Bab 9 Kedatangan Wanita Baju Putih

by Glenn Alinski 11:38,Oct 10,2021
Tidus melihat Parto yang berteriak di dalam, dia pun merasa sangat senang setelah melihatnya, kalian mau bunuh aku, aku yang bunuh kalian dulu.
Parto tetap mendorong jendela ke arah luar dengan kuat, sedangkan Tidus pun menahannya dari luar.
Parto menatap ke sekeliling, dia ingin melihat siapa yang mau membunuh mereka sekeluarga, pada saat itu juga, tiba-tiba terdapat seseorang yang muncul di hadapannya.
Orang ini pun seperti muncul dari dalam lukisan, yang muncul dengan perlahan-lahan.
“ Tidus !”
Parto pun merasa marah setelah melihat orang yang muncul di hadapannya, orang ini ternyata adalah Tidus yang ingin dibunuh oleh dirinya!
Tidus juga tertegun di sana, kemudian dia baru menyadari waktu dalam keadaan tembus pandang sudah sampai, ini pun dia masih belum pernah mencobanya.
Tetapi Tidus pun langsung berubah jadi tembus pandang lagi.
“ Tidus, kamu bajingan, segera keluar kamu, kamu berani bunuh aku ya, aku akan biarkan kamu bayar semua ini.”
Parto pun berteriak.
Tidus tidak bersuara lagi, kemudian dia memecahkan kaca, melempar mancis ke dalam, sesudah itu, dia pun langsung mundur ke belakang.
“Tidak!”
Parto berteriak dengan kuat, kemudian suara ledakan yang besar pun terdengar!
Rumah kayu itu meledak dan terbakar, suara teriakan mereka bertiga pun terdengar dari dalam.
Parto berdiri di depan jendela, sekujur tubuhnya pun sudah terbakar, dia menatap ke depan dengan tampak dendam, sepertinya dia masih sedang mencari keberadaan Tidus.
Hanya saja Parto sudah ditakdirkan untuk mati, dalam waktu yang singkat, dia pun sudah dilahap oleh kobaran api.
Tidus pun berdiri, berjalan menuju ke luar.
Semua ini juga karena kalian sendiri, apakah berkaitan denganku?
Tidus pulang ke rumahnya, setelah selesai makan, dia merasa ngantuk, kemudian dia pun berbaring di kasurnya, mulai tidur.
Saat Tidus bangun, waktu pun sudah berlalu beberapa jam, Tidus berbaring di atas kasur dengan bengong, hari ini dirinya sudah membunuh empat orang, meskipun dia tidak melakukannya secara langsung, tetapi semua ini disebabkan oleh dirinya, tetapi kenapa dirinya sama sekali tidak merasa bersalah?
Kemudian, suara sirine mobil pun tiba-tiba terdengar, polisi sudah datang?
Tidus merasa dirinya harus pergi ke luar, setelah itu, dirinya baru bisa tenang.
Setelah keluar dari dalam rumah pun sudah siang, matahari sangat terik, awalnya adalah jalan yang sepi, tetapi sekarang semua warga Desa pun sudah keluar dari dalam rumah mereka.
“Ada apa dengan ini?”
Setelah melihat Paman Afgan di pintu desa, Tidus pun pura-pura menanyakannya.
“Eh, rumah Parto kebakaran, Parto sekeluarga semuanya mati di dalam.”
Paman Afgan berkata.
Tidus pura-pura terlihat kaget, “Semuanya mati? Mana mungkin? Tadi ada suara sirine polisi, ada polisi yang datang ya?”
“Bukan polisi, mobil pemadam kebakaran, rumah Parto sepertinya kebakaran karena ledakan tabung gas, setelah mobil pemadam kebakaran datang, rumah kayu itu cuman tersisa abu saja, apa pun tak bisa dilakukan. Bukannya mobil itu baru pergi?”
Paman Afgan menjelaskan kronologinya ke Tidus.
Tidus mengangguk, lalu dia pun berjalan menuju ke arah rumah Parto.
Tidus masih belum berjalan ke sana, seunit mobil pemadam kebakaran pun melaju di sampingnya, harusnya sudah mau pergi.
Tidus tidak mengetahui kasus Parto sekeluarga akan dikategorikan sebagai kecelakaan atau apa.
Tetapi Tidus yakin bahwa kasus ini akan dikategorikan sebagai kecelakaan, bagaimanapun polisi desa kecil pun malas datang, jika tidak biasanya Parto juga tidak berani bertingkah sesuka hati.
