Bab 1 Perjalanan Lintas Waktu Menjadi Nyonya Pangeran

by Sisca 11:22,Nov 20,2021
Di Paviliun Phoenix di Kediaman Pangeran Chu Dinasti Beitang.

Lampu lilin menyala-nyala, menerangi tempelan kertas merah di sekeliling kamar yang setengah baru. Cahaya merambat dari pinggiran emas dan memantulkan sepasang bayangan yang sedang menempel ke tembok.

Windy Yuan ditahan di bawah badan Pangeran Chu. Dari dalam matanya, Windy Yuan tidak melihat sedikit pun rasa belas kasih, hanya ada kebencian yang pekat.

Seketika itu, hatinya hancur berkeping-keping. Selama setahun menikah, Pangeran Chu tidak pernah menyentuhnya. Dua hari yang lalu ketika dia memasuki istana, Ibu Suri mendesah dengan kecewa begitu melihat perutnya yang datar, serta mengajukan untuk mengangkat selir. Maka dia terpaksa memberitahu Ibu Suri bahwa selama setahun mereka menikah, mereka belum bersetubuh.

Dia tidak ingin meratap. Tetapi hatinya enggan menerima.

Sejak pertama kali menemui Pangeran Chu di umur tiga belas tahun, segenap hatinya sudah terikat padanya. Dia menggunakan segala cara dan akhirnya berhasil menjadi Nyonya Pangeran Chu. Awalnya dia mengira tidak peduli batu yang sedingin apa pun juga dapat dia hangatkan, tetapi dia terlalu memandang tinggi pada dirinya sendiri.

Dia merasakan kesakitan yang dahsyat dari badan bagian bawahnya dan elihat kedinginan di mata Pangeran Chu. Bagaimana kesakitan itu sebanding dengan kesakitan dalam hatinya?

Dia memeluk punggung Pangeran Chu dan menopang badan untuk menggigit bibir Pangeran Chu dengan kuat. Darah amis merembes ke dalam mulutnya.

Mata Pangeran Chu berubah gelap. Dia menegakkan badan dan menampar wajah Windy Yuan, disertai dengan kedinginan seperti giok, “Windy Yuan, aku bersetubuh denganmu sesuai keinginanmu. Tetapi mulai hari ini, aku dan kamu adalah dua jalan yang berbeda arah.”

Windy Yuan tersenyum dengan putus asa dan sedih. “Kamu sungguh membenciku.”

Sebelum menikah, Ibu pernah mengajarinya tentang persetubuhan. Tetapi Pangeran Chu datang dengan kondisi terkena obat perangsang. Setelah menyetubuhinya, Pangeran Chu pergi dengan tanpa berbelas kasih.

Pakaian hijau menutupi badan Pangeran Chu yang kekar dan kuat. Kaki rampingnya menendang meja dan kursi, barang-barang pun porak poranda. Suaranya membawa kedinginan dan matanya penuh dengan keremehan. “Benci? Kamu tidak layak. Aku hanya jijik padamu. Di mataku, kamu bagaikan lalat busuk yang menjijikkan. Kalau tidak, aku juga tidak perlu datang menyetubuhimu setelah minum obat perangsang.”

Pangeran Chu langsung pergi keluar. Windy Yuan menatap pakaian hijaun yang menghilang dari pintu. Angin dingin yang bertiup masuk seketika mendinginkan hatinya.

Terdengar suaranya dari kejauhan, “Ke depannya tidak perlu menganggap dia sebagai majikan, anggaplah bertambah seekor anjing di Kediaman Pangeran Chu.”

Sakit, sungguh sakit. Dia telah memenuhi keinginannya untuk bersetubuh dengan Pangeran Chu, tetapi Pangeran Chu menghancurkan hatinya dengan cara seperti ini.

Dia mencabut tusuk konde di kepalanya…

Terdengar teriakan seorang dayang dari Paviliun Phoenix.

“Nyonya bunuh diri…”

Kegelapan menyelimuti Paviliun Phoenix. Bibi Qi mengantarkan tabib keluar. Lalu dia masuk ke kamar dengan wajah suram.

“Jika Nyonya ingin mati, matilah di rumah setelah Pangeran menceraikanmu. Jangan mengotori lahan Kediaman Pangeran dan menambahkan kesialan untuk Pangeran.”

Perlahan-lahan Windy Yuan membuka mata dan melihat wanita yang bertampang ganas ini.

“Air…”

Tenggorokannya kering sekali dan terasa hampir berasap.

“Bisa pergi mati, tuanglah air untuk diri sendiri.” Bibi Qi melihatnya dengan jijik, lalu pergi keluar setelah meludah.

Windy Yuan menopang badannya untuk bangun. Seluruh badannya terasa sakit seperti hendak remuk. Dia merebah di meja dan dengan gemetaran menuangkan segelas air. Setelah meneguk air, barulah dia merasa dirinya hidup kembali.

Windy Yuan terbengong sesaat melihat luka di pergelangan tangannya. Sampai sekarang dia masih belum bisa menerima segala hal yang terjadi di depan matanya.

Sejak kecil dia dijuluki sebagai anak jenius. Setelah lulus SMA di umur tiga belas tahun, dia diterima di Universitas Kedokteran Kota Guang untuk menempuh studi ilmu kedokteran klinis. Dia menempuh jenjang pendidikan Strata-2 di umur enam belas tahun dan merupakan mahasiswa magister termuda di abad ke-22. Setelah itu, dia tidak terjun ke lapangan medis, melainkan mengambil studi ilmu biomedik. Setelah mendapatkan gelar magister, dia memfokuskan diri ke dalam ilmu virologi. Dia menghabiskan waktu dua tahun di Institut Virologi, lalu direkrut oleh perusahaan bioteknologi untuk mengembangkan obat perangsang yang dapat mengembangkan kemampuan otak.

Download APP, continue reading

Chapters

50