhebat di dunia Vladimir, pernah mengajarimu langsung bagaimana membuka sandi berbagai macam sistem, benarkah?”
Alvi meliriknya dengan tidak sabar.
Bisma menyadarinya, baiklah, dia masih kurang to the point, tidak akan bertele-tele lagi!
“ Alvi, apakah kamu bisa membantu paman? Perusahaan sedang bermasalah dengan hacker, semua sistem di hack, ini merupakan urusan yang teramat dan sangat penting, berhubungan dengan keuntungan Presdir Sumitro juga kamu.”
“Keuntungan?” Alvi tersenyum dingin, lalu berdiri dan berjalan ke kamar.
Gayanya yang melihat keuntungan bagaikan tanah tidak berguna, sungguh membuat Bisma terkejut.
“ Alvi, kamu tidak mempedulikan keuntungan perusahaan, kalau begitu apa yang kamu pedulikan?”
Bamm____
Yang menjawab Bisma adalah suara pintu yang ditutup tanpa berperasaan.

Download APP, continue reading

Chapters

547