Bab 12 Kamu Mengantri?

by Robert Lo 10:01,Feb 17,2023
Di zaman sekarang ini, para anak orang kaya pergi kuliah mengendarai Lamborghini adalah hal yang umum, tapi Hewitt Chen berbeda.

Sebelum ini, dia bisa dikatakan adalah orang yang terkenal di Universitas Nancheng.

Mengenai “perbuatan mulia” Hewitt Chen, banyak orang yang tertarik pada berita itu. Salah satunya ada banyak postingan mengenai Hewitt Chen dan semuanya itu dilakukan oleh Yuna Zhao atau teman sekamarnya.

Di forum kampus, Hewitt Chen memiliki banyak julukan, misalnya “Penjilat Nomor Satu”, juga ejekan yang sering kali diucapkan oleh gadis pujaannya yaitu “Anjing Penjilat”.

Jadi saat foto Hewitt Chen turun dari mobil mewah tersebar di forum, seketika dirinya menjadi terkenal.

Hanya saja saat ini, di kamar 303, tidak ada yang membicarakan masalah ini lagi.

Awalnya melihat Hewitt Chen kembali, Wiliam Lin berencana untuk pergi, tapi Luwis Zhao menahannya.

“Hari ini, kamu harus melangkahi mayatku dulu kalau mau pergi, atau jangan pergi dulu dan kita makan malam bersama!” ucap Luwis Zhao sambil mendelikkan matanya.

“Melangkahi mayatmu?” Wiliam Lin tersenyum dingin. “Mimpi saja kamu.”

Luwis Zhao tidak menggubrisnya dan terus menahannya.

Steven Liu yang ada di samping menjelaskan pada Hewitt Chen. Ternyata Wiliam Lin sudah putus dengan kekasihnya, Luwis Zhao berharap dia bisa pindah kembali ke asrama ini.

Di asrama ini, usia Luwis Zhao yang paling tua di antara mereka, karakternya juga baik, sangat pengertian dan pandai menjaga orang, bisa dikatakan sebagai pria yang hangat. Di mata Hewitt Chen adalah pria panutan.

Steven berujar dengan pelan, “Sebenarnya aku tidak menyangka mereka akan putus, bagaimanapun hubungan mereka sangat baik, tapi kenapa....... Aish.”

Ucapan yang penuh rasa menyayangkan ini seperti sedang berkata: Gadis sebaik ini dan masih muda, pergi begitu saja.

Hewitt Chen tidak merasakan apa pun yang spesial, sebenarnya kebanyakan percintaan di bangku kuliah memang seperti ini. Hanya berumur pendek seperti kembang api, patut untuk dikenang, tapi yang benar-benar memulai hubungan dari seragam sekolah hingga gaun pengantik tidaklah banyak.

Banyak orang merasa ini karena hati mahasiswa yang belum dewasa, jadi pandangan terhadap cinta juga tidak terbangun sepenuhnya. Ini adalah sebagian penyebab pasangan sering kali bertengkar dan berpisah, berharap pacar selanjutnya akan lebih baik. Sebenarnya penyebab utamanya adalah lingkungan kehidupan. Menghadapi begitu banyak pria dan wanita di sekitar, mereka tidak merasa putus adalah hal yang besar, bagaimanapun ada banyak lawan jenis yang seusia mereka.

Jadi mahasiswa yang putus adalah hal yang cukup sering terlihat.

Melihat Wiliam Lin yang sangat tidak rela, Luwis Zhao langsung mengeluarkan jurusnya, berdehem dan berkata, “Bukankah pepatah mengatakan, kalau putus tidak minum alkohol, sama saja dengan tidak cebok setelah buang air. Jadi malam ini ayo kita minum bersama!”

Wiliam Lin tidak bisa berkata-kata, tapi tetap menganggukkan kepalanya.

Anak muda yang patah hati harus menggunakan alkohol untuk menghilangkan kegundahan, seperti yang dikatakan pepatah, kalau tidak minum alkohol, maka putus dengan sia-sia. Tanpa menjalankan prosedur, rasanya dirinya tidak cukup seperti di drama-drama, rasanya sama seperti motivasi di mana anak-anak pertama kali belajar merokok.

