Bab 16 Apa Kamu Tidak Kesakitan?

by Anna 10:01,Oct 14,2022
"Dia begitu menyukaimu, tentu saja dia tidak mau kamu mengkhawatirkannya! Tidak bisakah kamu melihatnya?"

Shania Liu mencibir, menyadari kalau Sancia Liu masih menekan kaki Efendi Li, lalu berkata dengan wajah cemberut, "Ada penyumbatan darah di kakinya, jika kamu menekannya selama sepuluh menit lagi, dia diperkirakan akan duduk lebih lama beberapa bulan lagi di kursi roda."

Sancia Liu sangat ketakutan hingga dia segera melompat, dan memelototinya di saat Efendi Li tidak memperhatikan.

...

Setelah pergi ke rumah sakit untuk pemeriksaan, diketahui kalau kondisi Efendi Li benar-benar memburuk, kali ini dia bahkan tidak bisa duduk di kursi roda dan diminta oleh dokter untuk beristirahat di tempat tidur.

“Kapan dia bisa sembuhnya? Apakah bisa sembuh seperti orang normal?” tanya Sancia Liu pada dokter.

Shania Liu ingin tertawa, jika bukan karena mengejarnya tadi, apakah kondisi Efendi Li akan memburuk? Sekarang, yang Sancia Liu pedulikan malah apakah Efendi Li bisa kembali normal.

Jadi di depan Efendi Li, Shania Liu langsung bertanya dengan tajam,

"Kakak, kenapa kamu menanyakan itu? Jika dia tidak kembali normal, apa yang akan kamu lakukan? Meninggalkannya atau membuangnya?"

Wajah Sancia Liu langsung membiru dan memucat, tatapan matanya yang penuh kebencian seolah-olah ingin memakannya.

"Omong kosong apa yang kamu bicarakan! Tidak peduli bagaimana luka Efendi, aku tidak akan pernah meninggalkannya!"

Saat dia berbicara, dia mendatangi Efendi Li dan duduk di sebelahnya, memegang tangannya dengan penuh kasih sayang sambil menjelaskan, "Efendi, jangan dengarkan omong kosong Sancia, aku hanya bertanya pada dokter karena aku merasa sedih untukmu."

“Mm, aku tahu.” Efendi Li tidak ragu-ragu, tepatnya, dia sama sekali tidak peduli apa yang dia katakan.

Matanya terus menatap Shania Liu, lengannya yang terluka masih berdarah ....

“Ngomong-ngomong, Kak, bukankah tadi kamu iri padaku karena aku bisa menjaga Efendi Li? Karena kamu di sini hari ini, kamu bisa merawatnya 24 jam sehari. Sebagai adik, aku tidak akan pernah berebutan denganmu."

Shania Liu benar-benar tidak ingin terus berdiri di sini melihat tatapan sok Sancia Liu, jadi dia mengangkat kakinya pergi setelah berbicara.

Untuk kesempatan seperti mengurus Efendi Li secara pribadi, ini persis apa yang diinginkan Sancia Liu. Tepat saat dia akan menyetujui, Efendi Li malah menolak duluan.

"Shania, aku berbaring di tempat tidur sekarang. Ini benar-benar merepotkan bagimu untuk menjagaku. Jika kamu ada waktu kosong, datang dan temani aku saja."

Sancia Liu dengan enggan menarik tangannya dan menjadi genit, "Efendi, apa kamu pikir aku tidak bisa merawat orang sebaik Shania?"

"Tentu saja tidak, aku khawatir aku akan membuatmu lelah ...."

Pada akhirnya, Sancia Liu berhasil dibujuk, dia gagal meyakinkan Efendi Li, jadi dia bersandar ke pelukannya sambil berkata, "Kalau begitu rawat lukamu baik-baik, aku akan datang melihatmu lagi besok."

"Oke, kamu juga harus pulang lebih cepat."

Hati Sancia Liu berdebar melihat kelembutan di matanya, dan hendak mencium bibirnya.

Dan Shania Liu, yang berdiri di pintu, memalingkan wajahnya dengan inisiatifnya sendiri.

Apa yang tidak diketahui wanita itu adalah Efendi Li menghindari kedekatan Sancia Liu dengan cepat.

Dia juga mengerutkan keningnya karena bau parfum di tubuh wanita itu, dia paling membenci aroma parfum yang begitu kuat.

Segera setelah itu, dia ditatap dengan tatapan terluka Sancia Liu, Efendi Li menjelaskan, "Masih ada orang di samping ...."

Sancia Liu tersenyum menawan, mengira pria itu malu, lalu memutar tubuhnya sambil berkata, "Oke, kalau begitu lain kali."

Sebelum dia pergi, Shania Liu juga mendapatkan peringatan wanita itu, "Aku menyarankanmu untuk tidak memikirkannya, atau aku akan mempermalukanmu."

“Jangan khawatir, aku tidak tertarik dengan orangmu.” Shania Liu menatapnya langsung.

Begitu Sancia Liu pergi, Efendi Li memanggilnya.

Shania Liu tahu kalau Efendi Li mengusir Sancia Liu hanya karena dia tidak mau Sancia Liu melihatnya di tempat tidur dalam keadaan memalukan, jadi dia bisa menyuruh dirinya, yang seorang pembantu, untuk melakukan sesuatu.

"Tuan Muda Li, apa perintamu?"

Mengetahui bahwa pria itu akan mulai memberikan perintah padanya lagi, Shania Liu memandangnya dengan pasrah.

Efendi Li tidak berbicara, malah menarik lengannya, sebagian besar kulitnya tergores.

Darah dan kotoran bercampur menjadi satu, tidak dapat melihat dengan jelas seberapa dalam lukanya.

“Apakah kamu tidak kesakitan?” Efendi Li memandangnya dengan sedikit tatapan sedih.

Download APP, continue reading

Chapters

925