Bab 15 Bersama-Sama Jatuh Ke Sumur Kering
by Glenn Alinski
11:43,Oct 10,2021
Tidus ingin polwan ini menemukan mayat yang ada dalam sumur kering, tampaknya agak sulit.
Tidus bergumam dalam hati, ikut di belakang polwan ini, menggaruk kepala sambil memikirkan cara.
“Namaku Vina Subian, kamu panggil aku Petugas Vina sudah bisa, jangan panggil kakak polwan.”
polwan yang sedang berjalan di depan tiba-tiba menoleh dan berkata pada Tidus.
Tidus mengangguk, Vina Subian, itu adalah sebuah nama yang bagus, hanya saja, harus bagaimana baru bisa membiarkan wanita ini menemukan sumur kering itu?
Tidus ikut di belakang Vina tanpa henti terus memikirkan cara, kurang dari tiga hingga empat ratus meter di depan sudah tiba di samping sumur kering, jika masih tidak menemukan cara, tidak mungkin Tidus langsung menarik wanita ini berjalan ke samping sumur kering dan mengatakan di bawah ada satu mayat, bukan?
Tidus sedang merasa kesulitan di dalam hati, Vina yang ada di depan malah berjalan sangat cepat.
Kelihatannya sudah hampir melewati sumur kering itu, ada secercah cahaya yang melintas dalam benak Tidus, setengah menjongkok sambil memegang perut.
“Aduh, Kak Vina, tiba-tiba perutku sakit sekali, harus bagaimana?”
Spontan, Vina menoleh untuk melihat Tidus, “Aku peringatkan kamu agar tidak melakukan trik aneh!”
Wajah Tidus penuh kegetiran, berbicara dengan tulus, “ Kak Vina, aku sungguh sakit perut, aku pergi ke sana untuk menyelesaikannya dan segera kembali, bagaimana?”
Tidus bertanya pada Vina.
Vina melihat Tidus sekilas, tampaknya tidak seperti sedang berbohong, lalu mengangguk dengan tidak berdaya.
“Cepat kembali, jika sampai aku yang pergi mencarimu, maka kamu akan tragis sekali.”
Vina memperingatkan Tidus.
Tidus segera mengangguk, langsung berlari kecil menuju ke arah rerumputan di belakang sumur kering.
Tiba di belakang, Tidus langsung bersembunyi dalam rerumputan, diam-diam memperhatikan Vina.
Nanti aku tidak ke sana, wanita ini pasti akan ke sini, tiba saatnya aku akan mendorong dia ke bawah.
Tidus sedang memikirkannya dalam hati, tapi, langsung mendorongnya ke bawah, tidak akan mati, bukan?
Bagaimana jika sampai mati?
Tidus merasa agak ragu-ragu di dalam hatinya, tapi tidak boleh ada kesalahan apapun padanya.
Jika tidak menarik perhatian wanita ini agar ditujukan pada mayat itu, cepat atau lambat wanita ini pasti akan menemukannya.
Ketika Tidus sedang ragu-ragu dalam hati, Vina sudah tidak sabar ingin berjalan ke sana.
Bagaimanapun, Tidus sudah berada di sini selama hampir 10 menit, jangan-jangan pria ini langsung pergi begitu saja?
Vina memikirkan hal ini, spontan wajah kecilnya agak marah, barusan dirinya masih bersimpati pada orang ini, tidak menyangka sekarang pria itu malah melakukan hal ini, ternyata orang seperti ini memang tidak layak untuk mendapat simpati.
Vina berjalan ke arah sumur kering, sambil jalan sambil memanggil nama Tidus.
Tidus berada di rerumputan samping sumur kering sedang berpikir bagaimana baru bisa membiarkan wanita ini tahu di bawah sumur kering ada mayat.
Pada saat ini, kebetulan Vina tiba di samping sumur kering, juga tepat di sebelah Tidus, asalkan sekarang Tidus mengulurkan tangan maka bisa mendorong Vina ke bawah.
Hanya saja, bagaimana jika sekali dorong ke bawah orangnya langsung mati? Bukankah sayang sekali wanita secantik ini mati begitu saja?
Vina sudah berjalan ke sini, jika berjalan dua langkah lagi, mungkin sudah bisa melihatnya.
Saat ini, Tidus tidak ragu-ragu lagi, tiba-tiba berdiri.
“Itu……”
Dia baru mengucapkan sepatah kata, Vina kaget oleh Tidus yang keluar mendadak, spontan tubuhnya mundur dua langkah, dua langkah ini kebetulan sampai di tepi sumur kering, kakinya tidak berdiri stabil, langsung terjatuh ke dalam sumur kering.
Jatuh seperti ini apa tidak langsung terjatuh hingga mati?
