Bab 2 Aku Tidak Akan Lari Lagi
by Esry
12:16,Jul 23,2022
Di tempat yang tidak ada orang Aiden Mo menurunkannya. Dia menundukkan kepalanya dan menunjuk ke gang yang gelap dan berkata, "Keluar dari sini dan terus berjalan akan bisa keluar langsung dari desa. Barusan aku tahu kamu dengan niat baik membantuku menyelamatkan mukaku, tapi aku tidak membutuhkannya! Bagiku, ‘muka’ sama sekali tidak berguna! Pergi lah! Mereka benar, masa depanmu bagus dan cerah, aku tidak bisa membiarkan seumur hidupmu dihabiskan di sini."
Kayla Gu melirik gang yang gelap dan segera menoleh ke belakang. Dia dari dulu takut kegelapan. Dari kegelapan ini dia bahkan tidak bisa melihat ujungnya, sekalipun memukulnya dia juga tidak akan mau pergi sendirian ke sana!
Selain itu, dia memangnya bisa pergi ke mana? Dia tidak akrab dengan hidupnya di sini! Kembali ke rumah pamannya? Dia berani bertaruh setelah dia kembali, paman dan bibinya tidak berhenti dan akan menikahinya dengan keluarga berikutnya! Dalam ingatannya, pria yang dia temui di desa-desa sekitarnya, tidak ada paras yang bisa dibandingkan dengan Aiden Mo.
Dia memandang Aiden Mo, pria ini cukup baik. Penampilan dan parasnya semua pas dengan standarnya. Orang lain memanggilnya bajingan mesum, tetapi dia malah berpikir kalau pria ini sangat disiplin dan sopan, walaupun mereka telah mengadakan pernikahan, sekarang sudah suami istri, tapi dia tidak permah melakukan apa pun padanya.
Dia merasa dia bisa tinggal di rumah Mo terlebih dahulu dan melihat apakah ada peluang baginya untuk menghasilkan uang di sini. Dengan keadaan tidak ada uang seperti saat ini jelas sulit baginya untuk melakukan apa pun.
"Tidak mau." Kayla Gu menggelengkan kepalanya dengan kuat, "Aku mau pulang bersamamu, dan aku tidak akan lari lagi."
Sikap wanita ini begitu keras dan kukuh di siang hari, tetapi sekarang dia begitu tenang dan tegas mengatakan kalau dia tidak akan lari lagi? Apakah dia menjadi bodoh setelah membenturkan kepalanya tadi?
Aiden Mo mengerutkan kening dan mengeluarkan satu jari telunjuk, dia berkata kepadanya dengan serius: "Aku hanya akan memberimu kesempatan ini. Jangan sampai nanti setelah pulang kamu sibuk mau pergi lagi. Di rumah ada banyak mata yang tertuju padamu, dan kamu tidak bisa lari lagi."
Pria ini benar-benar lucu dan naif. Keluarga menghabiskan semua tabungan untuk membeli istri untuknya. Tapi dia malah memikirkan masa depan wanita itu, dan menyuruhnya pergi?
Kayla Gu memutar pergelangan tangannya dan berkata kepada Aiden Mo, "Berbalik lah!"
Apakah dengan dia berbalik dan tidak melihatnya, Kayla Gu baru bisa percaya kalau dia benar-benar akan melepaskannya? Dan gadis ini benar-benar mau pergi?
“Baik.” Aiden Mo baru saja berbalik tapi tiba-tiba, leher dan pinggangnya menegang, dan pada saat yang sama ada beban ekstra di punggungnya.
Ya benar, Kayla Gu lagi-lagi melompat naik ke punggungnya.
"Kakiku terkilir, dukung aku pulang."
Mata Aiden Mo yang dalam seolah ada api yang berkorbar, "Jadi kamu...Benar-benar memutuskan untuk tidak pergi?"
"Ya tidak pergi."
Lengan Aiden Mo menggenggam erat paha Kayla Gu, dan dia berjalan pergi pulang ke rumah dengan langkah mantap.
