Bab 8 Andre Duan Menolongku (1)

by Mecy 09:47,Dec 06,2019
Rasa sakit yang diberikan oleh Reza sangatlah membekas di hatiku.
Aku berusaha sekuat tenaga untuk mengedip-kedipkan mata dan menghilangkan rasa sakit yang ada di dalam hatiku, dengan memegang perutku yang kesakitan, aku mengenakan pakaianku.
Dengan kedua kaki yang gemetar, aku berjalan membuka pintu, aku merasa sebuah cairan seperti air mengalir dari bawah tubuhku, aku bergegas menutup pintu dan membuka celanaku.
Sebuah plasenta berwarna putih keluar.
Anakku akhirnya pergi meninggalkanku.
Teringat kekejaman Reza Wu, aku tidak dapat menahan perasaan muak di dalam diriku, aku berbaring di lantai, dan dengan sekuat tenaga menarik nafas dalam-dalam.
Sama seperti seekor binatang lunak yang tidak memiliki kekuatan, dengan rasa lemah, sakit hati aku meneteskan air mata ini.
Dulu aku karena terlalu sayang sehingga aku menikah dengan pria brengsek ini.
Aku sangatlah sakit hati, aku juga tau dengan keadaanku yang seperti sekarang ini tidak mempunyai tenaga sedikitpun untuk pergi dari tempat ini sendirian.
Aku berbaring di lantai beberapa lama, kemudian aku mengambil hp yang ada di dalam kantongku, aku tidak boleh meminta bantuan orang rumah, teman kerja juga tidak boleh membantu, hanya tersisa seorang Andre yang membuatku menjadi wanitanya.
Tapi Andre juga tidak boleh membantu.
Aku sangat paham dengan keanggunannya, dia adalah sebuah racun yang diam-diam mematikan, dia bisa diam-diam membuat orang terjerat di dalamnya, terlebih lagi dia bisa membuat orang ketergantungan akannya.
Akhirnya, yang dapat membantuku hanyalah seorang.
Silvi Xiao.
Aku menelponnya, dengan cepat dia pun mengangkat panggilanku, dan dengan suara senang dia berkata, “Sisca, kenapa kamu menelponku?”
“Silvi, tolong aku.”
Silvi Xiao adalah teman kamarku saat kuliah, dia merupakan anak dari orang kaya, selain itu juga karena keluargaku sehingga membuatku jarang berkomunikasi dengannya.
Bahkan menikah pun, aku tidak mengundangnya. Saat dia mengetahui aku telah menikah, dia marah padaku, dan ingin memutus hubungan kami.
Tapi dia adalah seorang yang perkataannya pedas namun hatinya baik, sehingga hanya sebentar saja dia marah padaku, lalu dia terlebih dulu yang berinisiatif menghubungiku.
“Sisca, kamu di rumah? Tunggu aku!” Nada suara Silvi Xiao penuh dengan kecemasan dan juga kekhawatiran.
Seketika, aku merasa diriku yang dulu sangatlah keterlaluan, karena dia mempunyai hubungan dengan Rizky keluarga kami, aku pun menyingkirkannya.
Aku mematikan telepon Silvi Xiao, lalu aku mengangkat kepalaku dan melihat ke langit-langit rumah, lampu gantung yang tergantung disana adalah pilihanku bersama-sama dengan Reza Wu saat sebelum menikah.
Memancarkan sebuah sinar berwarna ungu, membuat orang merasa kehangatan sebuah rumah. Tapi saat ini malah membuatku merasa jijik, dan rasanya ingin menyingkirkannya.
Semakin aku melihat, aku merasa semakin jijik, aku berusaha sekuat tenaga untuk berdiri dan mengambil botol wine, lalu melemparkannya ke lampu itu, karena tenaga yang terlalu kuat, aku pun juga terjatuh ke lantai, aku mengulurkan tanganku dan memegang perutku yang sangat sakit.
Lampu itu tidak pecah sedikit pun, sedangkan hatiku benar-benar hancur berkeping-keping, semakin aku memikirkannya, aku semakin merasa benar-benar lucu, aku tidak bisa menahannya, akhirnya dengan suara yang sangat kecil, aku tertawa.
Di saat ini pula, hpku tiba-tiba berdering, tanpa melihat keterangan yang ada di layar hp, aku langsung mengangkatnya, terdengar suara yang sangat berat dari seberang sana berkata, “Sisca, kirimkan padaku alamat dimana kamu berada saat ini.”
