Bab 9 Ikuti Dia!
by Cinta Laura
16:18,Jul 16,2021
Diluar villa.
Perasaan Velina begitu tidak tenang, dia mengumpulkan keberanian untuk menekan bel.
Kemudian berusaha keras menyemangati dirinya, wajah yang didandani Momo ini benar-benar jauh berbeda dengan sebelumnya, pasti tidak akan ketahuan.
Benar, tenanga, tenang!
Pintu terbuka, Pengurus tua mengamatinya dari atas sampai bawah, ketika matanya melihat kotak medis, dia langsung paham,
“Anda adalah dokter jenius yang datang untuk mengobati tuan kecil ?”
“Benar!”
“Silahkan ikut dengan saya, Tuan muda kami sedang menunggu anda.”
Berjalan masuk kedalam villa mengikuti Pengurus tua di belakang, Velina mengamati pemandangan di sekitar villa, memang benar Keluarga Sumitro, seluruh fasilitas juga desainnya penuh dengan aura arogan dan elegan.
Di ruang tamu, ketika melihat wajah Evan yang dingin itu, jantung Velina langsung berdetak kencang.
“Kamu adalah dokter jenius Bermoth ?” Evan mengamatinya dengan matanya yang tajam.
“Benar.” Velina mengepalkan tangannya dengan erat, berusaha keras untuk tenang dan menatap matanya.
Setelah sesaat, Evan berkata dengan tenang: “Kamu bisa memulai pengobatannya.”
Kali ini dia baru benar-benar merasa lega, dalam hati merasa, pasti dandanan Momo ini terlalu meyakinkan, Evan hanya akan menatap wanita cantik, bagaimana mungkin menatap wanita jelek berwajah cacat.
“ dokter jenius, silahkan ikut denganku.”
Dekorasi kamar Alvi begitu nyaman dan cerah, namun tidak mengurangi kesan elegan, sungguh sesuai dengan imagenya sebagai pangeran keluarga Sumitro, membuat Velina merasa lega.
Melihat Alvi yang berbaring di ranjang dengan wajah pucat, hatinya sungguh merasa sedih.
“ dokter jenius, ini adalah tuan kecil kami, cepatlah periksa, bagaimana cara menyembuhkan penyakit tuan kecil kami?”
Velina mengangguk, lalu mendekat segera, membungkuk, menyentuh kepala Alvi.
Alvi membuka matanya, melihat Velina yang ada dihadapannya, tiba-tiba mengkerutkan alisnya.
mami dan anak saling bertatapan, membuat perasaan Velina begitu campur aduk.
Perasaan pahit dan perih yang sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata.
“ tuan kecil, anda merasa bagian mana yang tidak enak?”
“Siapa kamu?” Alvi hanya menatapnya.
Wanita yang datang ke villa ini semuanya berdandan tebal, namun tante ini hanya berdandan dengan sederhana.
Bahkan, di pipi kirinya ada sebuah tanda lahir merah sebesar kuku.
Meskipun tidak cantik, namun membuatnya merasakan perasaan aneh yang berbeda.
“Aku adalah dokter, datang untuk mengobatimu.”
Velina berkata sambil memeriksa nadinya perlahan, dan ekspresinya menjadi semakin tegang.
Usia yang masih begitu muda, namun hawa dingin dalam tubuhnya sudah begitu kuat, pencernaannya tidak bagus, paru-parunya juga tidak baik.
“ dokter jenius, tuan kecil kami barusan muntah darah lagi, sebenarnya ada apa?”
“Fisiknya lemah, biasanya muntah darah berhubungan dengan saluran nafas dan saluran pencernaannya, Muntah darah yang terjadi tadi, itu karena pencernaannya, harus sangat memperhatikan makanannya, aku akan membelikannya treatment akupuntur terlebih dahulu, lalu aku akan membuatkan resep, semuanya harus diperbaiki sesuai dengan cara yang kuberikan!”
“Baik!”
Pengurus tua baru mengiyakan, langsung terdengar suara Alvi yang mengamuk.
