Bab 10 Titid

by Glenn Alinski 11:41,Oct 10,2021
Wanita baju putih ini suruh dirinya bawa dia masuk ke Gunung Himala ?
Tidus mendapatkan jawabannya dengan agak ragu di dalam hati, dia bisa memikirkannya itu karena dirinya mendapatkan peta dari pria baju hitam, kalau begitu, meskipun wanita baju putih ini tidak punya peta, tetapi wanita ini juga mengetahui lokasi harta karun? Kalau begitu kenapa wanita ini mau bunuh pria baju hitam itu untuk dapatkan peta lagi?
Tidus merasa bingung di dalam hati, namun dia pun hanya bisa menyimpannya di dalam hati.
Wanita baju putih tidak mengetahui apa yang dipikirkan oleh Tidus, setelah Tidus mengakui dirinya adalah orang yang paling mengenali Gunung Himala di Desa ini, wanita baju putih pun menunjukkan senyumannya.
“Ini dua puluh juta, besok pagi kamu ikut aku masuk ke gunung, aku butuh bantuan kamu, setelah aku temukan barang yang aku mau, aku akan berikan dua puluh juta ke kamu lagi, meskipun tidak ketemu, dua puluh juta ini juga akan jadi milik kamu.”
Wanita baju putih itu melempar uang sebanyak dua puluh juta ke depan Tidus.
Tidus seketika pun tidak bisa memikirkan apa pun lagi, dia memusatkan perhatiannya pada uang dua puluh juta yang ada di depannya.
Sampai pada detik ini, uang paling banyak yang pernah dilihat oleh Tidus adalah dua juta yang ditinggalkan oleh Peramal Tua, dengan tidak disangka, wanita ini pun memberikan dua puluh juta kepada Tidus.
Orang kaya!
Tidus bergumam di dalam hati, dia pun abaikan perasaan takutnya terhadap wanita ini, dia menepuk dadanya, berikan jaminan akan selesaikan tugas ini dengan baik.
Wanita baju putih menatap Tidus, dia tidak mengatakan apa pun lagi, setelah itu dia pergi, hilang dari pandangan Tidus.
Tidus berjalan keluar, setelah memastikan wanita baju putih itu sudah hilang, dia pun langsung menutup pintu, memungut uang dua puluh juta itu.
Uang asli! Tidus memeriksanya dengan satu per satu, akhirnya dia pun memastikan dua puluh juta ini adalah uang yang asli.
Mulai dari hari ini, dirinya juga bisa dikategorikan sebagai orang kaya! Tidus merasa sangat senang di dalam hatinya.
Hanya saja Peramal Tua sudah pergi, jika tidak bukannya dia juga bisa menikmatinya?
Tidus merasa agak sedih, kemudian dia pun langsung ke luar dengan membawa uangnya. Karena sudah punya uang, jadi Tidus pun mau pergi makan dulu!
desa kecil tentu saja tidak terdapat tempat makan, tempat makan yang paling dekat juga berada di kota kecil yang berjarak sekitar lima sampai enam mil.
Untung saja tidak terlalu jauh, Tidus mengendarai gerobak dua roda yang sudah tampak rusak dan lama menuju ke kota kecil itu.
Meskipun baru lewat jam makan, harusnya restoran kecil masih belum tutup.
Tidus menghentikan kendaraan yang digunakan oleh dia di samping, masuk ke dalam sebuah restoran kecil yang bernama “Mangan Omah”.
Biasanya kalau Peramal Tua lagi punya uang, dia akan membawa Tidus datang ke sini, jadi Tidus pun sangat familiar dengan restoran ini. Yang membuat Tidus merasa terkesan dengan restoran ini adalah putri dari Bos restoran ini sangat cantik.
Hanya saja tingkah lakunya pun agak buruk, sejak kecil sudah tidak suka bersekolah, pergi rokok, minum, berkelahi, jangan lihat dia sekarang masih berumur dua puluh tahun, katanya dia sudah punya mantan pacar sebanyak dua puluh.
Biasanya kalau sedang makan di sini, Tidus pun akan melihatnya dengan diam-diam, jika tidak, meskipun dia masuk ke dalam dengan berjalan, mungkin saja dia harus keluar dengan merangkak di bawah.
“ Bibi Milka, pesan makan ya!”
Tidus masuk ke dalam restoran, saat ini di dalam restoran juga tidak ada orang, Tidus pun menyapa wanita paruh baya yang sedang menghitung uang di kasir.
Penampilan Bibi Milka juga lumayan bagus, hanya saja sekarang dia agak gemuk, saat muda, dia pasti merupakan sosok yang sangat cantik.
