Bab 2 Aku Tidak Menginginkanmu (1)

by Mecy 09:46,Dec 06,2019
“Aku untuk apa menjeratmu?” Dia tertawa sinis, dengan tidak penuh perasaan dia berkata, “Sisca, setidaknya kamu harus membuatku puas menidurimu.”
Sisca...... Saat mengucapkan nama ini dia begitu lembut.
Dan juga puas tidur yang keluar dari mulutnya itu, adalah benar-benar tidur puas, sampai saat malam hari dia baru mengenakan pakaiannya, mengenakan sepatu kulit dan pergi meninggalkan Sisca.
Aku berbaring di atas kasur beberapa lama baru membalikkan badan, pergi menuju kamar mandi dan membersihkan diri, setelah selesai aku keluar dan mengenakan pakaian.
Bra yang dikenakannya telah robek di tangan Andre Duan, tapi untung saja mantel musim dingin yang dia kenakan lumayan longgar, sehingga meskipun dia tidak memakai apapun di dalamnya juga tidak akan ada orang yang mengetahuinya.
Aku mengambil hp ku, dan memesan sebuah taksi untuk mengantarku pulang ke rumah, rumahku dan Reza Wu.
Pulang ke rumah yang membuatku merasa jijik itu.
Baru sampai di bawah, Reza Wu menelponnya, aku mengangkatnya dan dengan perasaan lucu aku berkata, “Kenapa? Ada urusan apa?”
Reza Wu dengan suara panik berkata, “Sisca, aku tau kamu pasti sudah mengetahuinya, sekarang kamu pulang ke rumah terlebih dahulu, aku akan memberikan penjelasan padamu.”
“Apa yang ingin kamu jelaskan?” Aku masuk ke dalam lift menekan tombol, melihat angka yang tidak berurutan itu, aku tertawa dan berkata, “Reza, kamu telah mengkhianati pernikahan diantara kita. Kita cerai saja.”
Meskipun disakiti oleh pelakor itu, tapi dia juga termasuk telah mengkhianati pernikahan mereka, jadi hatinya saat ini sangat tenang.
Aku tidak ingin berebut lagi dengan Reza Wu, mau bagaimana pun pernikahan kami juga baru setengah tahun, semuanya secara damai bersama maupun berpisah itu sudah cukup.
“Aku tidak mau kita bercerai!” Reza Wu tiba-tiba mengamuk, aku langsung memutus panggilan itu dan keluar dari lift.
Aku menggunakan kunci membuka pintu, pandangannya tanpa sadar mengelilingi seisi ruang tamu, Reza Wu duduk di sofa dengan kepala tertunduk dan seperti orang gila, mendengar suara pintu terbuka dia langsung berdiri dan berjalan mendekatiku.
“Sisca, ini semua salahku, kamu mau kan memaafkan aku?” Wajahnya berubah menjadi putih pucat, dahinya bercucuran keringat, aku mengalihkan pandanganku dari tubuhnya dan melewatinya menuju sofa dan mengambil segelas air.
Selama sehari semalam, tidak ada setetes air maupun sepotong makanan yang masuk ke dalam tubuhku, namun selain rasa haus aku tidak merasakan rasa lapar sedikit pun.
“Sisca, apa kamu mendengar perkataanku? Aku yang salah, Elisa Li yang menggodaku terlebih dahulu, dia mengancam aku untuk tidak memberitahumu.”
Sebenarnya tidak peduli Elisa Li mengancamnya atau tidak, dia tetap saja tidak akan berani memberitahuku. Sebenarnya seorang pria berselingkuh juga tidak ada masalah, tapi seorang pria yang mengalihkan tanggung jawabnya pada seorang wanita benar-benar sangat memalukan.
Aku meminum segelas air merasa tidak cukup, kemudian aku mengangkat kepala dan meminum segelas air lagi, tapi Reza Wu yang melihat aku tidak mempedulikannya langsung mengambil gelas yang ada di tanganku, dengan nada yang berantakan dia bertanya, “Apa kamu mendengarkan aku sedang berbicara?”
“Aku mendengar, kamu lanjutkan.” Aku mengambil kembali gelas yang ada di tangannya, aku menundukkan kepala dan melihat sedikit kotor kemudian mengembalikkannya lagi padanya.
