Bab 10 Kejanggalan Kotak Medis

by Sisca 11:23,Nov 20,2021
Setelah selesai melakukan semuanya, dia sangat kelelahan sehingga setengah merebah di meja untuk beristirahat. Dia tahu gerakannya sangat tidak enak dipandang, tetapi dia sudah tidak sempat memikirkan semua itu.

Setelah beristirahat sejenak, terdengar suara Bibi Qi yang cemas di luar. “Nyonya, bagaimana kondisinya?”

Windy Yuan menopang meja dan berdiri tegak dengan pelan. Dia berkata dengan datar, “Masuklah.”

Bibi Qi dan Tania langsung menyerbu ke dalam begitu pintu dibuka, segera pergi menengok Adi. Bibi Qi menghela napas panjang setelah melihat napas Adi yang stabil.

Windy Yuan mengambil kotak medis dan berkata, “Masalah malam ini, harus kalian rahasiakan, tidak boleh diberitahukan kepada Pangeran Chu atau siapa pun di Kediaman Pangeran.”

Bibi Qi dan Tania saling bertatapan karena merasa terkejut.

Tania maju memapah Windy Yuan. “Nyonya, hamba papah Anda kembali.”

“Tidak perlu, jagalah dia. Di samping ranjang ada obat yang aku tinggalkan. Beri dia minum sekali setiap empat jam. Setelah habis, datanglah lagi untuk meminta padaku.” Windy Yuan melepaskan diri dari tangan Tania dan berjalan keluar dengan susah payah.

“Nyonya!” seru Bibi Qi. Awalnya dia ingin mengucap terima kasih, tetapi teringat akan perbuatan Windy Yuan ketika dulu, pada akhirnya dia tidak menuturkan kata terima kasih. Bibi Qi berkata dengan datar, “Jalanan gelap di malam hari, bawalah lentera lilin.”

Bibi Qi memberikan lentera lilin dan Windy Yuan menerimanya. “Terima kasih.”

Bibi Qi terbengong!

Terima kasih? Windy Yuan mengatakan terima kasih?

Setelah kembali ke Paviliun Phoenix, Windy Yuan menyuntikkan obat kepada dirinya sendiri. Lalu dia merebah di ranjang.

Sebisa mungkin dia mengantisipasi lukanya meradang, tetapi lukanya terlalu luas. Ditambah dengan khasiat dari obat antibiotik, dia tampak sangat lemah.

Karena demam tinggi, seluruh tenaganya terkuras habis. Dia merebah lunglai di lantai seperti gumpalan kapas, bahkan susah untuk mengangkat kepala.

Hanya sebentar, dia sudah tenggelam dalam kegelapan dan terlelap.

Entah berapa lama kemudian, terdengar sesorang mendorong pintu dan masuk, lalu berkata dengan cemas, “Nyonya, cepatlah bangun.”

Windy Yuan membuka mata dengan susah payah dan melihat ekspresi Tania yang cemas. Dilihat dari teriknya matahari, sudah siang hari.

Dengan pelan dia beranjak bangun. “Apakah Adi demam tinggi lagi?”

“Bukan. Cepatlah Anda bangun. Datang utusan dari istana yang mempersilahkan Anda dan Pangeran untuk segera memasuki istana.” Melihat bercak darah di punggung Windy Yuan, Tania bertanya dengan cemas, “Tetapi, apakah sekarang Anda masih bisa berjalan?”

“Terjadi masalah apa di istana?” Windy Yuan tidak merasa lebih baik setelah tidur, sebaliknya semakin pusing. Lukanya tidak ditangani tepat waktu, obat dan suntikan tidak dapat menahan kondisi luka yang memburuk sehingga dia mulai demam karena peradangan.

Tania merendahkan suara, “Dengar-dengar Purna-kaisar sudah hampir…”

Windy Yuan menelusuri informasi peninggalan ‘Windy Yuan’ di benaknya. Purna-kaisar?

Kaisar saat ini adalah Kaisar Mingyuan yang naik tahta pada lima tahun yang lalu. Pada saat itu, Purna-kaisar terkena penyakit jantung dan masuk angin. Tabib kerajaan mengatakan bahwa Purna-kaisar tidak akan bertahan melewati musim gugur tahun itu. Ketika Purna-kaisar masih memiliki kesadaran, dia menobatkan Putra Mahkota pada saat itu untuk naik tahta menjadi kaisar. Namun, setelah Putra Mahkota naik tahta, kondisi Purna-kaisar membaik perlahan-lahan. Tetapi selama ini Purna-kaisar terus berbaring di ranjang dan tidak kuat untuk berjalan.

Di musim gugur tahun kemarin, kondisi penyakit Purna-kaisar memburuk lagi.

Sampai saat ini, sudah hampir tiba saatnya.

Windy Yuan tidak paham tentang aturan istana kerajaan. Tetapi meski di keluarga rakyat biasa, ketika kakek meninggal dunia, cucu dan menantu cucu juga harus datang ke sisinya untuk menemani saat-saat terakhir.

Perlahan-lahan Windy Yuan menopang diri untuk bangun. Lukanya tidak ditangani sehingga air darah menempel dengan pakaian. Begitu bergerak, air matanya hampir menetes saking sakitnya.

Lukanya terbuka lagi karena pergi mengobati luka Adi tadi malam. Air darah terus merembes keluar, kondisi lukanya lebih parah dari sebelumnya.

Kedua tangannya tidak sanggup untuk menopang dan dia jatuh kembali ke ranjang.

Melihatnya, Tania berkata, “Biarlah Hamba menjelaskan pada Pangeran. Anda sungguh tidak boleh bergerak.”

Windy Yuan menjadi semakin pusing karena pergerakan itu. Dia merebah di atas ranjang dan mendengar Tania berlari keluar. Dia berpikir dalam keadaan linglung, dia pun sudah seperti ini, Pangeran Chu tidak akan membawanya ke istana dalam kondisi terluka begini kan?

Dia berjuang untuk menopang badannya. Dia mengambil sebutir obat penurun demam dan menelannya. Ketika menutup kotak medis, dia melihat ada sebotol cairan atropin di dalam.

Dalam kotak medisnya tidak ada atropin.

Setelah diubek-ubek, di bagian dasar juga ada banyak cairan suntik dopamin, serta alat infus mini buatannya sendiri.

Tidak mungkin.

Di dalam institut penelitian terdapat dopamin dan atropin karena itu adalah obat pertolongan darurat, maka dia menyimpan sebagian di dalam institut penelitian. Tetapi dia tidak pernah memasukkannya ke dalam kotak medis. Sementara alat infus, lebih tidak mungkin lagi dia masukkan ke dalam kotak medis.

Serta ketika menemukan kotak medis, dia telah memeriksakan obat-obatan di dalamnya. Memang tidak ada yang beberapa ini.

Download APP, continue reading

Chapters

50