Bab 9 Hari Pulang Ke Rumah Paman

by Esry 12:17,Jul 23,2022
Penampilan yang menggemaskan dan pintarnya ini terlalu mempesona, Aiden Mo menundukkan kepala merasa tidak sebanding dengannya. Dia seperti bintang di langit yang mempesona, sementara dia hanya debu biasa...

Kayla Gu tidak bisa melihat dengan jelas wajah Aiden Mo, dan tidak tahu seperti apa ekspresinya sekarang, jadi dia berkata dengan suara rendah, "Aku hanya ingin memberinya pelajaran dan melampiaskan amarahmu padanya. Kamu marah? Apakah perbuatan yang ku buat ini terlalu besar dan membuatmu malu?"

“Aku tidak marah padamu! Mendengarmu berniat melampiaskan amarahku padanya saja aku sudah sangat berterima kasih, aku bagaimana mungkin marah?” Aiden Mo mengangkat kepalanya dan menatapnya, dan di detik berikutnya, wajah Kayla Gu langsung menabrak otot dadanya.

Ini pertama kalinya Aiden Mo memeluk lawan jenis, sebelum memeluknya dia masih ragu-ragu, dia takut ditolak dan takut didorong olehnya, dia takut kalau tindakannya ini akan membuatnya takut. Karena bagaimanapun namanya sebelumnya sudah di cap buruk, siapa pun yang membahasnya pasti akan mengungkitnya: Oh, itu pria mesum dari Desa Q!

Tapi Aiden Mo tidak bisa menahan dirinya untuk tidak memeluknya, karena dia begitu sempurna! Usia yang sangat muda, penampilan yang sangat cantik, dan yang terpenting, dia percaya padanya dan sengaja melindunginya.

Jika semua kekecewaan dan rasa sakit yang dideritanya dalam dua tahun terakhir demi bisa memiliki istri yang cantik ini, maka setiap dia memikirkan kembali rasa sakit itu dia merasa semua itu tidak ada apa-apanya.

Kayla Gu yang dipeluk olehnya di luar dugaan begitu tenang, dia tidak mendorongnya, tidak memakinya, dia hanya diam tidak bergerak dan membiarkannya memeluknya. Aiden Mo sangat menikmati kehangatan yang berharga ini, tubuhnya sangat lembut dan sangat nyaman untuk dipeluk.

Dia memiliki banyak hal untuk dikatakan, tetapi pada saat ini dia hanya ingin memeluknya dan tidak mengatakan apa-apa, deru napasnya saat ini bahkan sangat ringan, seolah takut kalau semua ini hanya mimpi, dan dia takut mimpi indah ini akan hancur.

Dan pada akhirnya Kayla Gu tidak tahan lagi, terus berada dalam satu posisi dan tidak bergerak membuat pinggangnya sakit, dia juga belum mandi, setelah berdebat lama dengan Calista Zhao membuatnya keringatan dan sedikit bau, dan dia sejujurnya juga tidak enak berada dalam pelukan Aiden Mo yang tubuhnya saat ini wangi dengan sabun.

Begitu Kayla Gu sedikit bergerak, Aiden Mo segera melepaskannya dan mengeluarkan satu kata: "Maaf."

Hei, Kayla Gu awalnya masih sedikit malu, tetapi ketika mendengar Aiden Mo mengatakan kata "Maaf", rasa malunya langsung hilang, dan dia tersenyum padanya: “Untuk apa minta maaf? Kita ini suami istri, normal saja untuk berpelukan seperti ini..."

Kayla Gu tiba-tiba menutup mulutnya, oh tidak, dia sepertinya bicara terlalu banyak!

Mata Aiden Mo langsung bersinar, "Normal…Saja? Kalau begitu..."

"Oh, ngomong-ngomong..." Kayla Gu tertawa datar: "Bisa tidak bantu aku masak air? Badanku sudah dipenuhi keringat dan bau, aku mau mandi."

"…Baik."

Pada saat Kayla Gu mandi, lampu di kamar dimatikan, dia dengan mata kepalanya sendiri melihat kegelapan ruangan ini, dan dia tahu sudut mana yang benar-benar gelap tanpa ada cahaya bulan.

Pakaian di tubuhnya benar-benar basah oleh keringat, dan itu sangat lengket dan tidak nyaman, jadi dia harus melepas pakaiannya dan menggosoknya dengan baik sebelum pergi tidur.

Dia membawa dudukan baskom ke sudut gelap, menanggalkan pakaiannya dan mencuci di sana. Di sini cukup gelap, dia yakin kalau Aiden Mo tidak bisa melihatnya.

Dan dia juga percaya pada Aiden Mo, dia tidak mungkin datang di saat dia sedang mandi.

Tapi dia mengabaikan satu hal, warna kulitnya dan warna kulit Aiden Mo berbeda! Jika Aiden Mo yang berdiri di sudut ini dia pasti tidak akan bisa melihatnya. Sementara warna kulitnya putih cerah, bahkan kalau dia berdiri di sudut gelap, Aiden Mo masih dapat melihat siluet rampingnya.

Sesuatu yang seperti ini malah semakin mudah membuat orang berpikir dan berimajinasi…

Dalam kegelapan malam, penglihatan Aiden Mo jauh lebih baik daripada Kayla Gu. Setelah yakin kalau Kayla Gu tidak akan menemukan matanya yang sedang menatapnya, Aiden Mo dengan berani membuka matanya untuk melihatnya.

Sambil melihat sambil menelan ludah, sebuah pikiran muncul di benaknya: Apakah perbuatannya sekarang ini bisa dianggap perbuatan mesum?

