Bab 5 Tuan kecil Asli Dan Palsu

by Cinta Laura 16:18,Jul 16,2021
Villa Grahania.
Rolls Royce berwarna perak masuk perlahan, kedua sisi berdiri dua baris pelayan yang memberi hormat.
“Tuan muda!”
Bamm, pintu mobil ditutup dengan kencang, Evan membawa dua kotak cake yang sudah dibungkus dan naik ke atas dengan tergesa-gesa.
“Bagaimana Alvi ?” dia bertanya kepada kepala pelayan dengan nada dingin.
“Barusan muntah darah lagi…” suara Pengurus tua terdengar bergetar.
“Obatnya? Sudah minum?”
Kepala pelayan menghela nafas, “Ditumpahkan tuan kecil lagi.”
Langkah Evan terhenti, alisnya yang tebal terangakat, “Baiklah, aku sudah tahu.”
Setelah naik, kamar Alvi terkunci dari dalam, Evan mencoba membukanya, namun tidak bisa dibuka.
“Aku tidak mau minum obat!” terdengar suara protes dari seorang anak didalam sana.
“ Alvi, buka pintunya, ini ayah!”
Evan memburu dengan nada dingin, wibawa yang terpancar dari tubuhnya membuat orang tidak bisa menahannya.
Didalam sama sekali tidak ada pergerakan.
Dan dengan cepat, terdengar suara pintu terbuka.
Seorang anak laki-laki yang memiliki wajah yang tampan bak boneka, dengan mata memerah berdiri dengan wajah sedih di depan pintu, mengangkat wajahnya yang pucat menatap Evan.
“Ayah, aku tidak mau minum obat.”
“ Alvi dengarkan ayah, kalau sakit, minum obat baru bisa sembuh.” Evan mengusap kepala Alvi.
Dan hanya terhadap putranya ini saja, Evan yang selalu bersikap dingin dan kejam bisa memperlihatkan kesabaran juga kehangatan yang jarang dia perlihatkan.
“Aku tidak mau minum obat! Pokoknya tidak mau minum obat! Aku tidak sakit!”
Alvi tiba-tiba panik, lalu mendorong tangan Evan, wajahnya penuh dengan penolakan, bagaikan seekor harimau kecil yang sedang mengamuk.
“ Alvi, apa yang kamu mau sebenarnya!” Evan benar-benar marah.
Kedua mata Alvi yang bulat bagaikan anggur itu seketika kembali memerah, bibirnya bergetar, “Aku ingin mami.”
mami?
Evan seketika teringat wanita bodoh yang pura-pura bodoh itu!
Empat tahun lalu, wanita itu menggunakan kematian karena kecelakaan sebagai alasan, mengirimkan Alvi yang masih merah ke keluarga Sumitro dengan kejam, namun kenyataannya, selama empat tahun ini dia hidup dengan sangat baik!
Namun Alvi malah mengidap banyak penyakit, dan harus tersiksa karena haus akan kasih sayang mami!
Brengsek! Wanita sialan itu sama sekali tidak pantas menjadi seorang ibu!
Evan menjawabnya dengan tegas, “ Alvi, kukatakan sekali lagi, mamimu sudah mati, kamu hanya punya ayah!”
“Aku tidak mau dengar, tidak mau dengar, ayah bohong, ayah hanya bisa membohongiku!” tangan kecil Alvi menutupi telinganya dengan wajah dipenuhi amarah.
Alvi langsung menutup pintu dengan keras, lalu menguncinya dari dalam lagi.
“Tuan muda, bagaimana pun tuan kecil masih anak-anak……”
Ucap kepala pelayan dengan hati-hati…
“Siang ini simpan semua Lego juga tabletnya, biar dia introspeksi diri!”
Evan berbalik dengan wajah tegas lalu pergi, namun belum berjalan dua langkah, dia tiba-tiba menghentikan langkahnya, “Lalu, beritahu orang dapur, terus masak obatnya!”
……
Didepan Bar Alvi,mata Kenken yang hitam bagaikan permata menatap bar yang berkelap kelip.
Lalu mencocokkannya dengan GPS yang terpasang di pergelangan tangannya, tidak salah lagi, mami ada disini.
Ini adalah pertama kalinya Kenken datang ke tempat ini, begitu masuk ke lobby, dia langsung melihat pria dan wanita yang berada diatas panggung bergoyang mengikuti iringan musik, bagaikan sekelompok iblis yang sedang menari.
Suara musik yang keras memekakkan telinga, suasana yang kacau membuat kepalanya terasa sakit.
Dia tidak berhenti lama, melainkan langsung berjalan ke ruang VIP yang ada dibelakang.
Posisi mami ada diarea belakang.
Namun melihat kamar yang terlihat sama, Kenken terlihat kesulitan, begitu banyak kamar, bagaimana caranya mencari mami?
Tepat ketika alis kecilnya sedang mengkerut, tiba-tiba terdengar suara di belakangnya,
“ tuan kecil, kenapa anda datang kemari?”
Kenken menoleh, mengangkat wajahnya, melihat pria berbaju hitam dihadapannya dengan wajah bingung, dia sedang bicara dengannya?
tuan kecil ?
Sedang memanggilnya?
Melihatnya tidak menjawab, pria itu menurunkan tubuhnya dan bertanya dengan hormat: “ tuan kecil, apakah anda datang untuk mencari Presdir Sumitro ? Presdir Sumitro baru saja pergi!”
Presdir Sumitro ….
Kedengarannya sangat hebat.
Bola mata Kenken memutar, lagipula dia tidak tahu harus bagaimana menemukan mami, lebih baik…
Dia berdehem, lalu memasang gaya seperti seorang pimpinan.
“Presdir Sumitro kalian yang menyuruhku datang!”
