Bab 10 Tunggu Aku Menggantikanmu Membalas Dendam (2)
by Mecy
09:48,Dec 06,2019
Perjalanan kembali ke kota sangat tenang, Andre Duan juga sangat konsentrasi mengendarai mobil, saat kita sudah sampai ke daerah tempat ku tinggal dia berkata: "Aku sebentar lagi ada urusan pribadi, malam nanti baru ku jemput ke tempatku."
Aku belum mengiyakan untuk menjadi pasangan dia, tapi dia sudah berkata seperti ini, dengan nada yang mantap, Andre Duan sangat percaya diri.
Aku berkata "Oh" dan Andre Duan terdiam, dia tiba-tiba menjulurkan tangan untuk mengelus kepadalu, dia tertawa sembari satu jarinya terlandas di keningku dan berkata: "Ingat, kalau sekali lagi kamu diganggu cukup telpon kepadaku, ada lagi ketika ada situasi tertentu jangan kerjakan sendiri, tunggu aku untuk menggantikanmu membalas dendam.
Aku terkejut dan bertanya: "Apakah kamu membuatku marah dan diganggu oleh orang lain?"
"Ah, kamu pikir aku tidak tahu temperamen mu? Kamu selalu keras kepala, dan akhirnya selalu merugikan diri sendiri, jadi ketika kamu tidak bisa menjamin dirimu untuk tidak disakiti, rugi sedikit kenapa? Daripada dipukuli, lebih baik rugi sedikit."
Dia berkata seakan-akan dia sangat mengerti aku.
"Apakah maksudmu selama ada yang mendukungku aku bisa berlaku semauku?" Aku menatap Andre Duan yang terkejut.
"Ya, saat kakek ku masih ada mau aku menghajar mereka pun tidak ada masalah, tetapi saat tidak ada dukungan dari kakek aku melindungi diriku sendiri."
Kedua mata Andre Duan sangat cerah, seperti ada maksud untuk tertawa.
Aku tertawa berkata: "Jangan selalu panggil kakek, kamu tuh yang kakek."
"Ha, benarkah?"
Hubungan kami seperti terjadi suatu perubahan, saat menutup pintu Andre Duan langsung pergi, tanpa meninggalkan suatu apapun.
Aku melihat bayangan mobilnya yang semakin menjauh, barulah aku berbalik untuk pulang ke daerah rumahku.
Karena aku dibalut dengan syal dari Andre Duan, luka yang ada di wajahku tidak terlihat oleh orang-orang sekitar, jadi pulang ke rumah masih termasuk aman.
Tetapi saat ibu melihatku kembali ia bertanya dengan dingin: "Kenapa kamu kembali? Reza masih tidak mau mengakui kesalahannya?"
Reza tidak mungkin mengaku salah kepadaku.
Aku tidak memperdulikan ibuku dan langsung kembali ke kamarku, aku mengunci pintu kamarku dan melepaskan semua bajuku dan mengoleskan obat ke luka ku dengan susah payah, dan meminum obat anti inflamasi lalu setelah itu aku mengenakan baju.
2 jam kemudian diluar sudah tenang, ibuku pergi keluar dan bergosip dengan ibu-ibu lain, Christin Chen seharusnya sedang tidak berada di rumah.
Seharusnya di jam-jam sekarang dia sedang bersekolah.
Aku tiba-tiba merasa perutku lapar, aku membuka pintu dan pergi masak bubur, ditengah-tengah itu aku mendapat telepon dari Reza.
Dia dengan suaranya yang dingin langsung berkata: "Besok aku akan cuti, besok ayo kira bersama-sama pergi ke Pengadilan Negeri untuk mengurus surat cerai."
Inilah yang kucari.
"Ya, aku setuju kita cerai." Terdiam sebentar, aku berkata: "Reza, aku lebih mending kehilangan reputasiku dibanding memberikan seluruh harta dan kekayaanku padamu dan Elisa Li, apalagi rumah itu, itu adalah keringat darahku!"
