Bab 4 Benar - Benar Dia
by Cinta Laura
16:18,Jul 16,2021
Velina tersentak, lalu melangkah lebih cepat.
Tidak boleh disini, bagaimana kalau ketiga anak ini keluar……
Memikirkan ini, dia langsung berlari!
Lari……
Apakah ini perasaan bersalah?
Kelihatannya memang benar dia!
Wajah Evan langsung menjadi tajam, lalu mengejarnya segera.
Velina berlari sampai terengah-engah, begitu menoleh dan melihat, sial, terus mengejar, apakah ini artinya tidak akan berhenti kalau tidak terkejar?
Sayangnya, berkelana beberapa tahun ini di luar negeri, dia belajar ilmu pengobatan, namun tidak ada yang mengajarinya bagaimana terbang ke langit atau menyusup kedalam tanah, kalau tidak, mana mungkin dia berlari dengan begitu susah payah!
“Aaaa___”
Tiba-tiba, Velina yang sedang berlari dengan sangat kencang tiba-tiba terjerembab, membuat pinggangnya, kakinya, bokongnya, bahkan sekujur tubuhnya kesakitan!
“Benar-benar kamu!” suara Evan bagaikan suara iblis terdengar dari atas kepalanya!
Velina kesakitan sampai berdesis, dia mengangkat kepala dan melihat wajah Evan yang begitu dingin, dia sempat tercengang, kamudian memutar bola matanya… oh iya, pura-pura bodoh!
“Kau, kamu adalah?”
Alis Evan langsung mengerut, lalu mendengus dingin.
“Kelihatannya aku memang perlu membantumu mengingatnya dulu!”
Setelah mengatakannya, dia menariknya dari tanah dengan kasar, lalu menariknya pergi bagaikan sedang menyeret seekor anjing mati.
“Tol~ tolong~ penculikan! Hidung belang, tolong….”
Wajah Evan menjadi semakin dingin, wanita kurang ajar, berisik sekali.
Dia menghentikan langkahnya, lalu melihat Velina dari ketinggian dengan mata yang memicing.
Tepat ketika Velina mengira dia terlena oleh kecantikannya, dai berkata dengan suara yang begitu manis, “Ganteng, kau…”
Bamm, tiba-tiba belakang lehernya terhantam dengan keras.
Pandangan Velina langsung menjadi gelap, bajingan ini, main curang!
……
Tiga orang bocah imut itu menunggu Velina tidak kunjung kembali, seketika menjadi sangat panik.
Momo menenangkan Mimi : “Tenang saja, mami akan baik-baik saja, dia pasti pergi membelikan kue yang lebih enak untukmu.”
Mimi melihat toko dessert yang begitu besar, hanya mengkerutkan bibirnya tanpa bicara.
Kenken langsung mengangkat tabletnya, melalu GPS mencari keberadaan Velina.
Melihat kedua adiknya begitu cemas, dia hanya membiarkan Momo yang lebih pintar membawa adiknya pulang terlebih dahulu.
Untuk mencari mami, dia saja sudah cukup.
“ Kenken, kalau begitu kamu harus lebih hati-hati.” Pesan Momo.
“Benar, kakak, kamu harus lebih pintar, jangan sampai dibawa orang jahat.”
Mimi membelalakkan kedua matanya yang besar dan jernih, menatap Kenken dengan wajah cemas.
Kenken hanya bisa memegangi keningnya, sebenarnya siapa yang bisa dibawa orang jahat, haih…
*
Setelah satu jam, Velina terbangun oleh air dingin yang disiramkan padanya, sekujur tubuhnya basah bagaikan anjing yang terjatuh keselokan.
Dia membuka matanya dan mengusap wajahnya dengan segera, lalu dia menyadari Evan sedang menatapnya, wajahnya yang berekspresi aneh itu sungguh menakutkan.
Dimana ini?
Matanya berputar, dan ingatannya segera mendera, gawat, kali ini dia benar-benar jatuh ke tangan Evan !
“Sudah ingat siapa aku?”
Velina tercengang, lalu menggeleng, kemudian lanjut berpura-pura bodoh!
“Tidak merasa tempat ini tidak asing?”
Jantung Velina berdetak kencang, empat tahun lalu tepat di sini, dia menganggapnya sebagai seorang gigolo!
“Masih tidak ingat? Aku akan membuatmu mengingatnya!”
Setelah mengatakannya, Velina langsung diangkat olehnya dari lantai, dan didorong dengan kuat keatas ranjang!