Muncul sebuah pikiran dari dalam benak Tidus, kemudian secara naluriah maju selangkah, ingin meraih Vina.
Hanya saja, sepertinya reaksi Vina lebih cepat darinya, langsung mengulurkan tangan meraih tangan Tidus, ingin memegang Tidus untuk naik ke atas.
Hanya saja, dia tidak tahu Tidus sudah merencanakannya, tubuhnya juga tidak berdiri stabil, kali ini, mereka berdua sama-sama terjatuh ke dalam sumur kering.
Tidus hanya mendengar suara klontang, bagian belakang kepalanya terbentur, mata menggelap, hampir saja tidak bisa bernafas.
Kemudian sebuah suara dengungan yang agak menggoda malah membuat Tidus segera sadarkan diri.
Lalu Tidus merasakan sakit yang membakar di belakang punggungnya, sialan, jika tahu begini, aku tidak akan menyelamatkan wanita itu.
Tidus diam-diam memarahi dalam hati, menundukkan kepala melihat wanita yang ada di sebelahnya.
Awalnya Vina yang terlebih dulu jatuh, tidak tahu mengapa, tiba di bawah malah berubah menjadi dia yang ada di bawah.
Vina berbaring terlentang di atas tubuhnya, tampaknya Tidus bisa merasakan kedua buah lembut yang ada di depan dadanya, sayangnya ini tidak berlebihan seperti apa yang ada di TV, sama sekali tidak bisa melihat apapun.
Ini malah agak disayangkan, sudah saat-saat seperti ini, Tidus masih memiliki suasana hati untuk memikirkan hal-hal itu, benar-benar binatang.
Vina juga perlahan-lahan mulai sadar, sekilas langsung melihat wajah Tidus, terutama sepasang mata yang licik itu.
Tanpa sadar Vina akan melayangkan satu tinju ke sana, untungnya Tidus bangun lebih awal, melihat wanita itu mengangkat lengannya dengan linglung, dalam sekejap tahu apa yang ingin wanita itu lakukan, mengangkat tangan untuk menghadang tinju Vina.
“Aduh, Kak Vina, untuk apa kamu memukulku?”
Saat ini Vina baru tersadar, kemudian merasa dadanya agak sakit, lalu terpikir gaya saat ini, seketika langsung paham mengapa bagian tubuh itu bisa begitu sakit.
Bajingan kecil yang pantas mati ini! Tinju Vina tidak berhasil menghantam Tidus, spontan menarik tinjunya, menatap Tidus dengan penuh kebencian, lalu bangun dari tubuh Tidus.
Hanya saja, ketika dia bangun tidak memperhatikan Tidus yang ada di bawahnya, tangan yang dia tarik kembali, awalnya ingin menopang ke tanah dan bangkit.
Hanya saja, tangan itu belum menyentuh tanah, langsung jatuh ke selangkangan Tidus.
Karena tanpa sadar, tentu Vina menggunakan kekuatan alaminya, tapi kekuatan alami ini malah membuat Tidus langsung menjerit.
“Assu……”
Tidus sambil berteriak sambil memarahi kata-kata kotor, tapi begitu terpikir nyawanya masih berada di tangan wanita ini, dalam sekejap kata-kata kotor yang mau dilontarkan berubah jadi menghela nafas.
Seketika Vina merasakan apa yang telah terjadi, wajahnya memerah, segera menarik kembali tangannya, hanya saja, tepat pada saat itu, dia tetap merasakan barang itu……
Vina duduk di samping, berjarak agak jauh dari Tidus.
Saat ini suara teriakan Tidus baru berubah menjadi tarik nafas dingin, sialan, wanita ini bertindak terlalu kejam, hampir langsung mengubah telurnya jadi dadar.
“Sudahlah, aku tidak sengaja.”
Vina melihat Tidus, spontan merasa agak canggung dan mengatakannya.
Wajah Tidus penuh rasa sedih, kamu hampir saja membuatku tidak bisa memiliki keturunan, sikap minta maaf bahkan masih begitu buruk.
Hanya saja, kemudian dia memusatkan perhatiannya ke belakang wanita itu, tepat di belakang wanita itu adalah pria yang dia dorong ke bawah.
Pria itu telah menjadi mayat, karena sumur ini kering, suhunya rendah, jadi, tidak ada perubahan apa-apa pada mayat ini.
Di bawah kepala orang itu adalah bahu, seharusnya saat dia terjatuh kepalanya yang lebih dulu jatuh ke tanah, pria itu langsung mati begitu saja.
Yang membuat Tidus lebih khawatir adalah tangan pria ini masih memegang uang beberapa ratus ribu yang dia gunakan untuk merayu pria ini.
Masih ada sidik jarinya di uang-uang itu, pasti tidak boleh membiarkan wanita di samping ini mendapatkannya.
