Bab 3 Aku Percaya Padamu

by Esry 12:16,Jul 23,2022
"Eh..." Kayla Gu menggelengkan kepalanya dengan canggung, "Terlalu panas, kalau baring berdua di sini kita bisa mateng!"

“Oh.” Kilau di mata Aiden Mo langsung meredup, dan dia berbalik untuk berbaring lagi.

Eh...sepatuh itu kah pria ini? Padahal dirinya sudah memikirkan banyak alasan untuk tidak melakukan hal itu! Sepertinya alasan-alasannya ini sudah tidak berguna lagi!

Baik Kayla Gu maupun Aiden Mo tidak ada yang bisa tidur, cuaca sangat panas, mereka tidak bisa mandi, tidak ada AC, bahkan tidak ada kipas angin! Kayla Gu benar-benar tidak bisa beradaptasi, dia berguling ke kiri ke kanan tidak bisa tidur. Aiden Mo karena terus mendengar suaranya membalikkan badan juga jadi tidak bisa tidur.

Lilin merah di kamar itu tak lama habis, dan akhirnya dengan suara sst padam.

Ruangan langsung diselimuti kegelapan, dan Kayla Gu yang biasanya tidur dengan lampu malam, membuka matanya dalam kegelapan dan tidak berani menutupnya lagi.

Dia terbiasa saat membuka matanya masih bisa melihat sudut-sudut ruangan dengan jelas, dengan begitu dia akan merasa aman. Jika gelap gulita seperti sekarang, dia akan merasa ketakutan, merasa ada banyak pasang mata yang tersembunyi di kegelapan sedang melihatnya, dan membuatnya merinding ketakutan.

Di luar masih ada suara gonggongan anjing, saraf Kayla Gu menjadi semakin tegang. Dengar-dengar mata hewan dapat melihat hal-hal yang tidak dapat dilihat manusia...

Karena takut, dia akhirnya berbisik, "Aiden Mo..."

"Ya?"

Wah dia menjawabnya! Kayla Gu dengan senang bertanya, "Kamu belum tidur?"

"Hmm. Belum."

"Kalau begitu, maukah kamu mengobrol denganku sebentar? Aku tidak bisa tidur."

“Terlalu panas ya?” Aiden Mo duduk dalam kegelapan dia bisa melihat sosoknya yang samar.

Setelah dia duduk, kipas di tangannya bergoyang, dia menggoyangkan kipas begitu keras sehingga angin bisa bertiup ke Kayla Gu dan mengirimkan hembusan angin yang sejuk.

Tidak disangka pria ini meskipun bicaranya sedikit tetapi dia sangat perhatian. Kayla Gu melengkungkan bibirnya sambil tersenyum berkata: "Aiden Mo, menurutku kamu adalah orang yang baik, bunga desa saat itu menolakmu pasti karena dia tidak mengerti kamu, atau pemikirannya terlalu kuno, jadi ketika kamu menyentuh tangannya dia langsung terkejut. Dan sekarang ada kemungkinan kalau dia tengah menyesali sikapnya saat itu."

Angin tiba-tiba berhenti. Kayla Gu tahu tangan Aiden Mo yang menggoyangkan kipasnya tengah berhenti.

“Maaf, maaf, kalau kamu tidak suka mendengar ini aku lain waktu tidak akan mengatakannya lagi!” Setelah menyadari kalau dirinya baru saja membuka rasa sakit Aiden Mo, Kayla Gu pun buru-buru meminta maaf.

Begitu Kayla Gu selesai bicara, dia melihat siluet Aiden Mo bergerak, dia bangkit dan langsung menghampirinya.

Melihat dia bergegas ke arahnya, Kayla Gu juga berguling dan duduk, untung dia bangun dengan cepat, kalau tidak kepalanya akan digunakan sebagai papan duduk oleh Aiden Mo.

Dengan kegelapan, mereka berdua saling memandang, dan mereka berdua bisa merasakan napas hangat satu sama lain.