Gerakan Evan yang begitu arogan, sama persis dengan apa yang dia lakukan empat tahun lalu, dia juga mendorong Evan seperti itu!
Kemudian dia mendekatkan tubuhnya dari atas, tetap dengan gerakan yang sama.
Kemudian, dia mengulurkan tangan menepuk pipinya.
“Kalau tidak ingat lagi, aku akan…”
Jantung Velina berdegup kencang, pipinya langsung memerah.
“Jangan! Ingat, sudah ingat, semuanya sudah kuingat! Anda adalah Presdir Sumitro !”
Evan tersenyum dingin dengan mempesona, bangkit berdiri, lalu membuka jaketnya, membuangnya kesamping dengan jijik!
Tubuh wanita ini basah kuyup, membuat jaketnya juga ikut basah.
Velina melihat wajahnya yang terlihat jijik, dalam hati langsung mengumpat, kenapa empat tahun lalu tidak melihatnya seperti itu.
Kalau dulu dia begitu jijik padanya… mana mungkin ada kejadian berikutnya!
“Bagus sekali, karena sudah ingat, maka silahkan pilih bagaimana caramu mati terlebih dahulu!”
“Apa? Mati?”
Evan benar-benar menginginkan nyawanya?
Apa tidak terlalu kejam!
“Kejadian empat tahun lalu adalah sebuah kecelakaan! Presdir Sumitro, anda adalah presdir Grup Sumitro, tidak mungkin karena sebuah kecelakaan menginginkan nyawa orang bukan, kalau sampai tersebar hanya akan membuat nama baikmu hancur!”
“Tenang saja, tanpa ijinku tidak akan ada yang berani menyebarkannya!”
“Meskipun begitu anda juga tidak perlu sampai…”
“Aku sedang membantumu, empat tahun lalu kamu mati dalam sebuah kecelakaan, kenapa kamu masih tetap hidup!”
“……”
Velina menelan ludah, sama sekali tidak bisa menjawab apapun.
Mata Evan yang tajam mengamatinya, hati wanita ini sungguh kejam, demi pura-pura mati, bahkan anak yang baru lahir saja bisa dia campakkan.
Wanita seperti ini tidak pantas menjadi mami, lebih tidak pantas melahirkan anak.
Teringat Alvi Sumitro yang terus menginginkan maminya, membuatnya semakin benci pada Velina.
Melihat sorot mata Evan yang semakin kejam, Velina merasa kalau dia sudah pasti akan mati dan nyawanya sedang diujung tanduk.
Rasanya neraka berjarak begitu dekat darinya.
Dia kembali untuk menolong nyawa orang, bukan untuk mencari mati!
Kalau nyawanya sampai hilang, bagaimana dengan anak-anaknya?
“Biarkan semua berjalan sesuai harapanmu, mati dalam kecelakaan!”
“…..” wajah Velina seketika memucat.
Dia baru ingin meminta ampun, ponsel Evan tiba-tiba berdering, dia melirik lalu langsung mengangkatnya.
“Hallo, Tuan muda, segeralah kembali, kondisi tuan kecil sangat tidak baik.”
Sorot mata Evan yang dingin seketika berubah menjadi cemas: “Baik, aku akan segera kembali!”
Setelah mematikan telepon, aura Evan seketika menjadi begitu dingin, membuat suhu disekitarnya langsung menurun drastis.
Velina ketakutan sampai tubuhnya bergetar.
Kalau tatapan bisa membunuh orang, mungkin Evan sudah membuatnya mati tercabik!
“Aku tiba-tiba merasa membuatmu mati dalam kecelakaan terlalu enak untukmu, seharusnya membuatmu membayar dosamu terlebih dahulu.”
Membayar dosa?
Mau… membayarnya dengan apa?
Saat Velina sedang berpikir sembarangan, Evan sudah membuka pintu, dan memerintahkan pengawal dengan suara yang dingin.
“Jaga wanita ini dengan baik, tanpa ijin dariku, satu langkah pun jangan ijinkan dia pergi.”
Pada saat ini Velina baru tersadar.
Ap, apa! Dia disekap! Ketiga anaknya masih menunggunya di toko dessert!
Bukankah ini melanggar hukum!
“Hei!”
Selagi Evan masih belum berjalan keluar, dia segera turun dari ranjang dan mengejarnya.
Namun tetap terlambat.