Ketika mereka kembali, orang tua dan amak muda dari keluarga Mo belum kembali ke rumah, mereka semua masih menunggu mereka di halaman, dan mereka juga terkejut melihat Aiden Mo kembali dengan Kayla Gu di punggungnya.
Keponakan Aiden Mo yang berusia empat tahun berlari dan bertanya dengan polos: "Paman kedua, kamu ini mematahkan kaki bibi kedua ya? Dengan begini dia tidak bisa lari darimu lagi kan?"
Mendengar ini, Kakak laki-laki tertua Chandra Mo buru-buru memarahi putranya: "Kamu anak kecil bicara apa? Cepat pulang ke rumah dan tidur!"
Anak itu langsung ketakutan melihat tatapan galak ayahnya, dia menangis dengan keras, dan melemparkan dirinya ke pelukan ibunya Thalia Yang: "Huhuhu...Ibu..."
Thalia Yang kemudian menggendong anak itu dan membawanya pulang ke rumah: "Sudah jangan menangis, jangan menangis, tidak apa-apa, ayo pulang ke rumah tidur, ibu akan bercerita..."
Sementara Chandra Mo dengan tidak enak berkata, "Adik adik, anak-anak tidak tahu apa-apa, jangan dimasukkan ke dalam hati ya."
Aiden Mo melepaskan tangannya dan sedikit menekuk lututnya. Kayla Gu turun dari punggungnya dan berdiri di depan Chandra Mo dengan sedikit tersenyum: "Kakak, aku baik-baik saja. Anak itu sangat lucu, aku dulu mendengar banyak cerita menarik dari seorang paman bernama Bento Zhang, nanti kalau ada waktu kosong aku akan menceritakannya padanya."
"Ba, baguslah kalau baik-baik saja, adik baik sekali."
"Hehehe, kita kan keluarga!"
Mendengar itu Aiden Mo langsung mengerutkan keningnya dan berkata, "Kakak, kami masuk ke rumah dulu."
"Baik, pergi lah."
Begitu mereka pergi, Chandra Mo berbalik dan berbisik kepada Merina Wang.
"Bu, perubahan adik ini besar sekali ya? Siang tadi dia begitu berisik dan mencari masalah, kenapa sekarang seperti orang yang berbeda?"
Hati Merina Wang yang awalnya menggantung sekarang juga bisa lega, "Aih! Biarkan saja! Selama dia tidak melarikan diri, dan kita bisa hidup dengan damai itu sudah cukup."
Setelah Cindy Mo selesai memakan biji bunga matahari terakhir di tangannya, dia membungkuk dan berkata, "Kalau ku lihat dia ini sedang menahan sesuatu yang buruk di hatinya! Bagaimana bisa sikap seseorang berubah begitu cepat? Dia ingin melonggarkan kewaspadaan kita. Ketika kita sekeluarga merasa tenang dan lengah, bukankah akan mudah baginya untuk melarikan diri?"
"Iya benar!" Chris Mo anak keempat setuju dengan perkataan kakaknya Cindy Mo, "Bu, kita tidak boleh lengah!"
Merina Wang pun mengangguk dengan cemas, "Kalau begitu, mari kita lanjutkan dan sesuaikan dengan rencana awal kita, malam ini anak tertua yang bertugas menjaga malam, awasi keadaan dan jangan tertidur!"
"Baik!"
Di kamar baru, Kayla Gu sedang duduk di samping tempat tidur dan mengintip ke arah Aiden Mo yang sedang membersihkan tubuhnya di samping dinding. Dia hanya mengenakan celana dalam merah cerah. Pria ini memiliki badan yang sempurna, dengan pinggang ramping dan kaki panjang, otot proporsional serta kulit yang sehat...
Matanya melihat tubuh ini dan dalam hatinya merasa haus akannya. Meskipun dia adalah jiwa masa depan dan pikirannya relatif terbuka, tapi bagaimanapun juga, ini adalah hari pertama dia bertemu Aiden Mo, dan melakukan hal semacam itu dengan orang yang baru dia kenal rasanya agak mengkhawatirkan.
