Bab 10 Ternyata Kamu!

by Cinta Laura 16:18,Jul 16,2021
Setelah keluar dari villa keluarga Sumitro, Velina sengaja pergi ke toko dessert untuk membeli cheesecake dan chocolate cake untuk dibawa pulang ke area Gardenia.
Melihat mami pulang dengan selamat, akhirnnya jantung beberapa anaknya ini bisa menjadi tenang.
“Mami, apakah kamu ketahuan?”
“Tidak!”
“aku sudah mengatakan kalau kemampuan meriasku sangat hebat, sudah sampai level yang paling tinggi, tidak mungkin bisa dikenali.”
Momo berkata dengan sombong dan kepala mendongak tinggi.
Velina mengusap kepalanya dan mengacungkan jempol padanya, “ Momo kita memang paling hebat!”
“Mami, apakah ini cake untukku?” Mimi menatap kotak dessert yang ada ditangan Velina, kedua matanya bersinar dan terlihat penuh panantian.
“Benar, semua ini kesukaan Mimi kita.”
“Terima kaskih mami.”
Mimi menerima kotak dan meletakkannya di meja dengan senang lalu membukanya.
“Makan terus, hanya tahu makan saja!”
“Aku yang makan aku senang!” Mimi memutar matanya dan berkata, “Daripada kamu dari siang sampai malam memainkan riasan topengmu!”
“Aku, aku jadi cantik aku senang! Kamu cepat atau lambat akan menggendut seperti babi!”
“Kau…”
“Sudahlah Momo, bantu mami membersihkan make upnya dulu ya.”
Melihat kedua anaknya ini bertengkar lagi, Velina segera menarik Momo yang sedang menahan amarah ke kamar mandi.
Kenken yang berada disamping hanya bisa menghela nafas dengan alis mengkerut, katanya tiga wanita bersama sudah bisa membuat pertunjukkan setiap harinya, mana perlu tiga, dikeluarganya cukup dua orang wanita saja setiap harinya sudah menggelar pertunjukkan yang begitu spektakuler.
Haihh…
……
Villa Grahania.
Evan melihat lokasi GPS di layar ponselnya, tatapan matanya langsung menjadi tajam.
“Presdir Sumitro, ini adalah titik lokasi orang yang merusak sistem komputer di perusahaan, Daerah Gardenia, gedung Barat nomer 108 Sumitro.”
Bisma baru saja mengatakannya, pengawal yang mengawasi Velina berjalan masuk.
“Presdir Sumitro, orang yang ingin dibuntuti, terakhir masuk ke Area Gardenia, dan alamat yang didapatkan adalah gedung Barat nomer 108 Sumitro.”
Bisma merasa aneh, alamatnya sama persis dengan orang yang meretas sistem di perusahaan.
Bagaimana bisa begitu kebetulan?
Wajah Evan langsung berubah sedingin es, tangannya perlahan mengepal erat.
Orang yang merusak sistem di perusahaan, meninggalkan makian yang ditujukan padanya…
“ Bermoth ” dokter jenius ……
Bagus sekali!
Bisma dan pengawal saling bertatapan, jelas sekali bisa merasakan aura dingin yang terpancar dari tubuh Evan.
Perasaan Presdir sangat tidak senang, membuat mereka bahkan bernafas pun tidak berani terlanlu keras.
Detik berikutnya, Evan tiba-tiba berdiri dan berjalan keluar.
Bisma yang menjadi asisten Evan, dia bisa langsung tahu Presdir Sumitro yang sedang panuh emosi itu menuju kemana.
Dia langsung berkata pada pengawal: “Ikuti.”
Sekelompok orang lansgung mengikuti.
Dua puluh menit kemudian.
Diluar area Gardenia, Maiba Evan mengerem mendadak!
Begitu turun dari mobil, dia langsung menuju ke lokasi yang dituju dengan langkah besar, Bisma dan juga para pengawal yang ikut dibelakang merasa orang yang tinggal disini sudah pasti akan sangat sial.
Tiba ke depan gedung Barat nomer 108 Sumitro.
Evan memberi isyarat pada Bisma, Bisma langsung maju mengetuk pintu.
Tokk…Tokk… Tokkk…
Suara ketukan pintu yang begitu memburu membuat Velina langsung panik.
“Siapa?”
Tidak ada yang menjawab, hanya suara ketukan pintu yang terus memburu.
Sial, kenapa seperti rentenir yang sedang menagih hutang?
Dia baru datang beberapa hari, sama sekali tidak berhutang pada siapapun.
Velina membuka pintu dengan tidak senang dan hendak marah-marah: “Mau apa! Dewa maut juga…….!”
Belum selesai mengatakannya, dia langsung melihat wajah Evan yang dingin bagaikan hendak membunuh orang muncul dihadapannya.
Klik—