Tidak, tidak! Dia menghibur dirinya sendiri, ini istrinya sendiri! Miliknya! Mau di lihat bagaimanapun mereka berdua sudah sah sebagai suami istri.

Seperti ada api yang berkobar di dadanya. Perlahan, api itu menyelimuti seluruh tubuhnya. Dia tidak boleh melihatnya lagi, kalau diteruskan tubuhnya akan meledak...

Setelah mandi, Kayla Gu mengenakan pakaian katun longgar dan kembali ke tempat tidur, Aiden Mo berbaring di tikar bawah dengan memunggunginya.

Berbaring di tempat tidur, semuanya sunyi. Dia mendengar napas berat Aiden Mo dan mengira itu adalah dengkurannya. Kalau dipikir-pikir aneh sih, dia yang sebelumnya sangat takut kegelapan sekarang malah tidak takut.

Mungkin karena di dalam hatinya telah membangun kepercayaan yang mendalam pada Aiden Mo, jadi selama ada dia di dalam ruangan ini, mendengarkan napasnya, perasaannya jadi stabil dan tidak lagi takut, Kayla Gu pun tak lama tertidur.

Ketika dia bangun, hari sudah cerah.

Dia menggosok matanya yang mengantuk dan melihat ke bawah, Aiden Mo ternyata sudah tidak ada di sana, tetapi dia hari ini tidak pergi bekerja, dan suaranya terdengar dari halaman.

Setelah mendengarkan dengan seksama, dia baru sadar, ah, ternyata hari ini adalah hari dia pulang ke rumah orang tuanya!

Mo sekeluarga sedang berdiskusi mau membawa hadiah apa yang cocok untuk pamannya, Chandra Mo bilang bawa tembakau dan alkohol, lalu Merina Wang bilang bawa ayam jantan, yang memiliki makna "Sukses selalu". Kemudian Chris Mo menyarankan untuk membawa beberapa teh yang enak, Cindy Mo menyarankan untuk membawa beberapa kain, karena anak pamannya baru diterima di universitas dan harusnya dia butuh membuat pakaian yang layak untuk dibawa ke universitas.

Kayla Gu sambil menguap bangkit dari tempat tidurnya. Mo sekeluarga sekarang sedang berpikir memberi hadiah apa untuk pamannya dan tidak pantas kan kalau dia pada saat ini terus bermalasan di tempat tidur.

Tapi ngomong-ngomong, orang-orang di jaman ini benar-benar pekerja keras ya! Bangunnya pagi sekali! Dia yang pada saat ini masih mengantuk jadi tidak enak terus bermalasan di tempat tidur.

Kayla Gu kemudian mengganti pakaiannya dan pergi ke baskom cuci mukanya. Di dalam baskom ada air jernih. Tak perlu dikatakan lagi, pasti Aiden Mo yang sudah menyiapkannya untuknya sebelumnya.

Mendengar mereka membicarakan tentang hadiah untuk kembali ke rumah pamannya, beberapa kenangan langsung membanjiri pikirannya.

Teringat peristiwa di masa lalu, hati Kayla Gu seperti tertimpa dengan batu besar. Kayla Gu yang dulu benar-benar seorang kutu buku yang mengabdikan dirinya untuk belajar! Dia bahkan tidak tahu kalau dia sedang ditindas.

Waktu itu, dia sering mencium aroma roti pipih tepung putih atau roti cincang di rumah pamannya, tapi setiap kali dia bertanya, bibinya pasti akan bilang itu mungkin tetangga sekitar mereka yang memasak makanan enak. Kayla Gu pada saat itu hanya bisa menggigit jagung di tangannya dan merasa iri dengan makanan enak yang dimasak tetangga.

Setiap kali makan bersama, paman dan bibinya, kakak sepupunya hanya akan makan sedikit dan bilang kalau mereka sudah kenyang. Setiap pergi ke sekolah, kedua kakak sepupunya juga tidak pergi dengannya, mereka selalu membiarkannya pergi dulu...

Fisik empat orang dari keluarga ini sangat kuat dan bugar, sementara dia begitu kurus dan rapuh, seperti kalau ada angin kencang yang bertiup dia bisa ikut terbang.

Semua hal yang begitu jelas ini, Kayla Gu si kutu buku bahkan tidak mencoba untuk mencari tahu!

Mana ada makanan enak buatan tetangga! Jelas-jelas kalau itu masakan bibinya dan dia dengan sengaja menyembunyikan darinya secara diam-diam, setelah dia pergi, keempat keluarga itu baru mengeluarkannya dan menikmatinya bersama-sama.

Rumah Pamannya tidak punya ruang lebih untuknya, jadi mereka membangun tempat tidur kecil di samping kompor dapur. Ketika belajar di malam hari, tidak ada cahaya di dapur, Kayla Gu akan menyalakan lilin dan duduk di tempat tidur kecilnya untuk belajar.

Meskipun kondisi belajarnya sangat sulit, tapi dia tidak pernah berpikir untuk berhenti belajar. Dia tidak pernah mengeluh dengan lingkungan belajar dan tempat tinggalnya yang tidak sebaik kakak sepupunya. Dia hanya berpikir dengan paman dan bibinya mau menerimanya dan memberinya makan itu sudah sebuah perlakuan yang sangat baik dan berjasa.

Jadi dengan keadaan saat ini ketika dia diterima di universitas dia sangat menghargai kesempatan ini. Tapi bibi dan pamannya pada saat ini merobek surat penerimaannya, menghancurkan mimpi kuliahnya, yang mana sama dengan membunuh satu-satunya cahaya dalam hidupnya.

Download APP, continue reading

Chapters

155