Bab 1 Hal Yang Paling Berani

by Mecy 09:46,Dec 06,2019
Tempat pertama kali petemuan antara aku dan Andre Duan adalah di atas sebuah ranjang, kejadian ini adalah pertama kalinya selama 25 tahun aku melakukan hal yang paling berani--berbuat yang tidak layak.
Tidak dapat dikatakan tidak layak, tapi selingkuhan itu telah membuatku mabuk, dan secara bersamaan dia juga mengatakan sejujur-jujurnya hubungannya dengan suamiku, membuatku kesal dan pergi ke bar dan memaksa seorang pria untuk naik ranjang.
Dan pria asing itu adalah Andre Duan.
Aku bangkit dan duduk, dengan kepala yang terasa sangat berat aku mengambil identitasnya, aku tidak tau selanjutnya harus berbuat apa.
Hatiku benar-benar sakit, seperti ada ribuan jarum yang menusuk hati kecilku yang sangat lembut, tusukan yang sangat dalam, hingga mengalirkan darah yang sangat pekat, bagaimana pun aku merasa semua ini membuatku merasakan perbuatan ini tidak seharusnya aku lakukan.
Mau bagaimanapun aku juga tidak dapat menyangka, suatu hari di bawah sinar mentari, teman kerjaku tidur bersama suami yang aku cintai, dan aku karena perbuatan teman kerjaku tidur bersama seorang pria asing.
Dalam hatiku, aku menyadari ada yang tidak beres dengan beer semalam, kalau tidak, meskipun aku tidak bisa menahan emosiku dan melampiaskan amarahku, aku juga tidak mungkin memulai menarik perhatian pria asing, seperti diri sendiri tidak memiliki rasa sopan.
Saat aku menyadari sampai titik ini, aku segera merangkak dan mengambil pakaian yang telah berserakan, saat lengan bajuku mengeluarkan satu tanganku, dengan kekuatan pundakku tertarik sehingga membuatku kembali tertidur di atas kasur.
Kepalaku terbentur lemari kecil yang keras, membuatku menarik nafas dalam-dalam. Aku mengulurkan tanganku dan memegang kepalaku hingga tidak terlalu sakit, kemudian aku mengangkat kepalaku dan melihat pria yang sedang tertidur malas menghadap ke samping, aku menyipitkan mataku dan mengamati priaku dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Identitasnya yang baru saja aku curi itu berasal dari kantong bajunya, Andre Duan, nama ini sangatlah membuat orang terheran-heran, berdasarkan hitungan dari tanggal lahirnya dapat diketahui bahwa saat bulan di musim dingin bulan ke 12, dia berusia 30 tahun.
Aku sama sekali tidak menyangka, pria yang kemarin aku asal tarik ternyata begitu hebat, sudut bibirnya menyimpulkan sebuah senyuman, terdapat seperti cahaya yang berkilauan terlihat kedua bola matanya, garis wajahnya juga kebetulan membentuk sebuah busur, seorang pria yang sangat gagah tapi juga aneh.
Dia terdiam dan tidak mengeluarkan suara sama sekali seperti sedang menunggu penjelasan dariku, tanganku awalnya memegang kepala bagian belakang yang sakit, tetapi karena mendapat pandangan darinya yang seperti itu membuatku menjadi gugup sehingga aku menarik kembali tanganku, seperti teringat sesuatu, dengan perlahan namun segera aku menarik selimut untuk menutupi tubuhku, dengan rasa canggung aku tersenyum padanya.
Ini adalah ulahku meniduri orang lain, di situasi seperti ini aku juga tidak bisa menyalahkan dia, aku hanya bisa dengan nada suara yang ramah bertanya padanya, “Tuan, kemarin malam hanyalah sebuah adegan yang di antara kita saling bersedia, iya kan?”
Apabila dia menjawab iya, aku akan segera mengenakan pakaian dan meninggalkannya.
“Kamu kira?” Dia melontarkan kata-kata ini, ini juga adalah kali pertamanya saat aku sadar diri mendengar dia berbicara, suara yang berat terdengar keluar dari mulutnya, seperti membawa perasaan yang membuat orang terpesona padanya.
Hatiku menjadi bergetar, dengan segera aku menangkap pikiranku yang sedang melayang-layang itu, aku merasa sangat gugup, dan dengan suara gemetar aku berkata, “Tuan, kejadian kemarin malam antara kita hanya termasuk sebuah kecelakaan.”
“Iyakah?”
Mendengar perkataannya, dia berdiri sambil mengerutkan dahinya, tubuhnya yang tinggi benar-benar terpampang di depan mataku, paparan sinar matahari dari luar jendela seperti memamerkan otot yang terbentuk di dada dan perutnya, seperti menyinarkan sebuah cahaya yang membuat orang lain mengaguminya.
Suatu hal yang tabu, aku dengan segera memejamkan mataku.
Di dalam ruangan itu tidak terdapat gerakan sedikitpun, aku perlahan-lahan membuka mataku dan termenung, dia ternyata malah dengan sikap yang penuh percaya diri berdiri di hadapanku, dengan sedikit menundukkan kepala dan dengan tatapan mata yang dalam dia memandangku.
