Bab 2 Adi Yang Terluka
by Sisca
11:22,Nov 20,2021
Dia pingsan setelah menyuntikkan obat yang dia kembangkan sendiri. Begitu bangun, dia sudah berada di tempat ini.
Sebagian ingatan yang bukan miliknya sedang perlahan-lahan berbaur dengan ingatannya sendiri di dalam benak.
Sudah sejak lama Windy Yuan sang putri Adipati Jing menyukai Ryan Ding sang Pangeran Chu. Setelah ritual penobatan dewasa di umur lima belas tahun, Windy Yuan menyusun siasat untuk menjebak Pangeran Chu ‘melecehkannya’ di acara jamuan Kediaman Putri. Setelah mengancam dengan nyawa, akhirnya dia berhasil menjadi Nyonya Pangeran Chu.
Sayangnya. Tidak peduli bagaimana dia berusaha selama setahun menikah, Pangeran Chu tidak pernah meliriknya.
Dia adalah siswi teknologi. Meski tidak pernah berpacaran, tetapi rasa pegal dari badannya dan rasa sakit robekan di bagian kemaluan telah memberitahunya. ‘Windy Yuan’ pasti telah mengalami pelecehan seksual sebelum meninggal.
Ingatan ‘Windy Yuan’ yang tertinggal di benaknya juga telah membenarkan hal ini.
Dari magister jenius berubah menjadi Nyonya Pangeran Chu dari entah dinasti mana. Satu-satunya yang disayangkan oleh Windy Yuan adalah proyek penelitian yang sedang dia kerjakan tidak dapat dilanjutkan lagi.
Perjalanan lintas waktu yang begitu tidak ilmiah pun terjadi padanya. Dia tidak terlalu mengkhawatirkan situasinya sendiri, sebaliknya berpikir jika dia dapat kembali ke era kini lagi, mungkin dia akan mempelajari tentang ilmu mistik.
Kehilangan akan banyak darah membuat kepalanya terasa berat dan pusing. Maka dia tidak lagi memikirkan apa-apa. Dia berjalan ke arah ranjang dan berbaring di atasnya.
Entah berapa lama kemudian, terdengar dentuman keras di luar yang disertai dengan erangan.
“Cepat, cepat panggil tabib!”
Terdengar suara Bibi Qi yang cemas dan panik di luar.
Aroma amis darah merambat ke dalam melalui pintu kayu yang tidak tertutup rapat.
Windy Yuan menopang dua tangan di kursi dan berjalan keluar dengan tergopoh-gopoh.
Bibi Qi dan seorang dayang memapah seorang sida duduk di depan lorong. Mata sida itu berdarah karena tertancap oleh sesuatu dan dia menangis kesakitan.
Bibi Qi cemas sekali. Dia ingin mendekap mata sida yang berdarah, tetapi benda tajam itu menancap di bola matanya. Maka dia ingin mencabut benda tajam itu.
Melihatnya, Windy Yuan bergegas berjalan keluar tanpa menghiraukan sekujur tubuhnya yang sakit. “Jangan gerak!”
Bibi Qi terkejut. Begitu menoleh ke belakang dan melihat bahwa itu adalah Windy Yuan, Bibi Qi berkata dengan kesal, “Tidak ada urusan Nyonya di sini, silahkan Nyonya kembali.”
Hati Windy Yuan sedikit lega setelah melihat sekilas. Benda tajam itu adalah sebuah paku. Paku itu tidak menusuk bola mata, melainkan menancap ke dalam menyusuri sudut mata.
Paku tertancap dengan sangat dalam. Jika dicabut secara paksa, akan melukai selaput mata dan bahkan mengakibatkan bola matanya pecah.
“Pinset, kapas, jarum, arak. Rebus aconitum, henbane, ephedra sinica, rhododendron molle, kecubung dan bawakan kemari. Cepat!” Windy Yuan menarik Bibi Qi pergi dan berpesan dengan tenang.
Bibi Qi mendorong Windy Yuan dan berkata dengan marah, “Jangan sentuh cucu saya.”
“Jika kamu menunggu tabib…”
Melihat Windy Yuan masih ingin berbicara, Bibi Qi langsung mendorongnya dengan kuat ke dalam kamar dan mengunci pintunya.
Windy Yuan terdorong jatuh ke lantai. Dalam benaknya ternyiang akan satu kalimat yang dingin. “Tidak perlu menganggap dia sebagai majikan, anggaplah bertambah seekor anjing di Kediaman Pangeran Chu.”
Dia hanyalah seekor anjing. Para dayang dan sida tentu tidak akan menghormatinya.
Perlahan-lahan Windy Yuan berbaring kembali ke ranjang. Hatinya terasa sangat berat dan tidak berdaya mendengar tangisan sida di luar itu.
Suaranya perlahan-lahan menjauh, sepertinya sudah dipindahkan ke tempat lain.
Anak itu, kira-kira berumur sepuluh tahun?
Sayang sekali. Jika menunda waktu pengobatan, tidak hanya akan melukai matanya, juga mungkin akan kehilangan nyawa karena infeksi.
Windy Yuan tidak memiliki sifat pengasih. Tetapi yang dia pelajari adalah ilmu medis, serta yang dia lakukan adalah penelitian tentang virologi dan obat-obatan. Semua keluarganya pun adalah dokter. Sejak kecil, topik yang paling banyak dibahas oleh kakek dan ayahnya adalah tanggung jawab sebagai dokter beserta cara untuk menyembuhkan pasien.
Bagi orang Keluarga Yuan, menyembuhkan pasien adalah kewajiban ilahi.
Mereka melaksanakan hal ini dengan segenap usaha selama seumur hidup.