Namun, apa pun itu, Wiliam Lin memang tidak pergi. Hewitt Chen juga tidak bertanya kenapa Wiliam Lin tidak menyukainya, rasanya itu tidak diperlukan.

Hidup selama ini, ada banyak orang yang tidak menyukainya. Kalau harus menanyakan setiap orang, mungkin dia tidak perlu melakukan apa pun seumur hidup dan hanya memedulikan karakternya di depan orang-orang.

Hidup bukanlah hal yang melelahkan, tapi jika setiap saat ingin hidup di mata orang lain, maka itu sama saja dengan menyiksa diri. Jadi sebelum terlahir kembali, di dunia yang tenang itu, walaupun telah menyelamatkan banyak orang, dirinya tetap tidak disukai oleh banyak orang.

Setelah duduk sejenak di asrama, Luwis Zhao beberapa kali ingin membicarakan “penampilan menarik” Hewitt Chen hari ini dengan Wiliam Lin, tapi setiap kali membuka mulut, Wiliam Lin langsung mengalihkan pembicaraan, terlihat jelas dia sangat tidak suka mendengarnya.

Saat sekitar pukul enam atau tujuh malam, kekasih Luwis Zhao menelepon, mengatakan mereka telah siap untuk berangkat dan menyurh para pria juga bersiap-siap. Steven langsung memilih baju dan pergi mandi, sedangkan Luwis Zhao terlihat acuh, lagi pula dirinya sudah memiliki kekasih. Sebaliknya, Wiliam Lin tidak ada reaksi apa pun, dia mengatakan dirinya belum siap untuk memulai hubungan baru.

“Sebenarnya tidak perlu merasa diri sendiri sangat terluka, jika merasa perasaanmu sangat terluka, maka hanya ada dua cara untuk menyembuhkannya. Yang pertama adalah waktu, yang kedua adalah kesenangan baru,” kata Hewitt Chen tiba-tiba.

Wiliam Lin menatap langsung Hewitt Chen, tatapannya terlihat aneh, lalu mendengus pelan. “Kamu mengerti cukup banyak juga.”

Hewitt Chen tertawa sejenak tidak mengatakan apa pun.

“Menurutku benar kata Hewitt. Tapi Wiliam, kamu juga tidak perlu berdadan, dirimu sejak awal memang sudah tampan, jadi bisa langsung pergi bekerja dengan kuda putih,” ucap Luwis Zhao tertawa terbahak-bahak.

Wajah Wiliam Lin terlihat masam.

Steven yang sudah selesai bersiap segera pergi, Luwis Zhao langsung melambaikan tangannya.

“Kita tidak akan berangkat sekarang, setidaknya harus menunggu setengah jam. Kamu pasti tahu berapa lama pada gadis untuk bersiap-siap.”

Steven memang tidak tahu, dirinya terus mengatakan ingin menjadi pria yang jantan, tidak akan membuat para gadis menunggu, jadi memaksa mereka untuk segera berangkat. Pada akhirnya keempat orang itu berjongkok menunggu di bawah asrama perempuan sambil merokok.

Setengah jam kemudian, kekasih Luwis Zhao mengatakan akan segera tiba dan sedang berada di koridor.

“Bos, aku sudah mengerti.” Steven terlihat lesu.

Luwis Zhao mendengus pelan, tatapannya penuh dengan kebanggan seperti sedang mengatakan: Kamu masih terlalu mudah, aku ini sudah berpengalaman!

Para gadis yang berlalu-lalang, saat melewati mereka, tidak bisa menahan diri untuk melirik mereka lagi.

Yang pertama dilihat adalah Wiliam Lin, bagaimanapun pria itu sangat tampan. Ibu mengajarkan mereka saat melihat pria jangan hanya menilai dari penampilan, tapi juga harus melihat jam tangan, jadi jam tangan Green Water Ghost di pergelangan tangan Wiliam Lin sangat mencolok, jangan mengira para mahasiswi tidak mengerti apa pun.

Yang kedua melihat Hewitt Chen, Hewitt Chen cukup terkenal di asrama perempuan. Ada banyak perempuan yang cukup familiar dengannya, karena sebelumnya dia sering berjongkok di sini menunggu Yuna Zhao untuk mengantar hadiah atau pun sarapan.

