Bab 9 Urusan Perceraian Harus Cepat Diselesaikan

by Mecy 09:47,Dec 06,2019
Menurut Andre Duan, aku tetap hanyalah seorang wanita asing, dan bahkan dia hanya tau sedikit saja tentang diriku. Tetapi jikalau aku berterus terang kepadanya tentang keburukan suamiku, jujur saja itu adalah hal yang sangat sulit.
Terlebih lagi didepan seorang pria luar biasa ini.
Melihat aku terdiam, Andre Duan bersabar menunggu, dia mengeluarkan sebungkus rokok dari kantongnya dan menyalakan satu tangkai rokok, api yang terang menyala diantara sela-sela jarinya, menyebarkan asap yang tipis.
Dia menatap mataku yang cerah, ditambah lagi sebelumnya aku yang bergantung kepadanya, aku akhirnya mengalah dan berkata; "Aku adalah wanita yang sudah pernah menikah, tetapi pernikahanku tidak sampai setengah tahun, suamiku selingkuh, saat aku bertemu denganmu pada hari itu, aku masuk dalam rencana orang ketiga jadi aku bersetubuh denganmu. Hari dimana aku berpisah denganmu adalah hari dimana aku dipukul oleh suamiku, pada akhirnya kamu membawaku ke rumah sakit.
Saat itu aku dan Elisa Li beragumen di restoran, Andre Duan sudah tau aku telah menikah, tetapi Reza adalah orang yang selingkuh duluan!
Tapi aku sangat buta!
"Terus hari ini bagaimana?" Andre Duan menggoyangkan rokoknya yang sudah setengah habis, dengan suara yang dingin ia bertanya: "Mereka lagi?"
Aku mengangguk, harga diri dan semua kebingungan dalam diriku ku keluarkan di depan Andre Duan: "Dia ingin bercerai tetapi memaksaku untuk keluar dari rumah! Dan takut jika kedepannya akan merepotkan..."
Takut kedepannya akan merepotkan, takut aku akan berisik sehingga ia mengambil foto bugilku.
Andre Duan bertanya: "Terus apa lagi yang ia lakukan?" Aku mengangkat wajahku menatapnya, tatpan matanya sangat tenang dan dingin, diantara kedinginan itu ada sedikit perasaan tertekan.
"Dia takut aku akan berisik tentang perusahaan yang akan mempengaruhi kenaikan pangkat dia, jadi dia mengambil foto bugilku dan mengancamku, dan takut anak yang ku kandung akan merepotkan, sehingga ia menghubungi Elisa Li untuk memberiku obat aborsi."
Setelah berbicara kalimat-kalimat ini, ada perasaan tidak tahan di hatiku, tetapi satu-satunya orang yang bisa mendengar semua ini hanyalah dia.
Satu-satunya orang yang memperhatikanku, dan bisa menolongku juga hanyalah dia.
Diujung kalimat, Andre Duan mematikan rokok di jarinya, dan membuang puntung rokok itu ke dalam tempat sampah bertanya: "Apakah kamu ingin membalas dendam?" Nada bicaranya sangat santai, seperti itu bukan urusan dia.
Sebenarnya pekerjaanku hari-hari ini saja sudah sangat sibuk sampai membuatku babak belur, tidak ada energi lagi untuk membalas dendam. Tetapi tidak ada energi dibalas dengan tidak ada energi, pembalasan dendam adalah sebuah keharusan!
Segala kepahitan yang kuterima, harus-- tidak boleh berbalik!
"Aku akan memikirkan tentang hal ini, aku juga tidak mau keluar dari rumah!" Aku menggerak-gerakkan badanku, dan mengambil napas yang menyakitkan.
"Urusan perceraian harus cepat diselesaikan." setelah Andi Duan berbicara, dia sedikit terkejut, dan dia berkata dengan nada sedikit meledek: "Aku Andre Duan telah meniduri seorang wanita yang telah menikah."
Kata-kata dia membuat hatiku sedih, kecewa, dan tidak bahagia, semua perasaanku tercampur aduk, tetapi aku tidak melawannya!
Karena apa yang dia bilang tidak salah! Pernikahanku masih dilindungi oleh hukum, aku memang adalah seorang wanita yang telah menikah, dan orang seperti dia memandangku rendah adalah hal yang wajar!
Andre Duan terdiam sesaat, dan nadanya berubah rendah berkata: "Aku sudah pernah bilang, ketika kamu diolok kamu harus memikirkan cara untuk membalasnya, kalau tidak ada cara kamu harus membuat kesempatan, dan keputusan ada di tanganmu."
Dokter bilang Andre Duan adalah orang yang besar, aku tidak tau seberapa besar tetapi dia telah memberikanku kesempatan.
Dia mempersilahkan aku menjadi pacarnya untuk membalaskan dendamku.
Tetapi sekarang dia mau jawban, tetapi aku tidak bisa menjanjikannya!
Aku menolak dengan lembut: "Tetapi... Aku belum bercerai."
Andre Duan adalah seseorang yang pintar, dia tau apa maksud ku, tatapan matanya yang bercahaya menatapku lama dan akhirnya ia berdiri.
Dia meninggalkanku dengan diam tanpa mengatakan satu katapun.
Aku menatap punggungnya dan sedikit terkejut. Apa maksud dia?
Pada akhirnya aku berusaha melupakannya.
Menunggu sampai Andre Duan pergi, aku dengan susah berdiri untuk pergi mandi, dan melepaskan bajuku didepan cermin.