Dia menunduk melihat dirinya sendiri, tahun ini dia baru berusia 18 tahun, karena kekurangan gizi dalam jangka panjang, perkembangan tubuhnya sangat tidak ideal, dia belum memiliki pesona yang harusnya dimiliki seorang wanita. Tidak! Tubuh ini masih kecil dan belum dewasa! Dia bagaimana bisa melakukan hal semacam itu!
Jadi nanti dia akan menolaknya? Tapi mereka adalah suami dan istri! Tidak ada alasan untuk menolak.
Sementara dia duduk di sana memikirkannya, Aiden Mo sudah selesai membersihkan badannya, tubuhnya menguarkan aroma sabun yang harum dan berdiri di depannya.
"Aku sudah selesai dan aku sudah mengganti air untukmu. Pergilah bersihkan badanmu."
"Oh..." Kayla Gu berjalan ke sisi wastafel. Dia memunggungi Aiden Mo dan membuka kancing kemejanya. Dia tidak melepasnya, dia hanya merendam handuk dan menyeka bagian atas tubuhnya yang berkeringat.
Setelah membersihkannya, dia mengancingkan kembali kancingnya satu per satu. Dia masih berpikir bagaimana nanti berdiskusi dengan Aiden Mo untuk tidak menjadi kegiatan suami istri itu terlebih dahulu. Tapi ketika dia berbalik, dia melihat Aiden Mo sudah berbaring di lantai dengan tikar.
Aiden Mo berbaring miring di atas tikar dengan suara rendah berkata padanya: "Tidurlah, kamu hari ini sangat lelah, besok pagi aku akan memberi tahu ibuku dan memintanya untuk memasakkan makanan bergizi untukmu."
"Baik." Kayla Gu berbaring di tempat tidur dan bertanya dengan kepala terangkat, "Kamu tidak tidur di kasur?"
Setelah menanyakan itu, dia langsung menyesalinya. Kenapa harus terlalu banyak bicara? Dia awalnya ingin mendapatkan kepastian dari Aiden Mo, tapi suaranya yang lembut, kenapa lebih terdengar seperti undangan dan pacingan?
Benar saja, setelah itu Aiden Mo duduk perlahan, dia menatap lurus ke arahnya, wajahnya memerah, dan bertanya dengan suara rendah, "Kamu ingin aku tidur di kasur?"
Kayla Gu melirik gang yang gelap dan segera menoleh ke belakang. Dia dari dulu takut kegelapan. Dari kegelapan ini dia bahkan tidak bisa melihat ujungnya, sekalipun memukulnya dia juga tidak akan mau pergi sendirian ke sana!
Selain itu, dia memangnya bisa pergi ke mana? Dia tidak akrab dengan hidupnya di sini! Kembali ke rumah pamannya? Dia berani bertaruh setelah dia kembali, paman dan bibinya tidak berhenti dan akan menikahinya dengan keluarga berikutnya! Dalam ingatannya, pria yang dia temui di desa-desa sekitarnya, tidak ada paras yang bisa dibandingkan dengan Aiden Mo.
Dia memandang Aiden Mo, pria ini cukup baik. Penampilan dan parasnya semua pas dengan standarnya. Orang lain memanggilnya bajingan mesum, tetapi dia malah berpikir kalau pria ini sangat disiplin dan sopan, walaupun mereka telah mengadakan pernikahan, sekarang sudah suami istri, tapi dia tidak permah melakukan apa pun padanya.
Dia merasa dia bisa tinggal di rumah Mo terlebih dahulu dan melihat apakah ada peluang baginya untuk menghasilkan uang di sini. Dengan keadaan tidak ada uang seperti saat ini jelas sulit baginya untuk melakukan apa pun.
"Tidak mau." Kayla Gu menggelengkan kepalanya dengan kuat, "Aku mau pulang bersamamu, dan aku tidak akan lari lagi."
Sikap wanita ini begitu keras dan kukuh di siang hari, tetapi sekarang dia begitu tenang dan tegas mengatakan kalau dia tidak akan lari lagi? Apakah dia menjadi bodoh setelah membenturkan kepalanya tadi?