Velina bagaikan tersambar petir, pikirannya sekejap menjadi kosong.
“Ternyata kamu!”
Senyum dingin mengembang di bibi Evan, dia melangkah masuk, dan menabrak Velina yang berdiri didepan pintu dengan kencang.
Setelah berdiri dengan stabil, Velina segera sadar dan segera menghadang Evan yang melangkah masuk ke ruang tamu.
“Presdir Sumitro, ini adalah rumahku, ini namanya menerobos masuk rumah orang! Silahkan keluar!”
Jantung Velina berdegup kencang, dia sangat takut Evan menemukan ketiga anaknya.
Sementara Evan sama sekali tidak menggubris ucapannya, hanya tersenyum meremehkan: “Menerobos rumah orang? Dibandingkan dengan perbuatanmu yang rendahan, ini bukan apa-apa ya kan?”
Perbuatan yang rendahan…
Ucapan ini membuat jantung Velina berdegup semakin kencang, Evan bisa menemukan tempat ini sudah pasti menyadari sesuatu, jangan-jangan dia tahu dokter jenius Bermoth adalah dia?
“Takut?”
Evan melihat Velina yang termenung, mtatapan matanya langsung menjadi semakin tajam dan dingin.
Velina mengeratkan kepalan tangannya, dalam posisi mendesak seperti ini, bersitegang dengan Evan sudah pasti akan rugi, jangankan Evan, beberapa pengawal dibelakangnya saja sudah jelas sekali sulit untuk dihadapi.
“Presdir Sumitro, ada yang mengatakan semua perasaan orang tua didunia sama, aku melakukan ini untuk Alvi semata-mata hanya ingin… mengobatinya!”
Mendengar nama Alvi, memicu amarah Evan.
“Tutup mulutmu! Kamu tidak pantas menyebut nama putraku! Lebih tidak pantas dengan kata-kata perasaan orang tua didunia sama!”
“Mami, siapa mereka?”
Mimi berjalan keluar dari kamar, melihat orang yang memenuhi rumah dengan penasaran, ketika melihat wajah Evan, dia bergumam: “Wah, ternyata wajahmu mirip sekali dengan Kenken.”
Evan menatap Mimi yang berdiri di depan pintu kamar, alisnya langsung mengkerut.
Anak perempuan ni memanggil Velina mami, wajahnya begitu mirip Velina, dia adalah putrinya?
“Mami, ada apa?”
Dari dalam kamar keluar Momo, begitu melihat ini, alisnya langsung mengkerut.
Ketika melihat wajah Evan, amarah dalam hatinya langsung naik.
“Ini adalah daddynya?”
Selama beberapa tahun ini mengabaikan mereka, ketika itu juga mengganggu mami, sekarang malah membawa segerombolan orang masuk ke rumah… benar-benar keterlaluan!
“Apa yang ingin kamu lakukan?”
Momo berdiri didepan Velina dengan cepat dan berteriak pada Evan.
Sorot mata Evan yang dingin seketika menjadi tajam, wanita kejam seperti Velina ini benar-benar bernasib baik!
Bisa-bisanya melahirkan dua orang putri yang memiliki wajah sangat mirip dengannya.
Alvi sejak kecil merindukan kasih sayang mami, sama sekali tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu!
Namun wanita ini malah langsung melupakannya dan mencari pria lain melahirkan anak lagi…
Begitu memikirkan ini, amarah yang begitu besar terpancar dari matanya.
“Mereka berdua, putrimu?”
“Benar, Presdir Sumitro kalau merasa tidak senang lampiaskan saja padaku, mereka masih anak-anak, jangan melukai mereka!”
“Mami, aku tidak takut padanya!” Momo yang dingin dan angkuh menatap Evan dengan penuh amarah, gayanya seolah Evan berhutang miliaran padanya!
Evan hanya tersenyum dingin dan meremehkan, dimatanya, Momo adalah anak liar yang tidak tahu tata krama, wanita seperti Velina, hanya bisa mendidik anak yang seperti ini.
Perasaan Velina begitu tidak tenang, Momo dan Mimi berpostur sedikit lebih pendek dari Kenken, wajahnya juga sama sekali tidak mirip dengannya, Evan tidak menyadari kalau itu putrinya adalah hal yang wajar.
Namun berbeda dengan Kenken, dia tidak hanya sangat mirip dengan Alvi juga Evan, tinggi badannya juga kurang lebih sama, kalau sampai Kenken keluar pada saat ini, lalu terlihat oleh Evan, maka dia pasti akan kehilangan Kenken.
“Bukankah biasanya kamu pintar memakiku, kenapa sekarang tiba-tiba menjadi bisu dan tuli?”

Download APP, continue reading

Chapters

547