Bab 4 Parto Botak

by Glenn Alinski 11:37,Oct 10,2021
Ada Revisi Si Janda Maylin --> Si Cantik maylin 18/10/21

Tidus sudah hidup selama dua puluh tahun di Desa kecil ini, siapa yang tahu dia masih belum pernah melihat wanita seperti ini, jika bukan karena kemarin pernah melihat wanita ini membunuh orang, tampaknya Tidus sekarang juga sudah menyerahkan dirinya.
Tidus sekarang bisa pergi jauh dari wanita ini, sekarang wanita ini sedang mandi, jika dirinya pergi, harusnya wanita ini juga tidak akan menyadarinya.
Hanya saja saat dirinya menatap tubuh wanita yang ada di depannya, Tidus pun merasa dia tidak bisa menggerakkan kakinya lagi.
Tidus pertama kali melihat wanita secantik ini, alis yang melengkung, sepasang mata yang jernih, dengan hidung yang kecil, bibirnya pun terlihat sangat merah.
Jangan katakan bentuk wajahnya, salah satu bagian di wajahnya pun sudah terlihat sangat cantik.
Rambut hitam panjangnya pun diikat dengan model rambut yang belum pernah dilihat oleh Tidus, wanita itu seolah-olah seperti seorang Dewi.
Di bagian bawah leher rampingnya adalah tulang selangkanya yang menonjol, permukaan kulit di bawahnya pun terlihat putih, bahkan masih terdapat dua gunung kecil yang tinggi.
Dua gunung kecil itu pun seperti Mount Everest, di atas gunung tinggi itu masih terdapat puncak yang berwarna pink, pemandangan ini pun terlihat sangat menggoda.
Hanya saja yang membuat orang merasa khawatir adalah di bagian tengah dua gunung kecil itu terdapat bekas luka, ini pun merusak pemandangannya yang indah, tetapi pun masih tetap terlihat indah.
Di bawah dua gunung tinggi itu adalah perut kecilnya yang sangat putih dan mulus, Tidus hanya memikirkan perasaan ketika menyentuhnya, tetapi sekujur tubuhnya pun mulai bergemetaran.
Dua kaki mulus panjangnya pun melindungi lembah bunga persik yang ada di bagian tengahnya.
Dua kaki ini bisa aku mainkan seumur hidup! Tidus bergumam di dalam hati.
Wanita itu tidak mengetahui terdapat orang yang sedang mengintipnya, dia tetap duduk di sana, dengan sambil membersihkan luka di bagian dadanya.
Segala pemikiran yang aneh pun muncul di benak Tidus, keadaannya pun sangat sulit dideskripsikan.
Tidus menyeka darah mimisannya dengan hati-hati, Tidus merasa di dalam tubuhnya seperti terdapat api yang akan membara.
Sebelumnya saat dirinya mengintip Si Cantik Maylin dengan Si Janda Jaenab mandi, Tidus juga punya perasaan seperti ini, hanya saja pada saat itu perasaannya tidak bisa dibandingkan dengan perasaan sekarang, seolah-olah seperti perbedaan api lilin dengan obor api.
Jika aku ke sana, apakah wanita ini akan membunuhku?
Tidus mulai merasa panas, tetapi setelah memikirkannya, dia pun merasa kalau sekarang pergi, dirinya akan mati.
Lupakan saja, cukup dilihat saja, tidak perlu pergi cari mati!
Tidus melihat wanita yang telanjang tidak jauh di depannya, dia pun seperti ingin mengukir adegan ini dalam hatinya.
Sepuluh menit, sekitar sepuluh menit, Tidus merasa menderita, tetapi dia juga sangat menikmatinya, Tidus pertama kali mengetahui apa itu keuntungan menjadi seorang pria.
Wanita cantik ini akhirnya pun selesai mandi, mengenakan bajunya, Tidus melihat wanita ini pergi dengan penuh keengganan.
Setelah wanita cantik ini pergi, Tidus merasa lega, dia pun langsung duduk di bawah.
Meskipun wanita ini sangat cantik, tetapi orangnya terlalu kejam, jika dirinya ditemukan oleh wanita ini, mungkin dirinya pun sudah menjadi mayat.
Tidus duduk di bawah untuk beristirahat, dia membalikkan kepalanya, melihat jenazah pria baju hitam itu, sudah mati, bajunya pun masih dibuka oleh orang, sungguh kasihan.
Tidus menghela nafas, dia memungut ranting-ranting kering yang ada di samping, meletakkannya di samping pria baju hitam itu.