Jemari tangannya telah menyentuh wanita lain, bahkan........ semakin memikirkan semakin membuatku jijik, lambungnya tiba-tiba merasakan mual yang begitu hebat, dia segera mendorong Reza Wu dan pergi ke kamar mandi lalu mengeluarkan isi perutnya itu, tapi semuanya adalah air yang asam.
Dia tidak memakan apapun, tidak ada barang sedikit pun dalam lambungnya.
Reza Wu menyusulnya, dan mencoba untuk memberikan perhatian padanya.
“Diam kamu!”
Kedua mataku yang lembab menatap Reza, hatiku merasa sakit yang tidak biasa, pria yang berwajah lumayan tampan itu, pria yang begitu mempunyai panutan dalam bidang bisnis, setelah menjadi suaminya malah tidak bisa menjaga pernikahan mereka dan mengkhianatinya.
Sedangkan saat ini dia nampak seperti seorang menantu kecil yang sedang berdiri di depan pintu kamar mandi, kedua bola matanya penuh dengan ketergesa-gesaan, kekhawatiran, ketakutan menatapku.
Dia dengan patuh menutup mulutnya, aku menggunakan tissue membersihkan bibirku, dengan ringan aku berkata, “Reza, kita cerai saja.”
“Tidak! Sisca aku tidak ingin bercerai denganmu!” Dia mulai gugup kembali, dia mengulurkan tangan ingin menarikku tapi aku menghindarinya, matanya memerah, “Aku mencintaimu, kita baru saja menikah dan aku tidak ingin bercerai denganmu, Sisca aku benar-benar mencintaimu, kamu jangan meninggalkan aku, oke? Ada masalah apa kita bicarakan baik-baik.”
“Cinta? Makan itu cinta, Reza jangan paksa aku untuk memakimu! Kamu yang terlebih dahulu berselingkuh, kamu juga mengerti aku, aku tidak menginginkanmu lagi!”
Aku juga mengerti dia, apabila dia tau aku juga berselingkuh, dia juga pasti tidak menginginkanku lagi, dia memiliki yang sangat manja dan selalu ingin menang sendiri.
Terhadapku dia selalu ingin menang sendiri, namun terhadap ibunya dia begitu manja seperti seekor kucing, aku sudah merasa cukup selama berhubungan dengannya beberapa tahun ini.
Saat ini kesabaran Reza Wu sudah tidak dapat dibendung lagi, dengan muka garang dia bertanya, “Apa yang sebenarnya kamu inginkan? Sisca aku berbicara begitu lembut seperti ini, kamu juga tetap ini bercerai?”
Aku menjawab dengan ringan, “Cerai.”
Perkataanku ini langsung membuat amarahnya meledak, dia menarik lenganku dan mendorongku keluar, dia mencekik leherku dan dengan sengit berkata, “Kamu ingin bercerai, apa kamu percaya aku akan membunuhmu?”
“Heee, Reza kamu marah kah?” Nada suara Reza Wu saat berbicara adalah nada marah, amarahnya menjadi-jadi sampai pada suatu titik tertentu. Aku memegang tangannya dan merenggangkannya, lalu berkata, “Aku beri tau kamu, aku tidak hanya ingin bercerai, tapi aku juga ingin 2/3 dari jatah warisan.”
“Gila! Kamu gila Sisca! Kamu benar-benar bermimpi.” Reza Wu akhirnya mau tidak mau melepaskanku, dia menendangku dan berkata, “Kamu bermimpi, 2/3 dari harta warisan? Kenapa kamu tidak mengambil semua warisan dan membiarkan aku tidak mendapatkan apapun.”
Kakiku yang tertendang olehnya dengan sangat kuat merasakan kesakitan yang begitu dalam, aku mengulurkan tanganku dan memegang kakiku yang sakit, sedangkan matanya berkunang-kunang menahan rasa sakit itu, tapi aku menahan diri untuk tidak meneteskan air mata itu, mau berkata apapun juga tidak boleh mengaku kalah di hadapannya.
Untung saja disaat ini Reza Wu mengangkat sebuah panggilan, dan dia mulai merokok sebatang rokok itu, dengan penuh amarah dia bertanya, “Ada urusan apa?”

Download APP, continue reading

Chapters

514