“Aku tidak mau diakupuntur, aku tidak mau diobati, aku tidak sakit!”
“ tuan kecil, ini adalah dokter jenius, anda harus mendengarkannya…”
“Aku tidak mau! Suruh dia pergi!”
Evan yang berada diruang tamu mendengar suara putranya yang berteriak, langsung datang dengan cepat.
“ Alvi, bersikaplah yang baik!” dalam nada bicaranya yang penuh perintah itu terdengar perasaan tidak tega yang sulit untuk ditutupi.
Velina meliriknya, lalu membawa jarum yang panjang juga halus ke hadapan Alvi.
Belum bertindak, Alvi sudah mengamuk lagi.
“Aku tidak sakit, aku tidak mau ditusuk! Aku tidak mau!”
“ Alvi ! Tidak boleh membuat kermaitan!”
Tiba-tiba Evan membentak, Alvi yang sekujur tubuhnya sedang tidak enak langsung menangis, “Aku mau mami, aku mau mami…”
Mendengar Alvi menginginkan mami, hati Velina bagaikan diremas oleh tangan yang tidak terlihat, terasa sakit sampai wajahnya berubah.
Alvi begitu merindukannya, dia malah… dia sungguh ingin memeluk Alvi dalam pelukannya, menghapus airmata di wajah kecilnya.
“ Alvi …”
Dia refleks akan mengulurkan tangan untuk memeluk Alvi.
Dia sudah mendengar Evan membentak dengan nada yang dingin: “Aku sudah bilang! mamimu sudah mati! Kelak tidak boleh mengungkit wanita ini lagi!”
Sudah… mati…”
Evan mengatakan pada Alvi bahwa dia sudah mati?
Bajingan!!
Kamu yang sudah mati!!
“Tidak, kamu bohong, mami belum mati!”
Begitu membicarakan Velina, Evan bagaikan seekor singa yang mengamuk, aura arogan yang berbahaya terpancar dari tubuhnya.
“Kalau aku bilang sudah mati ya sudah mati! Alvi, sebaiknya kamu bekerjasama dengan baik, kalau tidak…”
“Bagaimana kamu bisa bicara seperti itu pada anak-anak! Aku merasa semua penyakit di tubuhnya ini karena kamu tidak menjaganya dengan baik! Bagaimana bisa ada ayah sepertimu!”
Ucapannya dipotong, bahkan dibentak balik, kondisi seperti ini sungguh membuat Evan begitu terkejut.
Menyadari kalau dirinya terlalu emosional tadi, Velina menundukkan kepala, berusaha menenangkan emosinya: “Maksudku adalah, anak ini masih kecil, seharusnya anda bicara baik-baik dengannya.”
“Suaramu barusan…”
“Tadi aku terlalu emosional, ketika seseorang emosi, suaranya akan terdengar sedikit berbeda.”
Velina berusaha menjelaskan, menghadapi tatapan Evan tang penuh curiga, membuatnya menjadi waswas.
“Presdir Sumitro, anda jangan melupakan persyaratan yang kita sepakati! Aku adalah dokter, prosedur pengobatan semua mengikuti apa yang kukatakan, anda tidak boleh ikut campur, silahkan keluar!”
Evan mengamati dokter jenius yang ada dihadapannya dengan seksama, tadi dia merasa suaranya agak aneh, kali ini merasa ekspresinya… tidak, bahkan seluruhnya terasa agak aneh.
Apakah ada masalah?
Melihatnya tetap tidak beranjak, Velina segera memburu: “Mohon kerjasamanya!”
Evan pergi tanpa suara, namun perasaan curiga dalam hatinya tetap tidak sirna.
Velina melihat Alvi yang menangis dengan sedih, mulai menenangkannya dengan ramah.
“ Alvi adalah pria sejati, tidak boleh cengeng.”
Alvi meliriknya dengan tidak senang, lalu mengusap kering airmatanya.
Selain merindukan maminya, dia sama sekali tidak pernah menangis.