Seorang mahasiswi lewat dan bertanya, “Hewitt, kamu datang untuk menunggu Yuna lagi?”

“Tidak, aku sedang menunggumu.” Hewitt Chen langsung menghisap rokoknya, lalu membuang putung rokok di lantai dan menginjak apinya hingga mati dengan sepatu.

“Kenapa menungguku?” Mahasiswi itu tertegun.

“Aku memang di belakangmu, menunggumu untuk menolehkan kepala,”

“Cih! Pergi mati saja kamu!” Mahasiswi itu tertawa, lalu memaki. Kemudian diiringi dengan suara tawa yang semakin menjauh.

Luwis Zhao menepuk pundak Hewitt Chen. “Astaga, Hewitt. Kamu bisa menggoda perempuan?”

“Mencoba hal baru.” Hewitt Chen menjelaskan, “Kudengar masalah seperti ini, akan membuat jawaban seperti ini.”

Wiliam Lin menatap Hewitt Chen, berpikir cukup lama dan tidak mengatakan apa pun.

Apa pria ini salah minum obat?

Sebenarnya, alasan Wiliam Lin tidak menyukai Hewitt Chen sangatlah sederhana, karena dia adalah anjing penjilat!

Saat Hewitt Chen dipermainkan oleh Yuna, Wiliam Lin menasihatinya beberapa kali, tapi niat baiknya malah tidak ditanggapi, sebaliknya malah dihujat oleh Hewitt Chen. Ini membuatnya semakin kesal, pada akhirnya dirinya memiliki kekasih dan memutuskan untuk pindah dari asrama.

Namun sekarang, dia merasa Hewitt Chen sangat berbeda dengan yang dulu.

Jika bukan karena merasa malu, dia sungguh ingin bertanya pada Luwis Zhao, sebenarnya “perbuatan mulia” apa yang dilakukan Hewitt Chen sebelumnya.

Namun, saat ini Yuna zhao yang telah berganti dengan rok, tiba-tiba berjalan ke arah mereka dengan ditemani beberapa teman sekamarnya.

Melihat tatapan Yuna Zhao, seperti sarat akan sedikit malu.

“Hewitt, apa kamu datang menungguku?” Suara Yuna Zhao terdengar sangat nyaring, kedua tangannya diletakkan di belakang tubuh, wajahnya juga sarat akan kesombongan.

Aku memaafkanmu, karena kamu tertipu olehku.

Sebelumnya saat melihat Hewitt Chen dari lantai atas, rasa kesal di hatinya langsung menghilang, selanjutnya penuh dengan rasa senang. Sikap Hewitt Chen padanya sebelumnya, membuatnya terpukul.

Namun kembali melihat sosok familiar di bawah asrama, dia tahu dirinya tetap menang!

Kamu tidak akan pernah bisa menolak kharismaku!

Hewitt Chen mendongak melihatnya sejenak, lalu tertawa dan mengulurkan tangan meminta rokok pada Luwis Zhao.

“Kumohon padamu belilah sendiri satu bungkus......” Walaupun mengomel, Luwis Zhao tetap memberikan sisa setengah bungkus itu padanya.

“Nanti setelah aku mencari uang, setiap hari aku akan memberikanmu satu batang,” ucap Hewitt Chen menenangkan.

“......” Wajah Luwis Zhao menjadi masam. “Sialan, kamu ingin membunuhku dan mengambil tahtaku?”

Yuna Zhao tercengang.

Sepertinya dirinya diabaikan?

“Hewitt, apa maksudmu?” Wajah Yuna Zhao menjadi dingin. “Kamu telah mengejarku selama ini, sekarang kamu berhenti menjilat begitu saja?” Bisa dikatakan kalimat terakhir diucapkan dengan tidak sengaja, hanya saja sekarang sudah terlambat untuk mengubahnya menjadi “berhenti mengejar begitu saja”.

“Hmm.”

“Kenapa?” Tautan kedua tangan Yuna Zhao semakin erat.

“Ada banyak yang harus kujilat, bagaimana kalau...... kamu mengantri?” Hewitt Chen bangkit berdiri, menepuk bokongnya, lalu berkata sambil tertawa.

Download APP, continue reading

Chapters

46