Sama sekali tidak ada orang yang kurang kerjaan, anggap kebakaran ini sebagai kasus pembunuhan, melakukan investigasi.
Tidus pergi ke rumah orang tua Parto, rumah kayu kecil itu sudah menjadi abu, selain hitam, apa pun tidak bisa dilihat, jenazah Parto sekeluarga sepertinya sudah dibawa pergi oleh petugas.
Setelah mendengar omongan warga Desa, Tidus pun merasa agak tenang.
Biasanya Parto sekeluarga bersikap angkuh di dalam Desa, warga-warga Desa pun tidak menyukai mereka, sekarang sekeluarga ini meninggal, mana mungkin ada yang merasa sedih, semua warga pun merasa senang.
Tidus membalikkan kepalanya, hendak pergi, kebetulan dia pun melihat di depan rumah Parto terdapat seseorang.
Siapa lagi kalau bukan Si Cantik Maylin itu?
Si Cantik Maylin berdiri di sana, lalu dia pun saling memandang dengan Tidus.
Maylina kenal Tidus, bagaimanapun dia juga sudah datang ke Desa ini selama satu tahun lebih, meskipun tidak sering bertemu, setidaknya dia masih kenal dengan orang yang ada di Desa.
Meskipun Maylina hanya pernah melihat Tidus beberapa kali, tetapi dia juga hanya tahu orangnya saja, dia tidak terlalu dekat dengannya.
Saat Tuan Dewa Gunung mengatakannya, Maylina pun mulai mengingat semua hal yang berhubungan dengan Tidus.
Meskipun Tidus tidak terlalu tampan, tetapi dia juga terlihat baik, terutama jika dibandingkan dengan Parto, Tidus bisa dibilang merupakan seorang pria tampan.
Maylina sekarang pun menatap Tidus, dia pun mengingat perkataan Tuan Dewa Gunung di benaknya. Maylina tidak menyangka Tidus akan menatapnya juga, setelah mereka berdua saling memandang, wajah Maylina seketika pun menjadi merah, lalu dia langsung masuk ke dalam.
Si Cantik Maylin ini pun merasa malu! Tidus merasa gembira, tetapi dia tidak berjalan ke sana.
Sekarang Parto sekeluarga baru mati, jika sekarang Tidus pergi mencari Maylina, bukannya akan buat orang lain memperhatikannya?
Apalagi masih ada perkataan Tuan Dewa Gunung, Tidus pun percaya Si Cantik Maylin akan pergi mencarinya.
Tidus pun tertawa, pulang ke rumahnya.
“dubidu dubidu uuuu…”
Tidus pulang ke dalam rumahnya dengan gembira, saat baru masuk ke dalam, Tidus pun melihat seorang wanita baju putih yang berdiri di halamannya.
Wanita cantik baju putih! Tidus berhenti di sana, kemudian dia pun ingin kabur dengan keadaan tembus pandang.
Tetapi wanita itu pun menyadari keberadaannya, jika Tidus dalam keadaan tembus pandang, dia juga tidak yakin bisa pergi dengan aman, bagaimanapun wanita yang ada di depannya bukan orang biasa.
“Kamu takut aku?”
Wanita baju putih berkata, dia menatap Tidus dengan tatapan tajamnya yang seperti pisau.
Tidus menunjukkan senyumannya dengan terpaksa, “Itu, kamu siapa ya? Pintu rumahku dikunci, kamu gimana masuk ya?”
Tatapan wanita baju putih tampak bingung, dia membalikkan kepalanya, menganggap ketakutan Tidus adalah respon yang alami.
“Kamu Tidus Jack?”
Wanita baju putih berkata dengan dingin, nada suaranya pun membuat orang lain merasa ketakutan.
Tidus langsung mengangguk, dia tidak tahu wanita ini datang untuk apa, hanya saja harusnya wanita ini datang bukan karena masalah kemarin? Harusnya wanita ini tidak memperhatikan dirinya, jika tidak, dirinya pun sudah mati pada saat itu.
Hanya saja wanita ini sekarang datang untuk apa?
Tidus merasa bingung, untung saja dia sudah menyembunyikan pisau itu, jika wanita ini menemukan pisau itu, mungkin sekarang dirinya sudah mati.
“Kamu orang yang paling tahu gunung di sekitar sini?”
Wanita baju putih bertanya lagi, hanya saja pertanyaan yang ditanyakan oleh dia pun agak aneh.

Download APP, continue reading

Chapters

60