Bab 11 Sudah Pernah Tidur

“Kalau begitu beri tahu aku, kenapa kamu mau menikahinya?”

Shania Liu tidak takut dengan tatapannya, sepasang iris jernihnya menatap lurus pria itu.

Sedangkan Efendi Li mengatakan telah berhubungan badan dengan dirinya, tapi di saat ini, Febe Ai membuka pintu berjalan masuk.

Di tangannya terdapat beberapa rancangan undangan, lalu berucap sambil tersenyum, “Aku telah mencari orang untuk mencari hari baik, di bulan ini pada tanggal 16 cocok untuk diadakan pernikahan......”

Efendi Li hanya bisa melepaskan Shania Liu lebih dulu.

Febe Ai mengira dirinya mengganggu mereka, menunjukkan raut datar, “Apa...... aku masuk di saat yang tidak tepat?”

Setelah suasana hebing selama tiga detik, Efendi Li membuka suara lebih dulu, “Luka di kakiku belum pulih sepenuhnya, masalah pernikahan diundur saja dulu.”

“Benar katanya, masalah pernikahan tidak perlu terburu-buru.”

Shania Liu ikut menambahkan, sekarang hal yang paling penting adalah apa yang telah dilakukan oleh Sancia Liu dan komployannya di belakangnya!

Setelah berpamitan dengan Febe Ai, Sania Liu segera pergi mencari Sancia Liu, hanya saja seharian ini Sancia Liu tidak terlihat.

Shania Liu bertanya pada beberapa temannya, akhirnya menemukan Sancia Liu sedang berada di tempat karaoke dan mabuk.

Di dalam ruang VIP penuh dengan aroma rokok dan alkohol, Shania Liu yang menerobos masuk merasa tersedak oleh aroma itu hingga air matanya hampir menetes.

Akhirnya dia menyeret Sancia Liu keluar dari tengah kabut asap itu.

“Sancia, sebenarnya apa maksudmu dan Efendi? Bukankah saat itu kamu bersikeras tidak ingin menikah dengannya? Sekarang sudah membaik, kamu tidak menikah dengannya, dia juga tidak menikahimu, tapi mempermainkanku seperti ini, apa menyenangkan?!”

Mungkin karena minum terlalu banyak, Sancia Liu tidak hanya tidak marah, bahkan menjawabnya sambil tersenyum lebar.

“Apa aku idiot? Memberikan pria sebaik itu padamu? Kuberi tahu padamu, aku sudah pernah tidur dengan Efendi, sejak awal posisi nyonya muda Keluarga Li adalah milikku!”

Seketika Shania Liu tercengang di tempatnya, sudah pernah tidur?

Kapan itu terjadi?

Setelah kembali dari keterkejutan, Shania Liu kembali mencengkram tangannya, lalu berucap dengan pasrah, “Baik, karena seperti itu, maka aku akan mengabulkan kalian! Tapi kamu harus mengembalikan kartu identitasku, aku tidak ingin selamanya hidup dengan namamu!”

“Tidak bisa, Shania. Kita sudah sepakat, sekarang kamu adalah Sancia Liu, maka terus lanjutkan peranmu dengan baik.”

Mendengarnya meminta kembali identitasnya, Sancia Liu langsung memberontak ingin lepas dari cengkramannya.

Namun, Shania Liu tidak bisa mengerti.

“Kamu ingin mendapatkan Efendi, ingin menikmati kekayaan Keluarga Li, aku tidak akan berebut denganmu, tapi kenapa kamu ingin hidup dengan namaku?”

“Bukan urusanmu! Dan juga, aku masih ingin bernyanyi, kamu jangan menggangguku!”

Takut Shania Liu merasa curiga, Sancia Liu segera mengalihkan topik pembicaraan, lalu membalikkan tubuhnya untuk pergi.

Keperawanannya yang telah diambil, dipaksa menikah dengan Keluarga Li, sekarang bahkan harus hidup dengan identitas Sancia Liu.

Shania Liu yang sekarang jauh berbeda dengan yang dulu, dia pernah membayangkan kehidupan indahnya di masa depan, tapi sekarang semuanya dihancurkan oleh Keluarga Liu!

Mata Shania Liu memerah, keputusasaan menghentikan dirinya.

“Karena kamu tidak ingin memberitahuku alasannya, kalau begitu aku akan pergi ke Keluarga Li dan memberi tahu masalahmu dengan Renata! Memberitahunya jika kamu adalah wanita yang sombong, dan setiap hari berkumpul bersama teman-temanmu pergi ke bar untuk mabuk-mabukkan! Hal yang paling penting adalah kamu pernah meremehkan tubuhnya sehingga memintaku untuk menggantikanmu menikah dengannya!”

“Tutup mulutmu!” Sancia Liu benar-benar murka dan langsung melayangkan sebuah tamparan ke wajahnya.

“Sekarang orang yang dia sukai adalah aku, kamu kira dia akan mempercayai omong kosongmu?”

Shania Liu menyeringai sejenak, “Kalau begitu kita coba saja, anggota Keluarga Li akan lebih percaya aku yang notabene adalah menantunya, atau percaya pada omong kosongmu!”