Bab 3 Kemunculan Kotak Medis
by Sisca
11:22,Nov 20,2021
Badan ‘Windy Yuan’ terlalu lemah sehingga Windy Yuan terlelap tanpa sadar.
Dia memimpikan dirinya kembali ke institut penelitiannya sendiri.
Institut penelitian yang diaturkan oleh perusahaan untuknya sangat rahasia. Selain direktur utama perusahaan dan asistennya, tidak ada yang mengetahui letak institut penelitiannya.
Tidak ada yang berubah. Dia meraba meja, laptop dan mikroskop. Tabung suntik yang dia gunakan pada saat itu terlempar di tabung reaksi di samping.
Laptop dalam kondisi menyala. Terus bermunculan pesan masuk di akun Whatsapp-nya di laptop. Semua pesan itu berasal dari keluarganya yang menanyakan di mana keberadaannya.
Ketika dia meraba keyboard, barulah dalam hatinya muncul kepedihan setelah meninggal di era kini.
Dia tidak dapat menemui orangtua dan keluarganya lagi.
Setelah terbengong sesaat, dia melihat ada sebotol cairan antiseptik povidone iodine di atas meja. Itu dibawanya kemari sebelum melakukan penyuntikan pada dirinya sendiri. Karena tinggal di institut penelitian dalam jangka waktu lama, maka selalu tersimpan berbagai obat-obatan di institut penelitian.
Dia membuka kotak medis. Obat-obatan di dalamnya hampir tidak tersentuh.
Jika dia memiliki obat-obatan ini, anak itu mungkin masih bisa diselamatkan.
Entah sudah berapa lama dia tertidur. Ketika mendengar suara pintu dibuka, barulah Windy Yuan terbangun dari mimpi.
Ada dayang yang masuk membawa lentera lilin. Dia meletakkan sepiring roti kukus di tangannya ke atas meja dengan kuat. Dia berkata dengan dingin, “Nyonya, silahkan makan.”
Lalu dia pergi keluar setelah meletakkan lentera lilin di atas meja.
Windy Yuan merasa linglung. Itu adalah mimpi!
Dia lapar sekali, maka dengan pelan dia bangun dari ranjang. Tiba-tiba kakinya tersandung. Dia menundukkan kepala melihat ke bawah dan mendapati ada sebuah kotak medis di lantai.
Darah di sekujur tubuhnya seketika membeku.
Kotak medis ini sama persis dengan kotak medisnya di institut penelitian.
Dia bergegas mengangkat kotak medis ke atas meja dan membukanya. Tangannya yang gemetaran dengan pelan meraba obat-obatan di dalam kotak medis. Sama persis, sama persis dengan kotak medisnya di institut penelitian.
Napasnya tertahan. Dia sungguh tidak dapat mempercayai apa yang dia lihat.
Perjalanan lintas waktu sudah cukup mustahil, tetapi kotak medis ini juga ikut bersamanya?
Tidak, sepertinya tidak ada ketika tadi. Kotak medis ini muncul setelah dia bermimpi.
Ada apa ini?
Setelah membuang aspek mistik dan gaib dalam kepalanya, dia mencoba untuk memahami hal ini dengan sudut pandang ilmiah.
Anggaplah ini adalah dunia paralel…
Tidak, tidak logis. Meski terdapat dunia paralel, meski dia memasuki dunia paralel karena faktor tertentu, tetapi otak ini adalah miliknya sendiri, sedangkan tidak dengan badan ini. Hal ini tidak dapat terjelaskan.
Lama kemudian, barulah dia kembali tenang.
Dia menyembunyikan kotak medis. Setelah melahap beberapa roti kukus, dia berbaring kembali ke ranjang dan ingin lanjut tidur, lihat apakah masih bisa mimpi kembali ke institut penelitian.
Akan tetapi, hatinya berdebar-debar dan sangat bersemangat. Dia terus membolak-balikkan badan karena tidak bisa tidur.
Tidak hanya demikian. Dalam dua hari berikutnya, dia pun tidak dapat tidur. Meski badannya tidak memiliki tenaga sama sekali karena kelelahan dan matanya tidak dapat dibuka, tetapi otaknya masih terus berputar dengan pesat dan tidak dapat dihentikan.
Di hari ketiga, dia tetap tidak bisa tidur.
Ketika duduk di depan cermin perunggu, dia melihat dirinya seperti hantu.
Rambutnya tergerai, rongga matanya menjorok ke dalam, wajahnya putih pucat, dan ada bekas luka kecil di alisnya. Luka di pergelangan tangannya sudah membaik, hanya saja terkadang akan berkedut sakit.
Ini adalah gejala di mana luka akan sembuh.
Tidak tahu bagaimana keadaan anak laki-laki itu.
Perlahan-lahan dia meluruskan pikirannya. Tidak ada gunanya jika cemas, lebih baik dia beradaptasi dengan kehidupan yang sekarang dulu.
Maka ketika dayang datang untuk mengantarkan makanan lagi, dia bertanya, “Tania, bagaimana cucu Bibi Qi?”
Dayang ini bernama Tania. Dalam benaknya terdapat ingatan ‘Windy Yuan’.
Tania berkata dengan dingin, “Sudah akan mati, Nyonya sudah senang bukan?”
