Bab 5 Sebuah Tamparan
by Sisca
11:22,Nov 20,2021
Tania maju untuk menenangkan Bibi Qi dan memapahnya duduk di samping.
Kepala Sida Fajar Tang berkata kepada tabib, “Anak itu sungguh sengsara. Kalau tidak, Anda berilah obat untuk meredakan kesakitannya. Kami pasti tidak akan memberitahukan keluar bahwa Anda pernah menanganinya.”
Sambil berkata, Fajar Tang memasukkan uang ke dalam lengan tabib.
Barulah Tabib Li berkata, “Meredakan kesakitan bukanlah masalah besar, tetapi tidak ada gunanya untuk meredakan kesakitan. Yang seharusnya mati tetap akan mati.”
“Iya, iya!” Fajar Tang hanya ingin Adi mati dengan lebih nyaman. Anak itu sungguh kasihan, juga tumbuh besar di bawah pengawasan matanya.
Ketika Tabib Li ingin masuk untuk menuliskan resep, pintu kamar dibanding dan dikunci dari dalam.
Tania yang mengenali bahan pakaian ketika pintu tertutup tadi langsung berteriak kaget, “Itu Nyonya.”
Mendengar bahwa orang yang masuk itu adalah nyonya pangeran, Bibi Qi sedih dan marah. Bibi Qi menerjang seperti singa betina yang gusar dan menggedor pintu dengan kuat. “Buka pintu. Buka pintu. Apa yang Nyonya inginkan?”
Terdengar suara Windy Yuan dari dalam. Suaranya tidak besar, juga tidak banyak bicara. “Masih bisa diselamatkan.”
Tabib Li langsung mencibir, “Dia pun hanya tersisa seonggok napas, masih bisa diselamatkan? Dewa dari mana di Kediaman Pangeran?”
Badan Bibi Qi menjadi lemas. Dia menatap Fajar Tang dengan putus asa. “Tuan Tang, kumohon, suruhlah orang untuk mendobrak pintu. Hamba ingin menemaninya, dia ketakutan!”
Fajar Tang tidak menyangka Nyonya akan datang di saat ini. Untuk apa datang untuk berbuat onar?
Kelihatannya Nyonya tidak mendengarkan perkataan Pangeran.
Maka jangan salahkan dia untuk melapor kepada Pangeran.
Fajar Tang berkata dengan suara berat, “Tania, pergilah mencari Pangeran. Tanpa Pangeran, kita juga tidak enak untuk bertindak tidak sopan kepada Nyonya. Panggil beberapa orang lagi, dobrak pintunya.”
“Baik!” Tania juga sangat gusar. Dia langsung berlari keluar.
Fajar Tang mempersilahkan tabib menuliskan resep di batu di halaman, lalu menyuruh orang untuk membelinya.
Mendengar pergerakan di luar, Windy Yuan yang berada di dalam hanya bisa bergegas.
Adi sudah tak sadarkan diri, tetapi dia terus mengerang kesakitan.
Windy Yuan memeriksakan kondisi luka Adi. Sudut matanya sudah bernanah dan matanya bengkak. Adi sudah terinfeksi virus.
Dia membuka kotak medis dan mengeluarkan cairan suntik. Setelah menyuntikkan antibiotik, dia mengeluarkan pisau kecil dan cairan antiseptik. Setelah pisau disterilkan, dia mulai membersihkan nanah.
Melakukan pembersihan nanah tanpa adanya obat bius, anak kecil tidak tahan dan mengerang kesakitan.
Mendengar erangan cucunya, Bibi Qi yang di luar mendobrak pintu dengan kepala sambil mengutuk, “Ada masalah apa silahkan tujukan pada saya. Jika Nyonya menyiksa dia, meski mati saya juga tidak akan memaafkan Nyonya.”
“Sadis sekali!” Tabib juga menggelengkan kepala mendengar erangan ini.
Fajar Tang juga merasa marah dan sakit hati. Tetapi karena khawatir Bibi Qi menyakiti diri sendiri, dia terpaksa maju untuk menghentikannya.
Segera, Tania berhasil membawa Pangeran Chu kemari.
Begitu memasuki halaman pondok, Pangeran Chu sudah mendengar erangan Adi di dalam.
Melihat Pangeran Chu datang, Bibi Qi langsung berlutut dan memohon, “Pangeran, selamatkanlah cucu hamba!”
Mata Pangeran Chu berubah gelap. Dengan wajah suram dia memerintah, “Dobrak pintu!”
Beberapa pengawal Kediaman Pangeran bergegas maju untuk mendobrak pintu. Hanya tiga atau empat kali, pintu sudah berhasil didobrak.
Bibi Qi menyerbu ke dalam. Melihat pisau di tangan Windy Yuan serta kapas-kapas berdarah di lantai, Bibi Qi langsung maju menghadang. “Nyonya ini ingin merenggut nyawa saya, ingin merenggut nyawa saya!”
“Nenek, sakit, aku sakit!” Badan Adi gemetaran. Dia mengerahkan seluruh tenaga untuk menarik tangan Bibi Qi dan mengerang.
Windy Yuan sudah selesai menangani luka Adi. Awalnya dia ingin membalut luka Adi, tetapi kelihatannya sudah tidak sempat lagi.
Ketika dia mengangkat kotak medis, tiba-tiba di depan matanya dihalangi oleh bayangan gelap. Begitu mendongakkan kepala, sebuah tamparan sudah mendarat di wajahnya. Telinganya terus berdengung, wajahnya panas membara dan mati rasa. Sesaat kemudian, barulah dia merasakan keperihan.
