Bab 10 Saudara yang Keterlaluan

by Esry 12:17,Jul 23,2022
Pulang ke rumah? Membawa hadiah? Bawa hadiah kentut!

Dia sekarang malah ingin pulang untuk bertanya apa yang terjadi dengan rumahnya setelah orang tuanya meninggal? Dalam ingatannya, rumah tempat Kayla Gu tinggal waktu kecil lebih besar dari rumah pamannya!Mungkinkah rumah itu sudah dijual oleh mereka?

Dia juga masih ingat orang tuanya dulu bekerja di pabrik kimia, mereka berdua meninggal karena banyak menghirup gas berbahaya selama bekerja.

Dalam keadaan ini, pabrik tempat mereka pasti akan memberikan kompensasi kan. Lalu kemana perginya kompensasi itu?

Uang hasil penjualan rumah dan uang kompensasi itu mungkinkah telah menjadi modal untuk keluarga mereka? Oh tidak hanya itu, mereka juga masih memeras nilai guna terakhirnya-Yaitu bagi siapa pun yang memberikan lebih banyak uang mahar maka orang itu yang akan dinikahi dengannya!

...

Kayla Gu mendorong pintu dan keluar dengan wajah cemberut. Pada saat ini, di halaman hanya tersisa Merina Wang dan Aiden Mo, juga ada Zayn yang sedang berjongkok di samping bermain tanah. Yang lainnya sibuk mengerjakan urusan masing-masing.

Ketika Aiden Mo melihatnya keluar, dia langsung bertanya, "Kamu sudah bangun? Lapar tidak? Ibu sudah menyisihkan makanan untukmu."

Merina Wang memandang Kayla Gu dari atas ke bawah, mengerutkan kening dan berkata, “Menantu kedua, kamu hari ini kenapa mengenakan kemeja putih? Hari ini adalah hari kamu pulang ke rumah, kamu harusnya memakai pakaian warna merah atau pink, warna yang meriah. Nanti selesai makan ganti ya.”

"Baik." Kayla Gu langsung menyetujui perkataan ibu mertuanya, dia lupa di era ini ada banyak hal yang perlu diperhatikan. Lagi pula, mereka baru menikah, kalau orang lain melihatnya mengenakan pakaian putih, mereka pasti mengira Keluarga Mo memperlakukannya dengan tidak baik, dan berpikir dia sengaja mengenakan warna ini untuk menberi kode pada orang lain akan hal ini.

Saat dia makan, Merina Wang duduk mengajaknya berdiskusi: "Menantu kedua, kamu saja yang membuat keputusan ya. Pulang ke rumah nanti mau bawa hadiah apa? Tembakau, alkohol atau teh? Atau makanan ringan..."

"Bu." Kayla Gu menyela kata-kata Merina Wang: "Tidak usah bawa apa-apa. Tembakau dan alkohol yang bagus itu suruh kakak ipar bawa ke rumah kakak ipar saja dan bujuk kakak ipar supaya cepat pulang ke rumah, Zayn masih sangat kecil, dia bagaimana bisa tanpa ibunya? Kakak ipar dia pasti juga merindukan dan memikirkan Zayn."

Mendengar itu respon pertama Merina Wang tertegun dan dia kemudian tersenyum lega: "Seandainya kakak iparmu bisa sebijaksana dirimu. Lihat lah dia sekarang sudah ibu dari satu anak tapi sikapnya masih seperti anak-anak, dan dia malah memperlihatkan lelucon untukmu sebagai menantu yang baru datang ke keluarga kami, aih."

"Mahar untukku lebih banyak dari mahar kakak ipar. Padahal kami berdua sama-sama menantu Keluarga Mo. Wajar saja kalau dia merasa tidak adil."

Kayla Gu mendorong kembali uang 10 yuan yang telah disiapkan Merina Wang untuk membeli hadiah dan berkata, "Bu, uang ini berikan saja pada kakak tertua, suruh dia beli beberapa hadiah lalu bawa Zayn jemput kakak ipar pulang ke rumah."

"Tapi kalian..." Demi bisa menikahi Kayla Gu, seluruh keluarga mengumpulkan semua uang, bahkan suaminya meminta gaji satu bulan di muka dan mengirimkannya ke rumah untuk menambahkan mahar Kayla Gu. Sekarang hanya tersisa 10 yuan ini.

Anak kedua selain uang hasil kerja serabutan kemarin dia sudah tidak punya uang lagi. Kalau uang ini diberikan kepada anak tertua, lalu bagaimana anak keduanya pulang membawa menantu pulang ke rumah keluarganya? Bukankah tidak enak dipandang kalau mereka datang dengan tangan kosong?

Kayla Gu bangkit dan kembali ke kamar untuk berganti pakaian, Merina Wang menepuk bahu Aiden Mo dan bertanya dengan suara rendah, "Kalian sebelumnya sudah menyiapkan hadiah untuk dibawa pulang ya?"

Aiden Mo dengan polos menggelengkan kepalanya: "Tidak ada."

"Keluarga He tua itu bukannya sangat perhitungan ya! Dia yang memiliki pikiran kecil pasti akan kesal melihat kalian datang dengan tangan kosong!"

“Aku juga tidak paham.” Setelah hening sejenak Aiden Mo tiba-tiba berkata, “Kurasa dia punya rencananya sendiri.”