Mata Aiden Mo jelas lebih bisa beradaptasi dengan malam yang gelap ini daripada miliknya. Aiden Mo secara akurat meraih lengannya, dan sekalipun Kayla Gu ingin melepaskan diri dia tetap tidak bisa melepaskan diri dari genggamannya.

"Kayla Gu, kamu dengar ya, dua tahun yang lalu aku tidak pernah menyentuh tangan Calista Zhao! Aku juga tidak tahu mengapa dia menuduhku menyentuh tangannya!"

Aiden Mo pada saat ini berada di luar kendali, dia menekan emosinya, dan bahkan suaranya saat ini sangat kecil, dia seperti takut keluarga yang tinggal di sebelah mereka akan mendengarnya.

Dan tiba-tiba, dia melepaskan Kayla Gu, berbalik dan duduk kembali di bawah.

Cahaya bulan dari luar jendela masuk, dan Kayla Gu menemukan kalau tubuh Aiden Mo bergetar hebat. Suaranya juga bergetar: "Mereka semua tidak percaya padaku... aku bukan pria mesum..."

Ternyata, Aiden Mo bukannya tidak terpancing saat menghadapi tudingan dan gosip orang lain di belakangnya, tapi dia hanya terbiasa menyembunyikan semua keluh kesah dalam hatinya, meninggalkan semuanya sendirian di malam hari dan kemudian menyembuhkannya sendiri.

"Aku percaya padamu! Aku percaya!"

Kayla Gu dengan kaki telanjang bangun dari tempat tidur, dia berjongkok di belakangnya dan memeluknya dari belakang, pelukannya hangat dan suaranya lembut, Aiden Mo meringkuk ke dalam tubuh mungil ini, dan keadaannya perlahan kembali tenang.

Aiden Mo perlahan menghela napas, otot-ototnya yang tegang mengendur dan dia bertanya, "Kayla Gu, ceritakan tentangmu! Kenapa saat aku tadi menyuruhmu pergi kamu malah tidak pergi?"

"..."

Kayla Gu yang bersandar di punggungnya pada saat unu telah tertidur. Punggung pria itu begitu lebar dan hangat, memeluknya membuatnya merasa sangat aman. Kayla Gu seharian ini sudah kelelahan dan tubuhnya sudah tidak tahan lagi. Setelah memeluk Aiden Mo beberapa saat, dia pun langsung jatuh tertidur.

Aiden Mo melihatnya tertidur, menggendongnya dan membawanya kembali ke tempat tidur. Dia kemudian duduk di tepi tempat tidur dan mengipasinya sebentar. Setelah melihatnya tidur nyenyak, dia baru kembali ke tikarnya sendiri dan tidur.

Ketika Kayla Gu bangun keesokan harinya, Aiden Mo sudah tidak ada di kamar, dia merenggangkan pinggangnya dan mendengar Chandra Mo sedang berbicara dengan Thalia Yang di halaman.

"Thalia, adik iparku baru saja menikah. Selain itu, dia masih muda dan sebelum menikah dia sibuk belajar. Jadi wajar saja kalau dia tidak terbiasa dengan hal-hal di rumah. Kamu sebagai kakak ipar, berbuat dan mengerjakan lebih banyak juga sudah seharusnya kan."

Suara Thania Yang terdengar sangat sedih, marah, dan suaranya bergetar, "Iya! Nasibnya bagus! Sebelum adik ipar keluar, dia menyuruh ibu memasak ayam untuk istrinya. Ibu membunuh ayam untuknya, dan aku memasak sup ayam untuknya. Sekarang setelah ayam direbus, putra kita sampai menangis karena ingin memakannya, dan ibu sama sekali tidak mau memberikan sedikit sup ayam kepada cucunya! Dia ngotot menunggu menantu keduanya selesai memakan baru memberikan sisanya kepada putra kita, kenapa? Memangnya dia itu ratu? Dia itu menantu begitu pula aku, aku ini bukan pembantu!"

"Huhu..."