Aiden Mo mengerutkan kening dan mengeluarkan satu jari telunjuk, dia berkata kepadanya dengan serius: "Aku hanya akan memberimu kesempatan ini. Jangan sampai nanti setelah pulang kamu sibuk mau pergi lagi. Di rumah ada banyak mata yang tertuju padamu, dan kamu tidak bisa lari lagi."
Pria ini benar-benar lucu dan naif. Keluarga menghabiskan semua tabungan untuk membeli istri untuknya. Tapi dia malah memikirkan masa depan wanita itu, dan menyuruhnya pergi?
Kayla Gu memutar pergelangan tangannya dan berkata kepada Aiden Mo, "Berbalik lah!"
Apakah dengan dia berbalik dan tidak melihatnya, Kayla Gu baru bisa percaya kalau dia benar-benar akan melepaskannya? Dan gadis ini benar-benar mau pergi?
“Baik.” Aiden Mo baru saja berbalik tapi tiba-tiba, leher dan pinggangnya menegang, dan pada saat yang sama ada beban ekstra di punggungnya.
Ya benar, Kayla Gu lagi-lagi melompat naik ke punggungnya.
"Kakiku terkilir, dukung aku pulang."
Mata Aiden Mo yang dalam seolah ada api yang berkorbar, "Jadi kamu...Benar-benar memutuskan untuk tidak pergi?"
"Ya tidak pergi."
Lengan Aiden Mo menggenggam erat paha Kayla Gu, dan dia berjalan pergi pulang ke rumah dengan langkah mantap.
Ketika mereka kembali, orang tua dan amak muda dari keluarga Mo belum kembali ke rumah, mereka semua masih menunggu mereka di halaman, dan mereka juga terkejut melihat Aiden Mo kembali dengan Kayla Gu di punggungnya.
Keponakan Aiden Mo yang berusia empat tahun berlari dan bertanya dengan polos: "Paman kedua, kamu ini mematahkan kaki bibi kedua ya? Dengan begini dia tidak bisa lari darimu lagi kan?"
Mendengar ini, Kakak laki-laki tertua Chandra Mo buru-buru memarahi putranya: "Kamu anak kecil bicara apa? Cepat pulang ke rumah dan tidur!"
Anak itu langsung ketakutan melihat tatapan galak ayahnya, dia menangis dengan keras, dan melemparkan dirinya ke pelukan ibunya Thalia Yang: "Huhuhu...Ibu..."
Thalia Yang kemudian menggendong anak itu dan membawanya pulang ke rumah: "Sudah jangan menangis, jangan menangis, tidak apa-apa, ayo pulang ke rumah tidur, ibu akan bercerita..."
Sementara Chandra Mo dengan tidak enak berkata, "Adik adik, anak-anak tidak tahu apa-apa, jangan dimasukkan ke dalam hati ya."
Aiden Mo melepaskan tangannya dan sedikit menekuk lututnya. Kayla Gu turun dari punggungnya dan berdiri di depan Chandra Mo dengan sedikit tersenyum: "Kakak, aku baik-baik saja. Anak itu sangat lucu, aku dulu mendengar banyak cerita menarik dari seorang paman bernama Bento Zhang, nanti kalau ada waktu kosong aku akan menceritakannya padanya."
"Ba, baguslah kalau baik-baik saja, adik baik sekali."
"Hehehe, kita kan keluarga!"
Mendengar itu Aiden Mo langsung mengerutkan keningnya dan berkata, "Kakak, kami masuk ke rumah dulu."
"Baik, pergi lah."
Begitu mereka pergi, Chandra Mo berbalik dan berbisik kepada Merina Wang.
"Bu, perubahan adik ini besar sekali ya? Siang tadi dia begitu berisik dan mencari masalah, kenapa sekarang seperti orang yang berbeda?"
Hati Merina Wang yang awalnya menggantung sekarang juga bisa lega, "Aih! Biarkan saja! Selama dia tidak melarikan diri, dan kita bisa hidup dengan damai itu sudah cukup."