Namun pintu kamar sudah tertutup dengan keras, wajahnya langsung menempel di pintu dan merosot turun…
Tidak boleh disini, bagaimana kalau ketiga anak ini keluar……
Memikirkan ini, dia langsung berlari!
Lari……
Apakah ini perasaan bersalah?
Kelihatannya memang benar dia!
Wajah Evan langsung menjadi tajam, lalu mengejarnya segera.
Velina berlari sampai terengah-engah, begitu menoleh dan melihat, sial, terus mengejar, apakah ini artinya tidak akan berhenti kalau tidak terkejar?
Sayangnya, berkelana beberapa tahun ini di luar negeri, dia belajar ilmu pengobatan, namun tidak ada yang mengajarinya bagaimana terbang ke langit atau menyusup kedalam tanah, kalau tidak, mana mungkin dia berlari dengan begitu susah payah!
“Aaaa___”
Tiba-tiba, Velina yang sedang berlari dengan sangat kencang tiba-tiba terjerembab, membuat pinggangnya, kakinya, bokongnya, bahkan sekujur tubuhnya kesakitan!
“Benar-benar kamu!” suara Evan bagaikan suara iblis terdengar dari atas kepalanya!
Velina kesakitan sampai berdesis, dia mengangkat kepala dan melihat wajah Evan yang begitu dingin, dia sempat tercengang, kamudian memutar bola matanya… oh iya, pura-pura bodoh!
“Kau, kamu adalah?”
Alis Evan langsung mengerut, lalu mendengus dingin.
“Kelihatannya aku memang perlu membantumu mengingatnya dulu!”
Setelah mengatakannya, dia menariknya dari tanah dengan kasar, lalu menariknya pergi bagaikan sedang menyeret seekor anjing mati.
“Tol~ tolong~ penculikan! Hidung belang, tolong….”
Wajah Evan menjadi semakin dingin, wanita kurang ajar, berisik sekali.
Dia menghentikan langkahnya, lalu melihat Velina dari ketinggian dengan mata yang memicing.
Tepat ketika Velina mengira dia terlena oleh kecantikannya, dai berkata dengan suara yang begitu manis, “Ganteng, kau…”
Bamm, tiba-tiba belakang lehernya terhantam dengan keras.
Pandangan Velina langsung menjadi gelap, bajingan ini, main curang!
……
Tiga orang bocah imut itu menunggu Velina tidak kunjung kembali, seketika menjadi sangat panik.
Momo menenangkan Mimi : “Tenang saja, mami akan baik-baik saja, dia pasti pergi membelikan kue yang lebih enak untukmu.”
Mimi melihat toko dessert yang begitu besar, hanya mengkerutkan bibirnya tanpa bicara.
Kenken langsung mengangkat tabletnya, melalu GPS mencari keberadaan Velina.
Melihat kedua adiknya begitu cemas, dia hanya membiarkan Momo yang lebih pintar membawa adiknya pulang terlebih dahulu.
Untuk mencari mami, dia saja sudah cukup.
“ Kenken, kalau begitu kamu harus lebih hati-hati.” Pesan Momo.
“Benar, kakak, kamu harus lebih pintar, jangan sampai dibawa orang jahat.”
Mimi membelalakkan kedua matanya yang besar dan jernih, menatap Kenken dengan wajah cemas.
Kenken hanya bisa memegangi keningnya, sebenarnya siapa yang bisa dibawa orang jahat, haih…
*
Setelah satu jam, Velina terbangun oleh air dingin yang disiramkan padanya, sekujur tubuhnya basah bagaikan anjing yang terjatuh keselokan.
Dia membuka matanya dan mengusap wajahnya dengan segera, lalu dia menyadari Evan sedang menatapnya, wajahnya yang berekspresi aneh itu sungguh menakutkan.
Dimana ini?
Matanya berputar, dan ingatannya segera mendera, gawat, kali ini dia benar-benar jatuh ke tangan Evan !
“Sudah ingat siapa aku?”
Velina tercengang, lalu menggeleng, kemudian lanjut berpura-pura bodoh!
“Tidak merasa tempat ini tidak asing?”
Jantung Velina berdetak kencang, empat tahun lalu tepat di sini, dia menganggapnya sebagai seorang gigolo!
“Masih tidak ingat? Aku akan membuatmu mengingatnya!”
Setelah mengatakannya, Velina langsung diangkat olehnya dari lantai, dan didorong dengan kuat keatas ranjang!
Gerakan Evan yang begitu arogan, sama persis dengan apa yang dia lakukan empat tahun lalu, dia juga mendorong Evan seperti itu!