Thalia Yang menangis dan berlari kembali ke rumah. Chandra Mo mengejarnya kembali ke rumah dan menasehatinya lagi. Tapi ketika seorang wanita marah dan merasa tertindas, dia bagaimana bisa mendengar sedikit nasihat? Yang ada tangisnya akan semakin menjadi-jadi, dan saat anaknya melihat ibunya menangis, dia pun ikut menangis, sungguh pagi yang begitu riuh.

Mendengar keriuhan ini Merina Wang pun berlari mengetuk pintu rumah anak tertuanya: "Chandra, Thalia, apa yang kalian berdua perdebatkan di pagi hari?"

Thalia Yang langsung membuka pintu dan berkata kepada Merina Wang, "Keluarga Mo kalian sangat keterlaluan! Aku mau pulang ke rumah orang tuaku!"

Mendengar itu Merina Wang menatap kosong dan berkata, "Kenapa? Hanya karena aku tidak membiarkan Zayn makan paha ayam? Kalau kamu pergi, Zayn bagaimana? Ibu mohon, jangan pergi. Ibu sekarang juga akan memberikan Zayn paha ayam!"

Lalu Chandra Mo dari dalam ruangan berteriak tidak senang: "Bu, jangan memohon padanya! Kalau ku lihat dia ini dikasih hati malah minta jantung, biarkan saja dia pergi!"

"Ya sudah aku pergi sekarang! Huhu..." Mendengar tangisan yang hanyut itu, bisa diketahui kalau Thalia Yang pergi dari sana sambil berlari.

Kayla Gu tidak menyangka, dirinya baru saja tidur sehari, sebelum dia bangun, keluarga kakak tertuanya langsung ribut besar karenanya.

Karena Thalia Yang tiba-tiba kembali ke rumah ibunya, wajah keluargapun jadi tidak enak, semua orang duduk di meja makan dengan wajah dingin dan tanpa suara. Seluruh ayam diletakkan di depan Kayla Gu, dan mereka sepertinya telah membahasnya. Semua hanya makan sayuran goreng di atas meja, dan tidak ada yang makan ayam ini.

Hanya mata Zayn yang langsung tertuju pada ayam itu, dia menjilat bibirnya dan menarik air liur yang hendak keluar, tidak peduli bagaimana tatapan mata Chandra Mo di sebelahnya yang berusaha menghentikannya dia terus melihat ke arah ayam itu.

Kayla Gu pun sambil tersenyum bertanya kepada Zayn: "Kamu ingin makan ayam?"

Zayn mengangguk lalu menggelengkan kepalanya, "Ayah bilang ayam itu milik bibi kedua, aku tidak diperbolehkan untuk memakannya."

Mendengar itu Chandra Mo tersenyum canggung, "Adik, kamu tidak perlu mengurusinya, kamu makan saja makananmu, ayam ini milikmu."

Kayla Gu juga tidak mengatakan sepatah kata pun, mengambil ayam dan berjalan keluar.

Melihat itu Zayn mengerucutkan bibirnya kecewa, air mata hendak mengalir di matanya. Chandra Mo pun langsung memarahinya, "Tidak boleh menangis!"

Cindy Mo menunjuk ke pintu dan mencibir: "Apa maksudnya? Dia takut Zayn akan merebutnya, jadi mengambil ayam itu dan memakannya sendiri? Wah sikapnya ini benar-benar tidak beradab!"

“Sudah, jangan banyak bicara!” Merina Wang langsung menatap Cindy Mo: “Adik ipar keduamu itu 3 tahun lebih muda darimu, wajar saja kalau dia memiliki temperamen seperti anak kecil, kita hanya bisa membujuknya untuk menetap di rumah kita dengan damai. dan tunggu beberapa tahun ke depan setelah dia lebih dewasa dia tidak akan seperti ini lagi."

"Huh!" Cindy Mo mengerucutkan bibirnya, "Cuma takutnya ada orang yang terbiasa dimanjakan malah semakin menjadi, dan berpikir kalau seluruh keluarga kita takut padanya dan akan selalu mengalah padanya."

Download APP, continue reading

Chapters

155