Mengapa dia akan merasa senang?
Dia memimpikan dirinya kembali ke institut penelitiannya sendiri.
Institut penelitian yang diaturkan oleh perusahaan untuknya sangat rahasia. Selain direktur utama perusahaan dan asistennya, tidak ada yang mengetahui letak institut penelitiannya.
Tidak ada yang berubah. Dia meraba meja, laptop dan mikroskop. Tabung suntik yang dia gunakan pada saat itu terlempar di tabung reaksi di samping.
Laptop dalam kondisi menyala. Terus bermunculan pesan masuk di akun Whatsapp-nya di laptop. Semua pesan itu berasal dari keluarganya yang menanyakan di mana keberadaannya.
Ketika dia meraba keyboard, barulah dalam hatinya muncul kepedihan setelah meninggal di era kini.
Dia tidak dapat menemui orangtua dan keluarganya lagi.
Setelah terbengong sesaat, dia melihat ada sebotol cairan antiseptik povidone iodine di atas meja. Itu dibawanya kemari sebelum melakukan penyuntikan pada dirinya sendiri. Karena tinggal di institut penelitian dalam jangka waktu lama, maka selalu tersimpan berbagai obat-obatan di institut penelitian.
Dia membuka kotak medis. Obat-obatan di dalamnya hampir tidak tersentuh.
Jika dia memiliki obat-obatan ini, anak itu mungkin masih bisa diselamatkan.
Entah sudah berapa lama dia tertidur. Ketika mendengar suara pintu dibuka, barulah Windy Yuan terbangun dari mimpi.
Ada dayang yang masuk membawa lentera lilin. Dia meletakkan sepiring roti kukus di tangannya ke atas meja dengan kuat. Dia berkata dengan dingin, “Nyonya, silahkan makan.”
Lalu dia pergi keluar setelah meletakkan lentera lilin di atas meja.
Windy Yuan merasa linglung. Itu adalah mimpi!
Dia lapar sekali, maka dengan pelan dia bangun dari ranjang. Tiba-tiba kakinya tersandung. Dia menundukkan kepala melihat ke bawah dan mendapati ada sebuah kotak medis di lantai.
Darah di sekujur tubuhnya seketika membeku.
Kotak medis ini sama persis dengan kotak medisnya di institut penelitian.
Dia bergegas mengangkat kotak medis ke atas meja dan membukanya. Tangannya yang gemetaran dengan pelan meraba obat-obatan di dalam kotak medis. Sama persis, sama persis dengan kotak medisnya di institut penelitian.
Napasnya tertahan. Dia sungguh tidak dapat mempercayai apa yang dia lihat.
Perjalanan lintas waktu sudah cukup mustahil, tetapi kotak medis ini juga ikut bersamanya?
Tidak, sepertinya tidak ada ketika tadi. Kotak medis ini muncul setelah dia bermimpi.
Ada apa ini?
Setelah membuang aspek mistik dan gaib dalam kepalanya, dia mencoba untuk memahami hal ini dengan sudut pandang ilmiah.
Anggaplah ini adalah dunia paralel…
Tidak, tidak logis. Meski terdapat dunia paralel, meski dia memasuki dunia paralel karena faktor tertentu, tetapi otak ini adalah miliknya sendiri, sedangkan tidak dengan badan ini. Hal ini tidak dapat terjelaskan.
Lama kemudian, barulah dia kembali tenang.
Dia menyembunyikan kotak medis. Setelah melahap beberapa roti kukus, dia berbaring kembali ke ranjang dan ingin lanjut tidur, lihat apakah masih bisa mimpi kembali ke institut penelitian.
Akan tetapi, hatinya berdebar-debar dan sangat bersemangat. Dia terus membolak-balikkan badan karena tidak bisa tidur.
Tidak hanya demikian. Dalam dua hari berikutnya, dia pun tidak dapat tidur. Meski badannya tidak memiliki tenaga sama sekali karena kelelahan dan matanya tidak dapat dibuka, tetapi otaknya masih terus berputar dengan pesat dan tidak dapat dihentikan.
Di hari ketiga, dia tetap tidak bisa tidur.
Ketika duduk di depan cermin perunggu, dia melihat dirinya seperti hantu.
Rambutnya tergerai, rongga matanya menjorok ke dalam, wajahnya putih pucat, dan ada bekas luka kecil di alisnya. Luka di pergelangan tangannya sudah membaik, hanya saja terkadang akan berkedut sakit.
Ini adalah gejala di mana luka akan sembuh.
Tidak tahu bagaimana keadaan anak laki-laki itu.
Perlahan-lahan dia meluruskan pikirannya. Tidak ada gunanya jika cemas, lebih baik dia beradaptasi dengan kehidupan yang sekarang dulu.
Maka ketika dayang datang untuk mengantarkan makanan lagi, dia bertanya, “Tania, bagaimana cucu Bibi Qi?”
Dayang ini bernama Tania. Dalam benaknya terdapat ingatan ‘Windy Yuan’.
Tania berkata dengan dingin, “Sudah akan mati, Nyonya sudah senang bukan?”
Mengapa dia akan merasa senang?
Xi'an Perfect Planet Internet Technology Co., Ltd. (西安完美星球网络科技有限公司) © 2020 www.readmeapps.com All rights reserved