Tidus bergumam dalam hati, ikut di belakang polwan ini, menggaruk kepala sambil memikirkan cara.
“Namaku Vina Subian, kamu panggil aku Petugas Vina sudah bisa, jangan panggil kakak polwan.”
polwan yang sedang berjalan di depan tiba-tiba menoleh dan berkata pada Tidus.
Tidus mengangguk, Vina Subian, itu adalah sebuah nama yang bagus, hanya saja, harus bagaimana baru bisa membiarkan wanita ini menemukan sumur kering itu?
Tidus ikut di belakang Vina tanpa henti terus memikirkan cara, kurang dari tiga hingga empat ratus meter di depan sudah tiba di samping sumur kering, jika masih tidak menemukan cara, tidak mungkin Tidus langsung menarik wanita ini berjalan ke samping sumur kering dan mengatakan di bawah ada satu mayat, bukan?
Tidus sedang merasa kesulitan di dalam hati, Vina yang ada di depan malah berjalan sangat cepat.
Kelihatannya sudah hampir melewati sumur kering itu, ada secercah cahaya yang melintas dalam benak Tidus, setengah menjongkok sambil memegang perut.
“Aduh, Kak Vina, tiba-tiba perutku sakit sekali, harus bagaimana?”
Spontan, Vina menoleh untuk melihat Tidus, “Aku peringatkan kamu agar tidak melakukan trik aneh!”
Wajah Tidus penuh kegetiran, berbicara dengan tulus, “ Kak Vina, aku sungguh sakit perut, aku pergi ke sana untuk menyelesaikannya dan segera kembali, bagaimana?”
Tidus bertanya pada Vina.
Vina melihat Tidus sekilas, tampaknya tidak seperti sedang berbohong, lalu mengangguk dengan tidak berdaya.
“Cepat kembali, jika sampai aku yang pergi mencarimu, maka kamu akan tragis sekali.”
Vina memperingatkan Tidus.
Tidus segera mengangguk, langsung berlari kecil menuju ke arah rerumputan di belakang sumur kering.
Tiba di belakang, Tidus langsung bersembunyi dalam rerumputan, diam-diam memperhatikan Vina.
Nanti aku tidak ke sana, wanita ini pasti akan ke sini, tiba saatnya aku akan mendorong dia ke bawah.
Tidus sedang memikirkannya dalam hati, tapi, langsung mendorongnya ke bawah, tidak akan mati, bukan?
Bagaimana jika sampai mati?
Tidus merasa agak ragu-ragu di dalam hatinya, tapi tidak boleh ada kesalahan apapun padanya.
Jika tidak menarik perhatian wanita ini agar ditujukan pada mayat itu, cepat atau lambat wanita ini pasti akan menemukannya.
Ketika Tidus sedang ragu-ragu dalam hati, Vina sudah tidak sabar ingin berjalan ke sana.
Bagaimanapun, Tidus sudah berada di sini selama hampir 10 menit, jangan-jangan pria ini langsung pergi begitu saja?
Vina memikirkan hal ini, spontan wajah kecilnya agak marah, barusan dirinya masih bersimpati pada orang ini, tidak menyangka sekarang pria itu malah melakukan hal ini, ternyata orang seperti ini memang tidak layak untuk mendapat simpati.
Vina berjalan ke arah sumur kering, sambil jalan sambil memanggil nama Tidus.
Tidus berada di rerumputan samping sumur kering sedang berpikir bagaimana baru bisa membiarkan wanita ini tahu di bawah sumur kering ada mayat.
Pada saat ini, kebetulan Vina tiba di samping sumur kering, juga tepat di sebelah Tidus, asalkan sekarang Tidus mengulurkan tangan maka bisa mendorong Vina ke bawah.
Hanya saja, bagaimana jika sekali dorong ke bawah orangnya langsung mati? Bukankah sayang sekali wanita secantik ini mati begitu saja?
Vina sudah berjalan ke sini, jika berjalan dua langkah lagi, mungkin sudah bisa melihatnya.
Saat ini, Tidus tidak ragu-ragu lagi, tiba-tiba berdiri.
“Itu……”
Dia baru mengucapkan sepatah kata, Vina kaget oleh Tidus yang keluar mendadak, spontan tubuhnya mundur dua langkah, dua langkah ini kebetulan sampai di tepi sumur kering, kakinya tidak berdiri stabil, langsung terjatuh ke dalam sumur kering.
Jatuh seperti ini apa tidak langsung terjatuh hingga mati?
Muncul sebuah pikiran dari dalam benak Tidus, kemudian secara naluriah maju selangkah, ingin meraih Vina.