Setelah Cindy Mo selesai memakan biji bunga matahari terakhir di tangannya, dia membungkuk dan berkata, "Kalau ku lihat dia ini sedang menahan sesuatu yang buruk di hatinya! Bagaimana bisa sikap seseorang berubah begitu cepat? Dia ingin melonggarkan kewaspadaan kita. Ketika kita sekeluarga merasa tenang dan lengah, bukankah akan mudah baginya untuk melarikan diri?"
"Iya benar!" Chris Mo anak keempat setuju dengan perkataan kakaknya Cindy Mo, "Bu, kita tidak boleh lengah!"
Merina Wang pun mengangguk dengan cemas, "Kalau begitu, mari kita lanjutkan dan sesuaikan dengan rencana awal kita, malam ini anak tertua yang bertugas menjaga malam, awasi keadaan dan jangan tertidur!"
"Baik!"
Di kamar baru, Kayla Gu sedang duduk di samping tempat tidur dan mengintip ke arah Aiden Mo yang sedang membersihkan tubuhnya di samping dinding. Dia hanya mengenakan celana dalam merah cerah. Pria ini memiliki badan yang sempurna, dengan pinggang ramping dan kaki panjang, otot proporsional serta kulit yang sehat...
Matanya melihat tubuh ini dan dalam hatinya merasa haus akannya. Meskipun dia adalah jiwa masa depan dan pikirannya relatif terbuka, tapi bagaimanapun juga, ini adalah hari pertama dia bertemu Aiden Mo, dan melakukan hal semacam itu dengan orang yang baru dia kenal rasanya agak mengkhawatirkan.
Dia menunduk melihat dirinya sendiri, tahun ini dia baru berusia 18 tahun, karena kekurangan gizi dalam jangka panjang, perkembangan tubuhnya sangat tidak ideal, dia belum memiliki pesona yang harusnya dimiliki seorang wanita. Tidak! Tubuh ini masih kecil dan belum dewasa! Dia bagaimana bisa melakukan hal semacam itu!
Jadi nanti dia akan menolaknya? Tapi mereka adalah suami dan istri! Tidak ada alasan untuk menolak.
Sementara dia duduk di sana memikirkannya, Aiden Mo sudah selesai membersihkan badannya, tubuhnya menguarkan aroma sabun yang harum dan berdiri di depannya.
"Aku sudah selesai dan aku sudah mengganti air untukmu. Pergilah bersihkan badanmu."
"Oh..." Kayla Gu berjalan ke sisi wastafel. Dia memunggungi Aiden Mo dan membuka kancing kemejanya. Dia tidak melepasnya, dia hanya merendam handuk dan menyeka bagian atas tubuhnya yang berkeringat.
Setelah membersihkannya, dia mengancingkan kembali kancingnya satu per satu. Dia masih berpikir bagaimana nanti berdiskusi dengan Aiden Mo untuk tidak menjadi kegiatan suami istri itu terlebih dahulu. Tapi ketika dia berbalik, dia melihat Aiden Mo sudah berbaring di lantai dengan tikar.
Aiden Mo berbaring miring di atas tikar dengan suara rendah berkata padanya: "Tidurlah, kamu hari ini sangat lelah, besok pagi aku akan memberi tahu ibuku dan memintanya untuk memasakkan makanan bergizi untukmu."
"Baik." Kayla Gu berbaring di tempat tidur dan bertanya dengan kepala terangkat, "Kamu tidak tidur di kasur?"
Setelah menanyakan itu, dia langsung menyesalinya. Kenapa harus terlalu banyak bicara? Dia awalnya ingin mendapatkan kepastian dari Aiden Mo, tapi suaranya yang lembut, kenapa lebih terdengar seperti undangan dan pacingan?
Benar saja, setelah itu Aiden Mo duduk perlahan, dia menatap lurus ke arahnya, wajahnya memerah, dan bertanya dengan suara rendah, "Kamu ingin aku tidur di kasur?"
Xi'an Perfect Planet Internet Technology Co., Ltd. (西安完美星球网络科技有限公司) © 2020 www.readmeapps.com All rights reserved