Setelah beberapa saat, Kayla Gu berganti pakaian menjadi kemeja merah muda dan keluar dari kamar, rambutnya diikat dengan pita merah muda, kulitnya yang merah muda dan lembut membuatnya terlihat seperti boneka elok.

Merina Wang mendorong Aiden Mo yang tertegun melihat Kayla Gu: "Lihat, tangan istrimu membawa sesuatu! Kamu kok bukannya cepat pergi bantu dia?"

“Oh, oh oh!” Aiden Mo tersipu, melompat dan berlari ke Kayla Gu untuk mengambil dua kantong yang dibungkus dengan kertas jerami.

Kedua kantong itu masih terasa agak berat saat di jinjing, Aiden Mo mengerutkan kening dan bertanya, "Apakah ini hadiah untuk dibawa pulang? Apa ini? Kapan kamu membelinya?"

“Nanti kamu akan tahu.” Kayla Gu tersenyum misterius, memegang lengan Aiden Mo dan melambai ke Merina Wang: “Bu, kami pergi ya!”

“Pergi, pergi lah.” Merina Wang melihat punggung dan langkah mereka yang serasi tersenyum dsmai.

Rumah paman Kayla Gu berada di Desa D. Jarak kedua desa tidak jauh, tapi jalannya bergelombang. Langkah Kayla Gu sedikit lambat, tetapi meskipun lambat, hanya butuh waktu satu jam mereka sudah akan tiba.

Baik itu di Desa Q atau Desa D, Aiden Mo dan Kayla Gu yang kini menjadi pasangan, selalu menjadi bahan gosip orang-orang.

Siapa suruh kombinasi diantara mereka begitu istimewa! Yang satu Aiden Mo, seorang pria "mesum" di Desa Q yang kesulitan mendapatkan istri, dan yang satunya Kayla Gu, gadis yang hanya ingin belajar dan tidak ada pria yang berani menikahinya.

Dua orang yang tidak dipandang baik oleh semua orang kini membentuk sebuah keluarga, tentu saja akan mudah untuk menjadi bahan gosip orang-orang.

Begitu mereka memasuki Desa D, beberapa orang langsung pergi ke keluarga He untuk memberi kabar.

Dessy Yu masih sibuk di dapur, Sony He saat ini membuka tirai mendesaknya, "Sudah belum sih? Kayla dan Aiden Mo mereka akan segera datang!"

“Iya iya sudah, jangan desak aku!” Dessy Yu memasukkan sepotong daging babi rebus ke dalam mulut Sony He, melihat alis Sony He yang menari, dia tidak bisa menegakkan punggungnya dan tertawa, “Lihatlah dirimu, setiap hari sudah makan daging tapi masih tidak merasa jenuh!"

Setelah mengatakan itu, dia menutupi nampan itu dengan tutup kuali hitam, dan semangkuk dagingpun disembunyikan dengan rapat.

“Istriku ini benar-benar cakap!” Sony He menepuk pantat Dessy Yu dan memujinya: “Daging rebusmu semakin hari semakin enak!”

Dessy Yu tertawa sambil menutup mulutnya: "Tidak tahu Kayla hari ini pulang bawa apa. Kalau mereka bawa ayam, setelah mereka selesai makan dan pulang, aku akan langsung mengeksekusinya. Aku dengar dari mak comblang kita meskipun keluarga Mo ini telah menghabiskan semua tabungan mereka untuk menikahi Kayla, tapi mereka memiliki belasan ayam di rumah mereka!"

Sony He mengangguk, "Ya benar! Mudahan mereka bawa dua ayam, hari ini makan satu, terus satunya lagi dimasak sebelum anak kita masuk kuliah."

Saat pasangan suami istri itu sedang memikirkan hal-hal baik di dapur, putri mereka Jenny He berteriak di halaman, "Ayah, Ibu, adik sepupu pulang!"

Dessy Yu melepas celemeknya dan tersenyum lembut pada Sony He, "Ayo pergi dan lihat apa yang mereka bawa."

Di halaman.

Kakak sepupu-Rony He dan Jenny He sedang berbicara dengan Kayla Gu dan Aiden Mo.

Kedua kakak sepupunya dulu memperlakukan Kayla Gu dengan biasa saja. Kalau ada apa-apa ya bicara beberapa patah kata, kalau tidak ada apa-apa ya sama-sama diam. Dan mereka tidak memiliki kesan yang baik untuk Aiden Mo, ya apa lagi kalau bukan karena cap pria mesum di Desa Q! Dari sorot mata mereka terlihat jelas penghinaan.

Dari segi usia, Aiden Mo lebih tua dari mereka. Tapi dia masih memanggil dua sepupu ini sesuai dengan panggilan Kayla Gu pada mereka yaitu kakak. Dan saat keduanya membalas hanya dengan berdeham, mereka langsung masuk dalam keadaan hening dan canggung.

Pada saat ini, Sony He dan Dessy Yu keluar dari dapur, begitu mereka keluar, mata mereka langsung tertuju pada benda yang dibawa Aiden Mo.

Bukan ayam. Pasangan suami istri itu bertukar pandang. Kalau bukan ayam juga tidak apa-apa. Bentuknya yang persegi dan itu masih dua kantong besar. Itu harusnya teh atau makanan ringan semacamnya, ya tidak apa-apa.

“Sudah bagus pulang, kenapa masih bawa barang sih!” Seru Sony He dengan menyatukan kedua matanya.

Download APP, continue reading

Chapters

155