Hanya saja, sepertinya reaksi Vina lebih cepat darinya, langsung mengulurkan tangan meraih tangan Tidus, ingin memegang Tidus untuk naik ke atas.
Hanya saja, dia tidak tahu Tidus sudah merencanakannya, tubuhnya juga tidak berdiri stabil, kali ini, mereka berdua sama-sama terjatuh ke dalam sumur kering.
Tidus hanya mendengar suara klontang, bagian belakang kepalanya terbentur, mata menggelap, hampir saja tidak bisa bernafas.
Kemudian sebuah suara dengungan yang agak menggoda malah membuat Tidus segera sadarkan diri.
Lalu Tidus merasakan sakit yang membakar di belakang punggungnya, sialan, jika tahu begini, aku tidak akan menyelamatkan wanita itu.
Tidus diam-diam memarahi dalam hati, menundukkan kepala melihat wanita yang ada di sebelahnya.
Awalnya Vina yang terlebih dulu jatuh, tidak tahu mengapa, tiba di bawah malah berubah menjadi dia yang ada di bawah.
Vina berbaring terlentang di atas tubuhnya, tampaknya Tidus bisa merasakan kedua buah lembut yang ada di depan dadanya, sayangnya ini tidak berlebihan seperti apa yang ada di TV, sama sekali tidak bisa melihat apapun.
Ini malah agak disayangkan, sudah saat-saat seperti ini, Tidus masih memiliki suasana hati untuk memikirkan hal-hal itu, benar-benar binatang.
Vina juga perlahan-lahan mulai sadar, sekilas langsung melihat wajah Tidus, terutama sepasang mata yang licik itu.
Tanpa sadar Vina akan melayangkan satu tinju ke sana, untungnya Tidus bangun lebih awal, melihat wanita itu mengangkat lengannya dengan linglung, dalam sekejap tahu apa yang ingin wanita itu lakukan, mengangkat tangan untuk menghadang tinju Vina.
“Aduh, Kak Vina, untuk apa kamu memukulku?”
Saat ini Vina baru tersadar, kemudian merasa dadanya agak sakit, lalu terpikir gaya saat ini, seketika langsung paham mengapa bagian tubuh itu bisa begitu sakit.
Bajingan kecil yang pantas mati ini! Tinju Vina tidak berhasil menghantam Tidus, spontan menarik tinjunya, menatap Tidus dengan penuh kebencian, lalu bangun dari tubuh Tidus.
Hanya saja, ketika dia bangun tidak memperhatikan Tidus yang ada di bawahnya, tangan yang dia tarik kembali, awalnya ingin menopang ke tanah dan bangkit.
Hanya saja, tangan itu belum menyentuh tanah, langsung jatuh ke selangkangan Tidus.
Karena tanpa sadar, tentu Vina menggunakan kekuatan alaminya, tapi kekuatan alami ini malah membuat Tidus langsung menjerit.
“Assu……”
Tidus sambil berteriak sambil memarahi kata-kata kotor, tapi begitu terpikir nyawanya masih berada di tangan wanita ini, dalam sekejap kata-kata kotor yang mau dilontarkan berubah jadi menghela nafas.
Seketika Vina merasakan apa yang telah terjadi, wajahnya memerah, segera menarik kembali tangannya, hanya saja, tepat pada saat itu, dia tetap merasakan barang itu……
Vina duduk di samping, berjarak agak jauh dari Tidus.
Saat ini suara teriakan Tidus baru berubah menjadi tarik nafas dingin, sialan, wanita ini bertindak terlalu kejam, hampir langsung mengubah telurnya jadi dadar.
“Sudahlah, aku tidak sengaja.”
Vina melihat Tidus, spontan merasa agak canggung dan mengatakannya.
Wajah Tidus penuh rasa sedih, kamu hampir saja membuatku tidak bisa memiliki keturunan, sikap minta maaf bahkan masih begitu buruk.
Hanya saja, kemudian dia memusatkan perhatiannya ke belakang wanita itu, tepat di belakang wanita itu adalah pria yang dia dorong ke bawah.
Pria itu telah menjadi mayat, karena sumur ini kering, suhunya rendah, jadi, tidak ada perubahan apa-apa pada mayat ini.
Di bawah kepala orang itu adalah bahu, seharusnya saat dia terjatuh kepalanya yang lebih dulu jatuh ke tanah, pria itu langsung mati begitu saja.
Yang membuat Tidus lebih khawatir adalah tangan pria ini masih memegang uang beberapa ratus ribu yang dia gunakan untuk merayu pria ini.
Masih ada sidik jarinya di uang-uang itu, pasti tidak boleh membiarkan wanita di samping ini mendapatkannya.
Xi'an Perfect Planet Internet Technology Co., Ltd. (西安完美星球网络科技有限公司) © 2020 www.readmeapps.com All rights reserved