Bab 2 Kalung Doa dan Pisau Babi

by Glenn Alinski 11:37,Oct 10,2021

Setelah terselamatkan dari bencana, ternyata mendapatkan keberuntungan!

Tidus mengawasi cermin dengan gembira, tidak ada bayangan pada cermin, menjadi tembus pandang merupakan cara melakukan kejahatan terbaik, ini merupakan cara terbaik untuk mencuri, merampok, menipu orang!

Tidus mulai mencoba kemampuan Jurus Tembus Pandang dengan gembira.

Sepertinya Jurus Tembus Pandang ini memiliki teknis yang sama seperti yang dia bayangkan, hanya dapat menyembunyikan tubuh, namun tidak dapat menyembunyikan suara, bahkan pakaian yang ditubuhnya sepertinya tidak kelihatan juga, tanpa harus melepaskan baju saat melakukan Jurus Tembus Pandang.

Tidus mencoba sekali lagi, Tidus memegang sebuah benda dan benda tersebut langsung menjadi tembus pandang, akan tetapi ukuran barang tersebut tidak boleh melebihi ukuran telapak tangannya, itu menandakan bahwa apabila Tidus ingin mencuri ayam tampaknya tidak akan berhasil, apabila mencuri roti kukus seharusnya tidak masalah.

Setelah melakukan percobaan, Tidus menganggukan kepala dengan puas, namun tidak mungkin dia selalu bertubuh tembus pandang, apakah bisa menunjukkan tubuhnya lagi?

Seiring dengan pemikiran Tidus, tubuhnya yang hitam dan hangus tiba-tiba muncul di cermin lagi.

Hei, Tidus benar-benar terlahir luar biasa sekali, bahkan Tuhan saja memberikan ilmu Dewa kepadanya!

Tidus merasa sangat senang, kemudian mencoba bertubuh tembus pandang lagi, seiring dengan pemikirannya, tubuhnya perlahan-lahan berubah menjadi tembus pandang.

Tidak lama kemudian, tubuh Tidus kembali menjadi normal lagi, belum sempat merasakan kesenangan, kepala Tidus terasa pusing, seolah-olah belum tidur selama tiga hari.

Bunyi gedebuk, Tidus terduduk di atas lantai, kemudian mengerutkan alisnya, apakah ini adalah efek samping dari Jurus Tembus Pandang ?

Sepertinya begitu, bagaimanapun menggunakan Jurus Tembus Pandang seharusnya akan mengorbankan sesuatu, apakah akan menguras tenaga dirinya sendiri?

Tidus bergumam di dalam hati, firasat perasaan memberitahukan dirinya bahwa, dia dapat menggunakan Jurus Tembus Pandang sekali lagi, apabila menggunakan sekali lagi, mungkin akan membahayakan nyawanya.

“Masih bisa menggunakan sekali lagi, tadi telah menggunakan dua kali, berarti dalam satu hari aku dapat menggunakan Jurus Tembus Pandang sebanyak tiga kali?”

Tidus bergumam di dalam hati, tiga kali, baik sekali, selama dapat menggunakan dengan tepat, berbuat kriminal bukan masalah.

Masih ada satu kesempatan lagi, apakah ingin pergi mengintip Si Janda Jaenab mandi?

Sebuah pemikiran seperti ini muncul di dalam benak Tidus, seketika Tidus merasa sangat semangat.

Kreek! Pintu rusak mengeluarkan suara yang tidak enak di dengar, Tidus mendongak, ternyata adalah pengemis tua.

Tahun ini pengemis tua telah berusia enam puluh tahun, badannya tinggi, kurus, ramping, penampilannya sangat mirip dengan Tidus.

Pengemis tua mengenakan jubah panjang berwarna hitam, satu tangannya memegang kotak obat rusak, satu tangannya lagi memegang sebuah bendera, bendera bertulis “Peramal Dewa Tiada Dua!”

Benar, Peramal Tua merupakan orang jalanan puluhan tahun lalu, mendongeng, meramal, menjual pil herbal, semua pekerjaan kelas bawah, semuanya pernah dilakukan oleh Peramal Tua.

“Brengsek, kamu tersambar petir?”

Peramal Tua melihat seluruh tubuh Tidus yang menjadi hitam dan hangus sama tidak merasa khawatir, malah merasa sangat senang. Jika Tidus masih hidup, itu menandakan bahwa dia baik-baik saja, apa yang perlu dikhawatirkan?

Tidus berdiri sambil menepuk pantatnya: “Eh, pepatah berkata, jika ingin mencapai karir sukses, harus menanggung kesulitan, jika petir ini adalah kata pepatah, maka keberuntunganku akan segera berubah. Peramal Tua, bukankah kamu adalah Peramal Dewa ? Segera meramal nasibku, bagaimana masa depanku?”

Menghadapi Peramal Tua, Tidus benar-benar tidak menghormatinya, di dalam pandangan orang lain hubungan mereka berdua adalah ayah dan anak, namun sebenarnya hubungan mereka berdua sangat rukun seperti kakak beradik.