Katanya Bibi Milka sejak muda sudah datang ke sini untuk membuka restoran sendiri, selama beberapa tahun ini, Bibi Milka juga tidak berencana untuk mencari pasangan lagi, tetapi juga terdapat rumor mengenai Bibi Milka dengan pria di sekelilingnya yang beredar. Anaknya bisa seperti ini mungkin juga disebabkan oleh Ibunya.
“Ei, Tidus ya, Gurumu di mana?”
Bibi Milka menatap Tidus, dia merasa senang setelah melihat kedatangan Tidus. Karena Bibi Milka tidak punya anak cowok, jadi Bibi Milka pun memperlakukan Tidus dengan agak baik.
“Guruku keluar, Bibi Milka, aku masih belum makan siang, boleh sajikan makanan ke aku dulu?”
Tidus sudah bisa hadapi antusias Bibi Milka dengan tenang, tidak seperti dulu lagi yang wajahnya langsung merah merona.
“Ok Tidus, kamu duduk di tempat biasa dulu!”
Sesudah itu, Bibi Milka pun masuk ke dalam dapur.
Tidus duduk di sudut, dia dengan Peramal Tua sering duduk di sana, ini dikarenakan di sana lebih tidak mudah menarik perhatian orang lain.
Saat Tidus sudah duduk di sana, di luar pun terdapat sekumpulan orang yang masuk, orang yang berdiri di paling depan adalah seorang perempuan.
Orang itu mengenakan jeans sobek, dengan telinganya yang ditindik, bahkan rambutnya masih dicat dengan warna kuning, orang ini adalah anak perempuan Bibi Milka yang bernama Yosepin.
Namanya sama sekali tidak cocok dengan orangnya!
Di belakang Yosepin terdapat sekumpulan anak muda yang berpakaian aneh, harusnya adalah geng di kota kecil ini, sebenarnya mereka semua adalah anak muda yang tidak ada kerjaan setelah pulang sekolah, tidak dididik oleh orang tua mereka.
Yosepin masuk ke dalam, lalu dia pun melihat Tidus yang duduk di sudut.
“Hey, Si kecil Titid, kamu datang sendiri ya!”
Yosepin tersenyum dengan aneh, dia pun sambil menatap Tidus.
Tidus terlihat tidak berdaya, dia pun kenal dengan Yosepin karena sering ke sini, apalagi Yosepin juga tidak anggap dirinya sebagai musuh, jadi mereka berdua juga bisa dibilang sebagai teman.
Hanya saja Tidus tidak mengetahui kenapa gadis ini harus memanggilnya dengan Si kecil Titid.
Dari mana kamu tahu punyaku kecil? Punyaku besar tahu tidak?
Tidus bergumam di dalam hati, lalu dia pun mengangguk dengan sambil tersenyum, “Um, Guruku sudah pergi, ke depannya hanya aku sendiri yang akan datang.”
Yosepin pun menyuruh orang-orang muda yang ada di belakangnya untuk duduk dulu, kemudian dia pun duduk di hadapan Tidus.
“Sekarang kamu masih belum makan juga ya?”
Tidus mengangguk, “Um, jika tidak nanti kamu juga makan dikit di sini.”
Tidus hanya mengatakannya dengan sopan, dia tidak menyangka Yosepin akan setuju, “Ok, kebetulan aku juga belum makan.”
Tidus merasa dirinya sudah bersalah, lalu dia pun menatap orang-orang muda yang ada di belakang.
Yosepin sepertinya mengetahui apa yang dipikirkan oleh Tidus, “Tenang, mereka semua adalah teman-temanku, mereka makan punya mereka, kita makan punya kita, mereka tidak akan permasalahkan ini.”
Tidus hanya bisa mengangguk dengan tidak berdaya, beberapa orang muda yang ada di belakang pun menatapnya dengan tatapan yang tidak ramah.
“Aku pergi ke belakang dulu, kamu jangan lari ya Titid.”
Yosepin menunjukkan senyumannya ke Tidus.
Tidus mengangguk dengan tidak berdaya, dia berpikir di dalam hati, suatu hari nanti aku akan tunjukkin kamu apakah ukuranku kecil atau tidak.
Yosepin sudah pergi ke belakang, Tidus baru membalikkan kepalanya saja, lalu dia pun melihat sekumpulan orang muda itu datang mengelilinginya.
“Bro, kita semua adalah teman Yosepin, kalian mau lakukan apa?”
Tidus berkata dengan sambil tersenyum, hanya saja dia juga tidak takut mereka, bagaimanapun dia juga sudah pernah membunuh orang.
Hanya saja jika mereka langsung memukulnya, mungkin Tidus juga akan terluka, jadi jika masalah ini bisa diselesaikan dengan cara yang layak juga lebih baik.

Download APP, continue reading

Chapters

60