Velina menenangkannya dengan sabar, cara lembut dan kasar semua dicoba, Alvi baru bersedia menjalani akupuntur.
“Sakit tidak?”
Alvi menggelenkan wajahnya yang tegang.
Mata Velina berkaca-kaca, bagaiman mungkin tidak sakit, tadi anak ini menangis begitu kencang, sekarang jarumnya benar-benar ditusukkan ditubuhnya, namun dia malah menahannya sampai seperti ini.
“ Alvi hebat sekali!”
“Tentu saja!”
Mendengar perlawanan Alvi, Velina mengulurkan tangan untuk mengusap kepalanya.
Alvi sangat membenci sentuhan orang lain, namun ketika Velina menyentuhnya, dia malah dengan anehnya tidak ingin membentaknya.
“ Alvi, kelak harus makan teratur, jangan memakan makanan yang mengganggu pencernaan, dan juga…”
“Sudah, kamu sangat cerewet!”
Melihat Alvi tidak ingin mendengar, Velina tidak bicara lagi, Benar juga, daripada bicara padanya lebih baik bicara pada Evan.
Setelah keluar dari kamar, Velina sengaja meresepkan makanan juga obat-obatan dan menyuruh kepala pelayan memperhatikan list makanan yang dia tulis di resep.
“ dokter jenius, aku sudah mencatatnya.” Jawab kepala pelayan.
“Baiklah, kalau begitu besok aku akan datang lagi.”
Setelah Velina mengatakannya, terdengar suara Evan dari belakang.
“ Alvi harus menjalani akupuntur setiap hari?”
Velina tercengang: “Besok saya akan datang untuk melihat kondisinya, perlu atau tidak saya tidak bisa memastikannya sekarang.”
Evan menatapnya cukup lama baru melontarkan satu kata.
“…… baiklah.”
“Kalau begitu saya pamit dulu!”
Melihatnya pergi, tatapan Evan langsung menjadi serius, lalu memberi perintah pada pengawal disamping.
“Ikuti dia!”
“Baik, Tuan muda!”
Perasaan Velina begitu tidak tenang, dia mengumpulkan keberanian untuk menekan bel.
Kemudian berusaha keras menyemangati dirinya, wajah yang didandani Momo ini benar-benar jauh berbeda dengan sebelumnya, pasti tidak akan ketahuan.
Benar, tenanga, tenang!
Pintu terbuka, Pengurus tua mengamatinya dari atas sampai bawah, ketika matanya melihat kotak medis, dia langsung paham,
“Anda adalah dokter jenius yang datang untuk mengobati tuan kecil ?”
“Benar!”
“Silahkan ikut dengan saya, Tuan muda kami sedang menunggu anda.”
Berjalan masuk kedalam villa mengikuti Pengurus tua di belakang, Velina mengamati pemandangan di sekitar villa, memang benar Keluarga Sumitro, seluruh fasilitas juga desainnya penuh dengan aura arogan dan elegan.
Di ruang tamu, ketika melihat wajah Evan yang dingin itu, jantung Velina langsung berdetak kencang.
“Kamu adalah dokter jenius Bermoth ?” Evan mengamatinya dengan matanya yang tajam.
“Benar.” Velina mengepalkan tangannya dengan erat, berusaha keras untuk tenang dan menatap matanya.
Setelah sesaat, Evan berkata dengan tenang: “Kamu bisa memulai pengobatannya.”
Kali ini dia baru benar-benar merasa lega, dalam hati merasa, pasti dandanan Momo ini terlalu meyakinkan, Evan hanya akan menatap wanita cantik, bagaimana mungkin menatap wanita jelek berwajah cacat.
“ dokter jenius, silahkan ikut denganku.”
Dekorasi kamar Alvi begitu nyaman dan cerah, namun tidak mengurangi kesan elegan, sungguh sesuai dengan imagenya sebagai pangeran keluarga Sumitro, membuat Velina merasa lega.
Melihat Alvi yang berbaring di ranjang dengan wajah pucat, hatinya sungguh merasa sedih.