Brengsek! Aku melihat memar ditubuhku, aku tidak tahan tetapi ingin memaki Reza dan Elisa Li, pasangan anjing itu!
Ada lagi foto bugilku yang diambil mereka... Sebenarnya apa yang mereka foto?!
Semakin dipikirkan, hatiku merasa semakin takut, semakin tidak bisa menahan perasaanku, aku membuka shower dan membasahi tubuhku.
Perasaan takut, seram memenuhi hatiku, aku menatap sepasang mata di atas lantai dan muntah dengan jijik, pada akhirnya, aku merasakan sepasang bahu kokoh yang merangkulku ke dalam pelukan.
Aku memeluknya dengan erat, seperti memeluk pohon terakhir yang kumiliki, di samudera yang luas dia adalah satu-satunya kehidupan yang tersisa, seperti memeluk sebuah harapan yang penuh.
Aku merasa sesak napas dalam pelukannya, telapak tangannya mengelus punggungku, dan kepalaku tersender di bahunya berkata: "Andre, aku ingin membalas dendam, tapi aku takut padamu."
Aku takut aku teracuni olehnya; aku takut kelak aku tidak bisa meninggalkannya; aku takut dia pada akhirnya hanyalah sebuah jebakan.
Andre Duan terbiasa untuk diam, dia menggendongku dan menaruh aku di kasur, dan memakaikanku selimut dan mengambil handuk untuk mengeringkan rambutku, setelah sudah agak kering, dia menatapku.
Dia menatapku dengan penuh konsentrasi.
Begitu konsentrasi sampai aku pikir dia sangat mencintaiku, dan di matanya hanya ada aku.
Andre Duan, pria yang penuh kejutan ini muncul di saat terlemah, dan masa tersusahku, dia membuatku mengekspektasikan banyak hal.
Hanya kecil, dan bisa mengontrol ekspektasiku.
Aku takut kelak aku akan mencintainya tanpa tanda, aku takut di duniaku yang kacau, dia tetap merasa tenang.
Aku takut dia menyakiti ku lebih dari Reza.
Terpikir sampai disini, aku rasa ini sungguh seperti lelucon! Masih begitu banyak hal yang belum kuselesaikan, dan aku sudah memikirkan hal-hal seperti ini!
"Sisca kamu harus ingat, mau sesedih apapun, jangan main-main dengan tubuhmu, orang-orang yang peduli padamu akan sedih dan musuhmu akan senang, mengerti?" Andre Duan berkata dengan dingin, seperti sedang mengajariku sebuah realita.
Aku mengangguk, kelima jari Andre Duan mengelus kepalaku, dan berkata dengan nada rendah: "Ikutilah Tuhan, Tuhan yang akan menggantikanmu untuk balas dendam."
"Andre, kenapa kamu ingin membantuku?" Nada bicaraku sedikit gemetaran, mengangkat wajahku dan menatap tatapannya dengan tidak tenang.
"Kenapa?" Andre Duan membaca sekali lagi, tiba-tiba ia sedikit tersenyum, ia berkata dengan suara yang memukau: "Hal yang tidak bisa ditolak oleh Sisca adalah, kamu adalah seorang gadis yang cantik, meski hanya debu sesaat tetapi ketika diasah oleh hati orang yang baik, aku akan bermekaran nantinya."
Aku terkejut, dia tertawa berkata: "Sangat jelas orang yang baik itu bukan suamimu, tetapi aku.. Kamu adalah satu-satunya wanita yang pernah meniduriku."
Andre Duan pernah bilang dia bukan pria sembarangan, tetapi ini seperti sedang membohongi anak kecil, dan kenapa dia mencari aku?
Apakah dia mencintaiku? Tetapi aku Sisca adalah orang yang kenal diriku sendiri, dan jelas mengerti begitu banyak wanita di dunia ini, yang lebih baik dariku juga banyak, dia Andre Duan pasti pernah melihatnya sendiri.
Tetapi pria seperti ini, seperti pria yang sudah berpengalaman.
"Jadi..." Aku berhati-hati bertanya: "Apakah kamu berharap aku menjadi pasanganmu? Tidak ada hubungan perasaan, kamu yang membantuku balas dendam, aku memberikanmu tubuhku, seperti sebuah pertukaran?"
"Benarkah begitu?" Andre bertanya kembali padaku, dan berkata dengan nada dingin: "Kamu bisa menganggapnya seperti itu."
"Andre, apakah kamu bisa memberiku waktu satu hari untuk berpikir?"
Sekarang perasaanku sedang kacau, tidak cocok untuk membuat keputusan, ada urusan apa, besok baru kuurus.
"Oke boleh." Andre Duan berkata dan mengingatkanku: "Sisca ingatlah, kamu yang memintanya."
Benar, aku yang memintanya. Dan aku masih merasa tidak masuk akal.
"Istirahat yang cepat." Andre Duan memberi kalimat ini dan berbalik pergi, aku menatap kamar ini, sama sekali tidak mengantuk.
Kamar Andre Duan bersuasana dingin, membuat orang merasa sejuk, aku melihat coat dia yang berwarna biru dan membuatku merasa nyaman.
Aku merundukkan kepalaku dan menghirup, baunya segar, ada bau mint, elegan tetapi simpel.
Seperti langit yang biru dan awan putih, membuat hati orang terasa segar.
Aku tenggelam dalam aromanya, akhirnya tetap nada dering ponsel yang menyadarkanku, aku mengambil dan menaruhnya lalu melihat sebuah nomor, hatiku rasanya jatuh sampai ke dasar paling dalam.

Download APP, continue reading

Chapters

514