Aku sangat terkejut, dan tanpa sadar aku pun memberitahu alamat padanya.
Saat aku menunggu Andre Duan mendobrak pintu seperti seorang malaikat, dengan air mata yang berada di mataku aku menatapnya, dalam hatiku aku merasakan sebuah kehangatan.
Tapi aku juga merasa heran bagaimana dia bisa tau kalau terjadi masalah padaku?
Ekspresi Andre Duan sangatlah dingin, tubuh yang gagah itu berdiri di depan pintu seperti sedang menghalang dinginnya udara di luar sana, kedua mata yang biasanya terbuka itu saat ini sedikit menyatu, dia memegang bibirnya dan tidak mengeluarkan suara.
Dia hanya menatapku sekilas, lalu langsung mendekatiku dan membopongku di depan dadanya yang lebar itu, kemudian segera meninggalkan tempat ini.
Saat ini aku tidak mempunyai perasaan apapun, dan aku juga tidak menolaknya.
Kedatangannya sangatlah membawa keuntungan untukku. Meskipun aku sangatlah sial, tapi hatiku yang hancur berkeping-keping seketika membaik karena kedatangannya.
Dia memelukku dan memasukkanku dalam bajunya agar terhindar dari dinginnya angin di luar itu, dan berjalan menuju sebuah mobil yang tidak jauh dari sana.
Mobil Maybach berwarna hitam ini, setidaknya menempuh angka milyaran. Ternyata Andre Duan adalah seorang milyader.
Andre Duan memasukkanku ke tempat duduk depan, lalu dia memutar kepala mobil lalu melepas baju yang di kenakannya lalu memberikannya padaku, aku termenung kemudian mengerti apa maksudnya, aku mengulurkan tanganku dan mengenakannnya di tubuhku.
Di dalam mantel berwarna biru tua milik Andre Duan tersimpan sebuah aroma tubuhnya, aku menenggelamkan wajahku di dalamnya dan menghirupnya dalam-dalam.
Semua perasaan sakit hati, kecewa yang ada dalam hatiku seketika hilang.
Dia menghidupkan mesin mobil, dan dengan kecepatan tinggi dia meninggalkan tempat ini. Selama perjalanan dia hanya terdiam, tidak bertanya alasan juga padaku.
Sela yang sangat sempit terkadang membuat suasana menjadi canggung, aku memiringkan kepala dan melihat ke arahnya, kepala Andre Duan tepat berada di tengah-tengah kaca mobil, dan kebetulan di luar sedang turun salju, seperti dia sedang melengkapi salju yang turun saat ini.
Indah dan juga menyentuh hati.
Di antara semua pria yang aku kenal, Andre Duan adalah pria yang paling gagah, tidak ada yang lain. Selain itu, sikap gagahnya itu sangatlah berbeda, dan tidak terdapat di tengah-tengah masyarakat biasa.
Tapi Andre Duan yang seperti ini pernah aku tiduri.
Semakin lama hening, hatiku semakin terasa bimbang.
Aku melihat jemari tangannya yang berada di setiran mobil, aku ragu cukup lama, aku tidak bisa menahan rasa keinginanku untuk menghancurkan perasaan canggung ini, jadi aku dengan ragu bertanya padanya, “Tuan Andre, bagaimana anda bisa mengetahui bahwa terdapat masalah terhadapku?”
Andre Duan tanpa alasan mengenakan sebuah cincin berwarna perak.
Apakah ini semua memiliki arti sesuatu?
Andre yang mendengar perkataanku langsung menatapku sekilas, kedua bola matanya sangatlah dalam, seketika dia menarik kembali pandangannya dan tidak mempedulikanku.
Dia tidak menjawab pertanyaanku, tapi aku juga tidak merasa canggung sedikit pun, karena harga diriku sudah sejak awal hancur di hadapannya.
Perutku terus-menerus meradang kesakitan, aku yang duduk di samping setir menutup mata dan meringkukkan badan menahan rasa sakit, tiba-tiba aku merasa mobil melaju dengan sangat cepat.

Download APP, continue reading

Chapters

514