Sebagian ingatan yang bukan miliknya sedang perlahan-lahan berbaur dengan ingatannya sendiri di dalam benak.
Sudah sejak lama Windy Yuan sang putri Adipati Jing menyukai Ryan Ding sang Pangeran Chu. Setelah ritual penobatan dewasa di umur lima belas tahun, Windy Yuan menyusun siasat untuk menjebak Pangeran Chu ‘melecehkannya’ di acara jamuan Kediaman Putri. Setelah mengancam dengan nyawa, akhirnya dia berhasil menjadi Nyonya Pangeran Chu.
Sayangnya. Tidak peduli bagaimana dia berusaha selama setahun menikah, Pangeran Chu tidak pernah meliriknya.
Dia adalah siswi teknologi. Meski tidak pernah berpacaran, tetapi rasa pegal dari badannya dan rasa sakit robekan di bagian kemaluan telah memberitahunya. ‘Windy Yuan’ pasti telah mengalami pelecehan seksual sebelum meninggal.
Ingatan ‘Windy Yuan’ yang tertinggal di benaknya juga telah membenarkan hal ini.
Dari magister jenius berubah menjadi Nyonya Pangeran Chu dari entah dinasti mana. Satu-satunya yang disayangkan oleh Windy Yuan adalah proyek penelitian yang sedang dia kerjakan tidak dapat dilanjutkan lagi.
Perjalanan lintas waktu yang begitu tidak ilmiah pun terjadi padanya. Dia tidak terlalu mengkhawatirkan situasinya sendiri, sebaliknya berpikir jika dia dapat kembali ke era kini lagi, mungkin dia akan mempelajari tentang ilmu mistik.
Kehilangan akan banyak darah membuat kepalanya terasa berat dan pusing. Maka dia tidak lagi memikirkan apa-apa. Dia berjalan ke arah ranjang dan berbaring di atasnya.
Entah berapa lama kemudian, terdengar dentuman keras di luar yang disertai dengan erangan.
“Cepat, cepat panggil tabib!”
Terdengar suara Bibi Qi yang cemas dan panik di luar.
Aroma amis darah merambat ke dalam melalui pintu kayu yang tidak tertutup rapat.
Windy Yuan menopang dua tangan di kursi dan berjalan keluar dengan tergopoh-gopoh.
Bibi Qi dan seorang dayang memapah seorang sida duduk di depan lorong. Mata sida itu berdarah karena tertancap oleh sesuatu dan dia menangis kesakitan.
Bibi Qi cemas sekali. Dia ingin mendekap mata sida yang berdarah, tetapi benda tajam itu menancap di bola matanya. Maka dia ingin mencabut benda tajam itu.
Melihatnya, Windy Yuan bergegas berjalan keluar tanpa menghiraukan sekujur tubuhnya yang sakit. “Jangan gerak!”
Bibi Qi terkejut. Begitu menoleh ke belakang dan melihat bahwa itu adalah Windy Yuan, Bibi Qi berkata dengan kesal, “Tidak ada urusan Nyonya di sini, silahkan Nyonya kembali.”
Hati Windy Yuan sedikit lega setelah melihat sekilas. Benda tajam itu adalah sebuah paku. Paku itu tidak menusuk bola mata, melainkan menancap ke dalam menyusuri sudut mata.
Paku tertancap dengan sangat dalam. Jika dicabut secara paksa, akan melukai selaput mata dan bahkan mengakibatkan bola matanya pecah.
“Pinset, kapas, jarum, arak. Rebus aconitum, henbane, ephedra sinica, rhododendron molle, kecubung dan bawakan kemari. Cepat!” Windy Yuan menarik Bibi Qi pergi dan berpesan dengan tenang.
Bibi Qi mendorong Windy Yuan dan berkata dengan marah, “Jangan sentuh cucu saya.”
“Jika kamu menunggu tabib…”
Melihat Windy Yuan masih ingin berbicara, Bibi Qi langsung mendorongnya dengan kuat ke dalam kamar dan mengunci pintunya.
Windy Yuan terdorong jatuh ke lantai. Dalam benaknya ternyiang akan satu kalimat yang dingin. “Tidak perlu menganggap dia sebagai majikan, anggaplah bertambah seekor anjing di Kediaman Pangeran Chu.”
Dia hanyalah seekor anjing. Para dayang dan sida tentu tidak akan menghormatinya.
Perlahan-lahan Windy Yuan berbaring kembali ke ranjang. Hatinya terasa sangat berat dan tidak berdaya mendengar tangisan sida di luar itu.
Suaranya perlahan-lahan menjauh, sepertinya sudah dipindahkan ke tempat lain.
Anak itu, kira-kira berumur sepuluh tahun?
Sayang sekali. Jika menunda waktu pengobatan, tidak hanya akan melukai matanya, juga mungkin akan kehilangan nyawa karena infeksi.
Windy Yuan tidak memiliki sifat pengasih. Tetapi yang dia pelajari adalah ilmu medis, serta yang dia lakukan adalah penelitian tentang virologi dan obat-obatan. Semua keluarganya pun adalah dokter. Sejak kecil, topik yang paling banyak dibahas oleh kakek dan ayahnya adalah tanggung jawab sebagai dokter beserta cara untuk menyembuhkan pasien.
Bagi orang Keluarga Yuan, menyembuhkan pasien adalah kewajiban ilahi.
Mereka melaksanakan hal ini dengan segenap usaha selama seumur hidup.
Xi'an Perfect Planet Internet Technology Co., Ltd. (西安完美星球网络科技有限公司) © 2020 www.readmeapps.com All rights reserved