“ dokter jenius, ini adalah tuan kecil kami, cepatlah periksa, bagaimana cara menyembuhkan penyakit tuan kecil kami?”
Velina mengangguk, lalu mendekat segera, membungkuk, menyentuh kepala Alvi.
Alvi membuka matanya, melihat Velina yang ada dihadapannya, tiba-tiba mengkerutkan alisnya.
mami dan anak saling bertatapan, membuat perasaan Velina begitu campur aduk.
Perasaan pahit dan perih yang sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata.
“ tuan kecil, anda merasa bagian mana yang tidak enak?”
“Siapa kamu?” Alvi hanya menatapnya.
Wanita yang datang ke villa ini semuanya berdandan tebal, namun tante ini hanya berdandan dengan sederhana.
Bahkan, di pipi kirinya ada sebuah tanda lahir merah sebesar kuku.
Meskipun tidak cantik, namun membuatnya merasakan perasaan aneh yang berbeda.
“Aku adalah dokter, datang untuk mengobatimu.”
Velina berkata sambil memeriksa nadinya perlahan, dan ekspresinya menjadi semakin tegang.
Usia yang masih begitu muda, namun hawa dingin dalam tubuhnya sudah begitu kuat, pencernaannya tidak bagus, paru-parunya juga tidak baik.
“ dokter jenius, tuan kecil kami barusan muntah darah lagi, sebenarnya ada apa?”
“Fisiknya lemah, biasanya muntah darah berhubungan dengan saluran nafas dan saluran pencernaannya, Muntah darah yang terjadi tadi, itu karena pencernaannya, harus sangat memperhatikan makanannya, aku akan membelikannya treatment akupuntur terlebih dahulu, lalu aku akan membuatkan resep, semuanya harus diperbaiki sesuai dengan cara yang kuberikan!”
“Baik!”
Pengurus tua baru mengiyakan, langsung terdengar suara Alvi yang mengamuk.
“Aku tidak mau diakupuntur, aku tidak mau diobati, aku tidak sakit!”
“ tuan kecil, ini adalah dokter jenius, anda harus mendengarkannya…”
“Aku tidak mau! Suruh dia pergi!”
Evan yang berada diruang tamu mendengar suara putranya yang berteriak, langsung datang dengan cepat.
“ Alvi, bersikaplah yang baik!” dalam nada bicaranya yang penuh perintah itu terdengar perasaan tidak tega yang sulit untuk ditutupi.
Velina meliriknya, lalu membawa jarum yang panjang juga halus ke hadapan Alvi.
Belum bertindak, Alvi sudah mengamuk lagi.
“Aku tidak sakit, aku tidak mau ditusuk! Aku tidak mau!”
“ Alvi ! Tidak boleh membuat kermaitan!”
Tiba-tiba Evan membentak, Alvi yang sekujur tubuhnya sedang tidak enak langsung menangis, “Aku mau mami, aku mau mami…”
Mendengar Alvi menginginkan mami, hati Velina bagaikan diremas oleh tangan yang tidak terlihat, terasa sakit sampai wajahnya berubah.
Alvi begitu merindukannya, dia malah… dia sungguh ingin memeluk Alvi dalam pelukannya, menghapus airmata di wajah kecilnya.
“ Alvi …”
Dia refleks akan mengulurkan tangan untuk memeluk Alvi.
Dia sudah mendengar Evan membentak dengan nada yang dingin: “Aku sudah bilang! mamimu sudah mati! Kelak tidak boleh mengungkit wanita ini lagi!”
Sudah… mati…”
Evan mengatakan pada Alvi bahwa dia sudah mati?
Bajingan!!
Kamu yang sudah mati!!
“Tidak, kamu bohong, mami belum mati!”
Begitu membicarakan Velina, Evan bagaikan seekor singa yang mengamuk, aura arogan yang berbahaya terpancar dari tubuhnya.
“Kalau aku bilang sudah mati ya sudah mati! Alvi, sebaiknya kamu bekerjasama dengan baik, kalau tidak…”
“Bagaimana kamu bisa bicara seperti itu pada anak-anak! Aku merasa semua penyakit di tubuhnya ini karena kamu tidak menjaganya dengan baik! Bagaimana bisa ada ayah sepertimu!”