Kepala Sida Fajar Tang berkata kepada tabib, “Anak itu sungguh sengsara. Kalau tidak, Anda berilah obat untuk meredakan kesakitannya. Kami pasti tidak akan memberitahukan keluar bahwa Anda pernah menanganinya.”
Sambil berkata, Fajar Tang memasukkan uang ke dalam lengan tabib.
Barulah Tabib Li berkata, “Meredakan kesakitan bukanlah masalah besar, tetapi tidak ada gunanya untuk meredakan kesakitan. Yang seharusnya mati tetap akan mati.”
“Iya, iya!” Fajar Tang hanya ingin Adi mati dengan lebih nyaman. Anak itu sungguh kasihan, juga tumbuh besar di bawah pengawasan matanya.
Ketika Tabib Li ingin masuk untuk menuliskan resep, pintu kamar dibanding dan dikunci dari dalam.
Tania yang mengenali bahan pakaian ketika pintu tertutup tadi langsung berteriak kaget, “Itu Nyonya.”
Mendengar bahwa orang yang masuk itu adalah nyonya pangeran, Bibi Qi sedih dan marah. Bibi Qi menerjang seperti singa betina yang gusar dan menggedor pintu dengan kuat. “Buka pintu. Buka pintu. Apa yang Nyonya inginkan?”
Terdengar suara Windy Yuan dari dalam. Suaranya tidak besar, juga tidak banyak bicara. “Masih bisa diselamatkan.”
Tabib Li langsung mencibir, “Dia pun hanya tersisa seonggok napas, masih bisa diselamatkan? Dewa dari mana di Kediaman Pangeran?”
Badan Bibi Qi menjadi lemas. Dia menatap Fajar Tang dengan putus asa. “Tuan Tang, kumohon, suruhlah orang untuk mendobrak pintu. Hamba ingin menemaninya, dia ketakutan!”
Fajar Tang tidak menyangka Nyonya akan datang di saat ini. Untuk apa datang untuk berbuat onar?
Kelihatannya Nyonya tidak mendengarkan perkataan Pangeran.
Maka jangan salahkan dia untuk melapor kepada Pangeran.
Fajar Tang berkata dengan suara berat, “Tania, pergilah mencari Pangeran. Tanpa Pangeran, kita juga tidak enak untuk bertindak tidak sopan kepada Nyonya. Panggil beberapa orang lagi, dobrak pintunya.”
“Baik!” Tania juga sangat gusar. Dia langsung berlari keluar.
Fajar Tang mempersilahkan tabib menuliskan resep di batu di halaman, lalu menyuruh orang untuk membelinya.
Mendengar pergerakan di luar, Windy Yuan yang berada di dalam hanya bisa bergegas.
Adi sudah tak sadarkan diri, tetapi dia terus mengerang kesakitan.
Windy Yuan memeriksakan kondisi luka Adi. Sudut matanya sudah bernanah dan matanya bengkak. Adi sudah terinfeksi virus.
Dia membuka kotak medis dan mengeluarkan cairan suntik. Setelah menyuntikkan antibiotik, dia mengeluarkan pisau kecil dan cairan antiseptik. Setelah pisau disterilkan, dia mulai membersihkan nanah.
Melakukan pembersihan nanah tanpa adanya obat bius, anak kecil tidak tahan dan mengerang kesakitan.
Mendengar erangan cucunya, Bibi Qi yang di luar mendobrak pintu dengan kepala sambil mengutuk, “Ada masalah apa silahkan tujukan pada saya. Jika Nyonya menyiksa dia, meski mati saya juga tidak akan memaafkan Nyonya.”
“Sadis sekali!” Tabib juga menggelengkan kepala mendengar erangan ini.
Fajar Tang juga merasa marah dan sakit hati. Tetapi karena khawatir Bibi Qi menyakiti diri sendiri, dia terpaksa maju untuk menghentikannya.
Segera, Tania berhasil membawa Pangeran Chu kemari.
Begitu memasuki halaman pondok, Pangeran Chu sudah mendengar erangan Adi di dalam.
Melihat Pangeran Chu datang, Bibi Qi langsung berlutut dan memohon, “Pangeran, selamatkanlah cucu hamba!”
Mata Pangeran Chu berubah gelap. Dengan wajah suram dia memerintah, “Dobrak pintu!”
Beberapa pengawal Kediaman Pangeran bergegas maju untuk mendobrak pintu. Hanya tiga atau empat kali, pintu sudah berhasil didobrak.
Bibi Qi menyerbu ke dalam. Melihat pisau di tangan Windy Yuan serta kapas-kapas berdarah di lantai, Bibi Qi langsung maju menghadang. “Nyonya ini ingin merenggut nyawa saya, ingin merenggut nyawa saya!”
“Nenek, sakit, aku sakit!” Badan Adi gemetaran. Dia mengerahkan seluruh tenaga untuk menarik tangan Bibi Qi dan mengerang.
Windy Yuan sudah selesai menangani luka Adi. Awalnya dia ingin membalut luka Adi, tetapi kelihatannya sudah tidak sempat lagi.
Ketika dia mengangkat kotak medis, tiba-tiba di depan matanya dihalangi oleh bayangan gelap. Begitu mendongakkan kepala, sebuah tamparan sudah mendarat di wajahnya. Telinganya terus berdengung, wajahnya panas membara dan mati rasa. Sesaat kemudian, barulah dia merasakan keperihan.
Xi'an Perfect Planet Internet Technology Co., Ltd. (西安完美星球网络科技有限公司) © 2020 www.readmeapps.com All rights reserved