Presdir Sumitro kalian?
Hee, memang benar pangeran kecil keluarga Sumitro, panggilan yang begitu khusus, mungkin hanya tuan kecil yang bisa terpikirkan.
Namun pria ini tetap sengaja menegaskan: “ tuan kecil, ayah anda, Presdir Sumitro kami, memintamu datang untuk apa?”
Dalam hati Kenken merasa begitu senang, lalu mengangguk seolah tidak terjadi apapun, bahkan mengganti panggilan dengan cerdik.
“Ah, iya, ayah menyuruhku datang menemui seorang wanita.”
Memanggil ayah, terdengar jauh lebih enak didengar.
Pria itu langsung mengerti: “Wanita? Apakah wanita yang diperintahkan Presdir Sumitro untuk dijaga sebelum dia pergi itu? Yang tidak boleh dibiarkan pergi meskipun selangkah itu?”
Ekspresi wajah Kenken langsung menjadi tegas, pantas saja mami tidak kembali padahal sudah begitu lama, ternyata dia dikurung disini oleh psikopat yang bernama Presdir Sumitro itu disini!
Tangan kecilnya diam-diam mengepal, mami, tunggu aku, Kenken akan menolongmu keluar!
“Benar, dia orangnya, bawa aku menemuinya.”
“Baiklah, tuan kecil silahkan ikut denganku!”
Kenken datang ke depan kamar dimana Velina dikurung, tangan kecilnya dilambaikan, “Buka pintunya!”
Beberapa pengawal saling bertatapan dengan ragu.
“ tuan kecil, Presdir Sumitro sempat berpesan, wanita ini…”
“Ayahku yang memintaku untuk membawa wanita ini pergi! Kalian berani tidak mendengar apa yang ayahku katakan?”
“Ini…”
Pengawal merasa kesulitan, juga merasa aneh, bagaimana bisa Presdir Sumitro menyuruh tuan kecil membawa pergi wanita ini seorang diri?
Dan lagi, tuan kecil ini biasanya jarang bicara, bertanya 10 kata belum tentu ada satu kata yang dijawab adalah hal yang wajar, bahkan bertanya dua puluh kata dijawab satu saja itu sudah merupakan penghargaan yang besar, namun hari ini sebaliknya!
Karena berhati-hati, seorang pengawal memberi saran: “ tuan kecil, aku merasa sebaiknya anda mengubungi Presdir Sumitro terlebih dahulu, tanya dulu, apakah kamu perlu mengirim orang untuk mengantar anda dan wanita ini kembali.”
Ucapan ini membuat Kenken langsung panik.
Kalau sampai menelepon, maka semua akan terbongkar, bagaimana mungkin menolong mami?
“Ayahku ingin menemuinya segera, kalau sampai tertunda, aku akan memberitahu ayahku, kalian tidak mendengarkan perintahnya, sengaja mempersulitku, dan pada saat itu, kalian pasti akan dalam masalah besar!”
Mereka sengaja mempersulitnya?
Ini….
Semua orang tahu, tuan kecil adalah anak emas dikeluarga Sumitro, meskipun mereka punya sepuluh nyali juga tidak akan berani mempersulitnya!
Kalau tuan kecil benar-benar mengadu, mereka tidak berani membayangkan hukuman apa yang akan diberikan, berdasarkan sifat Presdir Sumitro yang memanjakan anaknya.
Dibawah tekanan kekuasaan, mereka memutuskan untuk melakukan apa yang tuan kecil katakan!
Pintu tiba-tiba terbuka, menarik perhatian Velina yang sedang mondar mandir dengan cemas.
Melihat Kenken yang sedang berdiri di depan pintu, wajahnya terlihat keheranan.
Kenken takut reaksi maminya membuat rencananya menjadi kacau, sehingga segera berkata.
“Hei! Ayahku ingin bertemu denganmu, cepat ikut denganku!”
Setelah mengatakan ini, Kenken sengaja mengedipkan mata kearah Velina untuk memberikan isyarat.
Awalnya Velina sempat dibuat terkejut oleh ucapannya, namun setelah melihat isyarat yang diberikan, dia langsung mengerti.
Kenken sekarang… sedang menyelamatkannya?
Melihat tubuh maminya yang basah kuyup, alis Kenken langsung mengkerut.
Berani mengurung maminya dan membuatnya begitu berantakan, dia akan mengingat dendam ini!
Nanti setelah pergi dari sini, dia akan mengembalikannya berkali lipat!
“Cepat ikut denganku! Jangan berlama-lama!”
Setelah jiabao memburunya, dia langsung berbalik dan berjalan keluar, Velina juga segera ikut dibelakangnya!
Melihat mereka berdua pergi, para pengawal merasa ada yang aneh, namun tidak tahu dimana anehnya.
Setelah saling bertatapan, akhirnya mendapatkan sebuah kesimpulan.
Sifat tuan kecil selali aneh, dan hal yang mereka temui memang benar-benar aneh tidak seperti biasanya!
Setelah keluar dari Bar Alvi, Velina akhirnya lega sepenuhnya, dia baru ingin bertanya pada Kenken, namun sudah dihentikan oleh gerakan tangan Kenken yang menyuruhnya diam.
Matanya yang besar penuh dengan kewaspadaan.
Seketika Velina merasa, kalau hari ini putranya yang berada diposisinya, berdasarkan kecerdikan dan juga kepintaran putranya, tidak mungkin jatuh ke tangan Evan.
Haih~ semua karena dia tidak beruntung, atau kurang pintar?

Download APP, continue reading

Chapters

547