Peramal Tua melirik seluruh tubuh Tidus yang menjadi hitam dan gosong, ekspresi wajahnya berubah menjadi serius dan mengulurkan tangan dan mulai meramal.

Tidus melihat penampilan Peramal Tua sambil tersenyum terbahak-bahak. Karena dia mengetahui kemampuan Peramal Tua dengan jelas, hasil meramal tidak pernah akurat.

Beberapa saat kemudian, Peramal Tua mendongak, melihat ke arah Tidus.

“Keberuntungan dan juga kemalangan silih berganti menghampiri, bertemu naga terbang ke atas, setelah lolos dari bencana, akan mendapatkan keberuntungan. Namun, naga di langit, ada mosnter yang mengintip, tetapi, pria sejati akan terus meningkatkan dirinya.”

Ini adalah pertama kali Tidus melihat ekspresi wajah Peramal Tua begitu serius. Tidus tidak begitu mengerti kata-kata yang diucapkan oleh Peramal Tua, akan tetapi kurang lebih dapat mengerti maksud dari kata-katanya.

Ketika Tidus sedang menebak apakah Peramal Tua benar-benar dapat meramal sesuatu, kemudian Peramal Tua berkata lagi.

“ Tidus, di dalam sepatu rusak yang di bawah kasur dan kotak kayu berisi sebanyak dua juta rupiah, kamu jangan melakukan hal-hal kriminal lagi, bagaimanapun itu telah melanggar hukum moral. Di dapur belakang terdapat sebuah Pisau Babi dan Kalung Doa, kemanapun kamu pergi harus membawa kedua benda ini.”

Nada suara Peramal Tua seolah-olah seperti sedang menyampaikan pesan kematian, membuat Tidus terasa cemas: “ Peramal Tua, apa maksudmu? Apakah kamu ingin meninggalkanku?”

Peramal Tua menghelakan nafas, tidak memperdulikan pertanyaan Tidus, kemudian lanjut berkata: “Pada saat itu aku memungutmu di tepi Sungai Yamato, di sekelilingmu tidak ada barang lain, hanya ada sebuah rakit rusak saja. Aku tidak tahu identitasmu juga, akan tetapi aku dapat beritahumu bahwa, identitasmu tidaklah biasa, jika kamu ingin mencari orang tua kandungmu, kamu dapat mencari petunjuk dari tanda lahirmu.”

Kedua mata Tidus sedikit memerah, mereka berdua telah tinggal bersama selama dua puluhan tahun, apakah Peramal Tua benar-benar ingin meninggalkannya?

Peramal Tua mengawasi Tidus sambil tersenyum: “Ini adalah pertama kali aku melihatmu menangis, benar-benar sangat sulit sekali, akan tetapi kenapa kamu menangis? Aku tidak bilang kalau aku tidak kembali kesini lagi, aku ada urusan penting, sehingga perlu keluar untuk sementara waktu saja.”

Tidus menyeka air mata, kemudian berpura-pura acuh tidak acuh.

“Siapa menangis? Bagaimana mungkin aku menangis? Apabila kamu pergi, maka tidak ada yang merebut makanan bersama aku lagi.”

Peramal Tua mengawasi Tidus dengan tatapan lembut: “ Tidus, kamu harus ingat, selama kamu menjunjung tinggi kata hati nurani, maka Tuhan tidak akan mengkhianatimu.”

Tidus menundukkan kepala untuk menyembunyikan air matanya.

“Sudahlah, Peramal Tua yang seperti kamu, mengapa banyak sekali omong kosongmu? Segera keluar dari sini, lihat saja bagaimana aku menghabiskan kotak uang mu.”

Peramal Tua tidak menjawab, begitu Tidus mendongak dan melihat ke sekeliling, tidak tahu sejak kapan Peramal Tua menghilang.

“ Peramal Tua ?”

Tidus berteriak, kemudian berjalan keluar dari rumah, jalan terlihat sepi dan sama sekali tidak ada bayangan.

“Huft, orang tua ini, benar-benar langsung pergi, baiklah, akhirnya aku bisa melakukan apa saja yang aku inginkan! Hahaha!”

Setelah memastikan Peramal Tua telah pergi, ekspresi wajah Tidus langsung berubah dan tertawa terbahak-bahak, kemudian bergegas lari ke bawah kasur, beneran ada uang dua juta di dalam sepatu.

Tidus mengambil Kalung Doa yang ditinggalkan oleh Peramal Tua dan memakai ditangannya, kemudian berjalan ke dapur belakang dan mengeluarkan sebuah Pisau Babi.

Pisau Babi tersebut terlihat seperti pisau biasa yang tertutup karat, sama sekali tidak terlihat seperti barang berharga.

Selain uang dua juta, mengenai Kalung Doa dan Pisau Babi ini Peramal Tua tidak memberitahu fungsinya, seharusnya terdapat fungsi masing-masing..

Tidus tidak bodoh, Peramal Tua tiba-tiba menghilang begitu saja, dia pasti bukan orang biasa, barang-barang yang dia tinggalkan bukan barang biasa juga.

Download APP, continue reading

Chapters

60