Ucapannya dipotong, bahkan dibentak balik, kondisi seperti ini sungguh membuat Evan begitu terkejut.
Menyadari kalau dirinya terlalu emosional tadi, Velina menundukkan kepala, berusaha menenangkan emosinya: “Maksudku adalah, anak ini masih kecil, seharusnya anda bicara baik-baik dengannya.”
“Suaramu barusan…”
“Tadi aku terlalu emosional, ketika seseorang emosi, suaranya akan terdengar sedikit berbeda.”
Velina berusaha menjelaskan, menghadapi tatapan Evan tang penuh curiga, membuatnya menjadi waswas.
“Presdir Sumitro, anda jangan melupakan persyaratan yang kita sepakati! Aku adalah dokter, prosedur pengobatan semua mengikuti apa yang kukatakan, anda tidak boleh ikut campur, silahkan keluar!”
Evan mengamati dokter jenius yang ada dihadapannya dengan seksama, tadi dia merasa suaranya agak aneh, kali ini merasa ekspresinya… tidak, bahkan seluruhnya terasa agak aneh.
Apakah ada masalah?
Melihatnya tetap tidak beranjak, Velina segera memburu: “Mohon kerjasamanya!”
Evan pergi tanpa suara, namun perasaan curiga dalam hatinya tetap tidak sirna.
Velina melihat Alvi yang menangis dengan sedih, mulai menenangkannya dengan ramah.
“ Alvi adalah pria sejati, tidak boleh cengeng.”
Alvi meliriknya dengan tidak senang, lalu mengusap kering airmatanya.
Selain merindukan maminya, dia sama sekali tidak pernah menangis.
Velina menenangkannya dengan sabar, cara lembut dan kasar semua dicoba, Alvi baru bersedia menjalani akupuntur.
“Sakit tidak?”
Alvi menggelenkan wajahnya yang tegang.
Mata Velina berkaca-kaca, bagaiman mungkin tidak sakit, tadi anak ini menangis begitu kencang, sekarang jarumnya benar-benar ditusukkan ditubuhnya, namun dia malah menahannya sampai seperti ini.
“ Alvi hebat sekali!”
“Tentu saja!”
Mendengar perlawanan Alvi, Velina mengulurkan tangan untuk mengusap kepalanya.
Alvi sangat membenci sentuhan orang lain, namun ketika Velina menyentuhnya, dia malah dengan anehnya tidak ingin membentaknya.
“ Alvi, kelak harus makan teratur, jangan memakan makanan yang mengganggu pencernaan, dan juga…”
“Sudah, kamu sangat cerewet!”
Melihat Alvi tidak ingin mendengar, Velina tidak bicara lagi, Benar juga, daripada bicara padanya lebih baik bicara pada Evan.
Setelah keluar dari kamar, Velina sengaja meresepkan makanan juga obat-obatan dan menyuruh kepala pelayan memperhatikan list makanan yang dia tulis di resep.
“ dokter jenius, aku sudah mencatatnya.” Jawab kepala pelayan.
“Baiklah, kalau begitu besok aku akan datang lagi.”
Setelah Velina mengatakannya, terdengar suara Evan dari belakang.
“ Alvi harus menjalani akupuntur setiap hari?”
Velina tercengang: “Besok saya akan datang untuk melihat kondisinya, perlu atau tidak saya tidak bisa memastikannya sekarang.”
Evan menatapnya cukup lama baru melontarkan satu kata.
“…… baiklah.”
“Kalau begitu saya pamit dulu!”
Melihatnya pergi, tatapan Evan langsung menjadi serius, lalu memberi perintah pada pengawal disamping.
“Ikuti dia!”
“Baik, Tuan muda!”
Xi'an Perfect Planet Internet Technology Co., Ltd. (西安完美星球网络科技有限公司) © 2020 www.readmeapps.com All rights reserved