Kemudian dia mendekatkan tubuhnya dari atas, tetap dengan gerakan yang sama.
Kemudian, dia mengulurkan tangan menepuk pipinya.
“Kalau tidak ingat lagi, aku akan…”
Jantung Velina berdegup kencang, pipinya langsung memerah.
“Jangan! Ingat, sudah ingat, semuanya sudah kuingat! Anda adalah Presdir Sumitro !”
Evan tersenyum dingin dengan mempesona, bangkit berdiri, lalu membuka jaketnya, membuangnya kesamping dengan jijik!
Tubuh wanita ini basah kuyup, membuat jaketnya juga ikut basah.
Velina melihat wajahnya yang terlihat jijik, dalam hati langsung mengumpat, kenapa empat tahun lalu tidak melihatnya seperti itu.
Kalau dulu dia begitu jijik padanya… mana mungkin ada kejadian berikutnya!
“Bagus sekali, karena sudah ingat, maka silahkan pilih bagaimana caramu mati terlebih dahulu!”
“Apa? Mati?”
Evan benar-benar menginginkan nyawanya?
Apa tidak terlalu kejam!
“Kejadian empat tahun lalu adalah sebuah kecelakaan! Presdir Sumitro, anda adalah presdir Grup Sumitro, tidak mungkin karena sebuah kecelakaan menginginkan nyawa orang bukan, kalau sampai tersebar hanya akan membuat nama baikmu hancur!”
“Tenang saja, tanpa ijinku tidak akan ada yang berani menyebarkannya!”
“Meskipun begitu anda juga tidak perlu sampai…”
“Aku sedang membantumu, empat tahun lalu kamu mati dalam sebuah kecelakaan, kenapa kamu masih tetap hidup!”
“……”
Velina menelan ludah, sama sekali tidak bisa menjawab apapun.
Mata Evan yang tajam mengamatinya, hati wanita ini sungguh kejam, demi pura-pura mati, bahkan anak yang baru lahir saja bisa dia campakkan.
Wanita seperti ini tidak pantas menjadi mami, lebih tidak pantas melahirkan anak.
Teringat Alvi Sumitro yang terus menginginkan maminya, membuatnya semakin benci pada Velina.
Melihat sorot mata Evan yang semakin kejam, Velina merasa kalau dia sudah pasti akan mati dan nyawanya sedang diujung tanduk.
Rasanya neraka berjarak begitu dekat darinya.
Dia kembali untuk menolong nyawa orang, bukan untuk mencari mati!
Kalau nyawanya sampai hilang, bagaimana dengan anak-anaknya?
“Biarkan semua berjalan sesuai harapanmu, mati dalam kecelakaan!”
“…..” wajah Velina seketika memucat.
Dia baru ingin meminta ampun, ponsel Evan tiba-tiba berdering, dia melirik lalu langsung mengangkatnya.
“Hallo, Tuan muda, segeralah kembali, kondisi tuan kecil sangat tidak baik.”
Sorot mata Evan yang dingin seketika berubah menjadi cemas: “Baik, aku akan segera kembali!”
Setelah mematikan telepon, aura Evan seketika menjadi begitu dingin, membuat suhu disekitarnya langsung menurun drastis.
Velina ketakutan sampai tubuhnya bergetar.
Kalau tatapan bisa membunuh orang, mungkin Evan sudah membuatnya mati tercabik!
“Aku tiba-tiba merasa membuatmu mati dalam kecelakaan terlalu enak untukmu, seharusnya membuatmu membayar dosamu terlebih dahulu.”
Membayar dosa?
Mau… membayarnya dengan apa?
Saat Velina sedang berpikir sembarangan, Evan sudah membuka pintu, dan memerintahkan pengawal dengan suara yang dingin.
“Jaga wanita ini dengan baik, tanpa ijin dariku, satu langkah pun jangan ijinkan dia pergi.”
Pada saat ini Velina baru tersadar.
Ap, apa! Dia disekap! Ketiga anaknya masih menunggunya di toko dessert!
Bukankah ini melanggar hukum!
“Hei!”
Selagi Evan masih belum berjalan keluar, dia segera turun dari ranjang dan mengejarnya.
Namun tetap terlambat.
Namun pintu kamar sudah tertutup dengan keras, wajahnya langsung menempel di pintu dan merosot turun…
Xi'an Perfect Planet Internet Technology Co., Ltd. (西安完美星球网络科技有限公司) © 2020 www.readmeapps.com All rights reserved