Aku segera memejamkan mataku lagi dan menggeserkan pantatku ke arah belakang, tapi aku malah merasa ada yang memegang daguku, dan dengan ringan dia mengusapnya.
Aku benar-benar tidak tau bagaimana menghadapi situasi dan keadaan yang seperti saat ini, hatiku sangat kacau seperti sekumpulan benang yang terjerat menjadi satu.
Aku membuka mataku, dan memaksa bola mataku untuk tidak sembarangan melihat, dan juga memaksa diriku sendiri untuk tidak mempedulikan rasa gugup dan takutku, namun keringat dingin telah mengalir dari dahiku, dengan tenang aku bertanya padanya, “Tuan, apa yang akan anda perbuat?”
“Kamu telah meniduriku, kamu ingin bagaimana?”
Keringat dingin mengalir melintasi pipiku, perasaan yang tidak nyaman mulai muncul dari dalam hatiku, saat ini aku sangat merasa ketakutan.
Aku sangat takut dia menjeratku, aku juga takut Reza Wu mengetahui kelakuanku, apabila dia mengetahui perbuatanku, apabila dia tetap bersikeras bercerai denganku, sampai akhir aku pun tidak bisa mendapatkan warisan sedikitpun.
Karena aku tidak bisa kalah dari mertuaku---Marry Wu.
Tetapi aku sama sekali tidak mengenal pria ini, setelah masalah ini berlalu kita berdua tidak akan menjalin hubungan sedikit pun.
Kuku jemarinya menyentuh pipiku seperti sedang menunggu jawaban dariku, aku menahan perasaan yang tidak enak di dalam hatiku, dan berkata, “Saya meminta permohonan maaf kepada anda, tapi kemarin malam ada yang memberikan obat kepadaku, aku juga tidak sengaja melakukannya padamu, jadi apa kamu bisa menganggap permasalahan ini tidak pernah terjadi sebelumnya?”
“Siapa namamu?”
Dia ternyata bertanya siapa namaku, aku termenung sejenak, dan menjawab, “Namaku Sisca Shi.”
Takdirku benar-benar tidak bagus, sial mendengar pernyataan tentang hubungan Reza Wu, dan juga melakukan hal yang tidak seharusnya ia lakukan karena ulah pria itu.
“Sisca.” Dia perlahan-lahan melafalkan namaku, sorot matanya melayang-layang.
Aku dengan cekatan menjawab ringan, dia seketika mencekik leherku sehingga membuatku melihat ke arahnya, udara dalam paru-paruku semakin lama semakin sedikit, aku takut dengan perbuatan yang akan dia lakukan selanjutnya.
Pria asing yang tanpa sengaja aku tiduri ini, sekarang sedang marah, dalam bola matanya berkobar-kobar, terlihat sebuah kejahatan dari tempat yang sangat dalam itu mengalir keluar, aku memegang pergelangan tangannya, dengan tatapan memohon aku melihat ke arahnya.
“Sisca, kamu ingin kejadian kemarin malam seperti tidak pernah terjadi sama sekali?” Dia mengucapkan namanya dengan begitu lembut, dengan begitu halus, tapi kata-kata selanjutnya yang keluar malah begitu menyakitkan.
Aku menganggukkan kepalaku berharap dia menyetujuinya.
Tatapan matanya penuh dengan ejekan, kelima jarinya melemas melepaskan pundakku, kemudian dia merabanya sebentar, aku termenung, sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman, dan bertanya, “Kamu kira aku bisa menjerat wanita sepertimu ini?”
Wanita sepertiku ini seperti apa?
Andre Duan memiliki sepasang mata yang begitu indah, saat ini matanya memancarkan sikap mengejek yang sangat dalam dari matanya, aku tau dia memandang rendah diriku, tapi aku juga tidak butuh dia menghormati aku, aku segera mendorongnya dan begegas mengenakan pakaian.
Aku ingin segera menghilang dari hadapannya!
Tatapan matanya kosong, tapi perkataan yang keluar dari mulutnya sangat menjatuhkan harga diriku, emosiku yang keras kepala tentu saja tidak bisa menerima perbuatan yang seperti ini.
Tapi lagi-lagi aku tidak mempunyai alasan, hanya bisa terdiam.
Baru saja mengenakan pakaian, dia langsung mencengkeram leherku dan membuangku ke atas kasur, sedangkan dia menindihnya dari atas, aku yang menanggung berat badannya menendangnya.
Dia tidak peduli sedikitpun, aku tergesa-gesa dan dengan serius berkata, “Bangun, Andre cepat bangun dari atas badanku.”
“Andre....” Dia seperti sedikit terkejut, tapi hanya sekejap, dia membalikkan tubuhku dan mengikat tangan dan kakiku dengan kedua tangannya, dengan suara yang keren dia berkata, “Karena kamu telah meniduriku, jadi kamu harus tanggung jawab.”
“Apa kamu harus menjeratku?” Tiba-tiba aku tidak memiliki emosi itu, dalam hatiku merasakan ketakutan yang sangat hebat, aku takut dia menjeratku, tapi perlakuannya ini benar-benar ingin membunuhku, bahkan dia masih minta pertanggung jawaban dariku!
Bertanggung jawab? Bertanggung jawab apa?
Wajahku terasa panas yang sangat luar biasa.

Download APP, continue reading

Chapters

514