Omong-omong, dirinya juga telah mengambil barang yang ditinggalkan oleh orang ini, Tidus juga merupakan orang yang tahu berterima kasih, meskipun pria ini sudah mati.
Setelah menutup jenazahnya dengan ranting-ranting kering, Tidus membakar ranting itu, dia menatap kobaran api yang perlahan-lahan melahap jenazah itu, bersikap hormat dengan sambil bergumam.
“Bro, barang ini aku ambil ya, anggap saja adalah utang aku ke kamu, sekarang aku sudah kuburin kamu, kalau gitu kita juga tidak saling berutang lagi, lain kali kalau kamu pulang, jangan datang cari aku ya!”
Tidus bergumam di sana, lalu dia berjalan dua langkah lagi, dia mengambil baju hitam yang ada di sekitar sana, memasukkannnya ke dalam kobaran api, kemudian pun tersisa sebuah pisau.
Buang atau tidak? Tidus merasa ragu, dia tidak membuangnya, membungkusnya dengan hati-hati, lalu dia pun berjalan menuju ke rumahnya.
Beberapa jam ini terjadi banyak masalah, setelah pulang ke rumah, Tidus pun merasa agak linglung.
Tetapi untung saja Tidus masih mengetahui ini bukan mimpi, dia menyembunyikan pisau itu dulu, lalu dia pun mengeluarkan barang yang dipungut oleh dirinya.
Tidak diketahui ini adalah kulit binatang apa, gambar di atasnya pun sangat jelas.
Setelah Tidus melihat peta ini, dia pun memastikan gambar yang ada di peta itu adalah Gunung Himala.
Ini adalah peta Gunung Himala, bahkan masih merupakan peta bagian dalam Gunung Himala.
Di tengah peta itu masih terdapat sebuah titik merah, harusnya titik merah itu adalah akhir dari peta harta karun ini.
Dua Master memperebutkan peta ini, jangan-jangan titik merah itu adalah harta karun? Tidak diketahui harta karun itu adalah kekuatan dewa atau senjata dewa?
Tidus menjadi semangat setelah itu, tetapi kemudian dia mengingat binatang buas yang ada di dalam Gunung Himala, seketika hatinya pun menjadi dingin.
Di dalam Gunung Himala, binatang yang sering terlihat adalah beruang, serigala, sejenisnya, bahkan dulu masih ada warga yang pernah melihat di sana terdapat harimau.
Beberapa tahun ini juga terdapat banyak warga yang melihat beruang dengan serigala saat mereka masuk ke Gunung, sepertinya juga tidak perlu binatang buas lainnya, dua binatang ini pun sudah bisa menutup Gunung Himala.
Hanya saja juga bukan tidak punya kesempatan, dengan kemampuan transaparan yang dimiliki oleh Tidus, dia pun bisa mencobanya.
Tidus bergumam di dalam hati, dia sedang mempertimbangkannya, lalu suara ketukan pintu pun terdengar dari luar.
“ Tidus, Tidus !”
Tidus mengerutkan keningnya setelah mendengar suara itu, bukannya orang ini adalah orang jahat di Desa, Parto botak.
Pria ini memanfaatkan anggota keluarganya ada yang bekerja di pemerintahan Kota, jadi dia pun bertindak sesuka hati di dalam Desa.
Tentu saja Parto juga bukan seseorang yang baik, dia hanya akan bully orang baik, Tidus adalah salah satunya!
Siapa suruh Tidus adalah anak yatim, dia tidak punya orang tua, mengenai Peramal Tua, mana mungkin dia punya waktu untuk pedulikan Tidus ?
Jadi Tidus sering menjadi orang yang dibully oleh Parto, hanya saja setelah Tidus besar, Parto pun jarang bully dia lagi, tentu saja, biasanya kalau ketemu, Parto juga akan sering mengejeknya.
Parto datang ke sini untuk apa? Belakangan ini dirinya juga tidak punya sesuatu dengan pria ini?
Tidus merasa ragu, setelah mendengar suara ketukan pintu Parto, dia pun berjalan keluar.
Setelah membuka pintu, di luar terdapat seorang pria yang mengenakan pakaian casual, umurnya sekitar dua puluh lebih, bentuk badannya tidak terlalu kekar, hanya bisa dibilang agak gemuk. Wajahnya tidak seperti orang tuanya, pria ini berkepala botak, setelah melihatnya, pria ini pun terlihat ganas.

Download APP, continue reading

Chapters

60