Nada bicaraku sangat teguh, mendengar Reza marah berkata: "Beraninya kamu! Ayah bilang ia mau kau pergi dari rumah! Jangan terlalu banyak bermimpi!"
Dia sangat marah, aku tiba-tiba teringat kata-kata Andre Duan, dia tidak berharap aku beradu mulut, dia takut aku dipukul.
Tetapi sekarang di telepon, jadi aku dengan ketus berkata: "Bodo amat, Reza satu-satunya yang kumiliki tinggal diriku sendiri, siapa pada akhirnya yang akan tercekik?"
"Sisca kau wanita brengsek"
Ah, dulunya pria yang pernah kucintai, pria yang pernah satu kasur denganku, saat ini bisa mengatakan aku brengsek.
Lagipula dia berselingkuh dan mengambil foto bugilku, masih bisanya ia memarahiku?
Aku dengan tidak perduli tertawa dan berbalik, tetapi aku terkejut, dan dengan canggung bertanya: "Bagaimana kamu bisa dirumah?"
Aku belum mengiyakan untuk menjadi pasangan dia, tapi dia sudah berkata seperti ini, dengan nada yang mantap, Andre Duan sangat percaya diri.
Aku berkata "Oh" dan Andre Duan terdiam, dia tiba-tiba menjulurkan tangan untuk mengelus kepadalu, dia tertawa sembari satu jarinya terlandas di keningku dan berkata: "Ingat, kalau sekali lagi kamu diganggu cukup telpon kepadaku, ada lagi ketika ada situasi tertentu jangan kerjakan sendiri, tunggu aku untuk menggantikanmu membalas dendam.
Aku terkejut dan bertanya: "Apakah kamu membuatku marah dan diganggu oleh orang lain?"
"Ah, kamu pikir aku tidak tahu temperamen mu? Kamu selalu keras kepala, dan akhirnya selalu merugikan diri sendiri, jadi ketika kamu tidak bisa menjamin dirimu untuk tidak disakiti, rugi sedikit kenapa? Daripada dipukuli, lebih baik rugi sedikit."
Dia berkata seakan-akan dia sangat mengerti aku.
"Apakah maksudmu selama ada yang mendukungku aku bisa berlaku semauku?" Aku menatap Andre Duan yang terkejut.
"Ya, saat kakek ku masih ada mau aku menghajar mereka pun tidak ada masalah, tetapi saat tidak ada dukungan dari kakek aku melindungi diriku sendiri."
Kedua mata Andre Duan sangat cerah, seperti ada maksud untuk tertawa.
Aku tertawa berkata: "Jangan selalu panggil kakek, kamu tuh yang kakek."
"Ha, benarkah?"
Hubungan kami seperti terjadi suatu perubahan, saat menutup pintu Andre Duan langsung pergi, tanpa meninggalkan suatu apapun.
Aku melihat bayangan mobilnya yang semakin menjauh, barulah aku berbalik untuk pulang ke daerah rumahku.
Karena aku dibalut dengan syal dari Andre Duan, luka yang ada di wajahku tidak terlihat oleh orang-orang sekitar, jadi pulang ke rumah masih termasuk aman.
Tetapi saat ibu melihatku kembali ia bertanya dengan dingin: "Kenapa kamu kembali? Reza masih tidak mau mengakui kesalahannya?"
Reza tidak mungkin mengaku salah kepadaku.
Aku tidak memperdulikan ibuku dan langsung kembali ke kamarku, aku mengunci pintu kamarku dan melepaskan semua bajuku dan mengoleskan obat ke luka ku dengan susah payah, dan meminum obat anti inflamasi lalu setelah itu aku mengenakan baju.
2 jam kemudian diluar sudah tenang, ibuku pergi keluar dan bergosip dengan ibu-ibu lain, Christin Chen seharusnya sedang tidak berada di rumah.
Seharusnya di jam-jam sekarang dia sedang bersekolah.
Aku tiba-tiba merasa perutku lapar, aku membuka pintu dan pergi masak bubur, ditengah-tengah itu aku mendapat telepon dari Reza.
Dia dengan suaranya yang dingin langsung berkata: "Besok aku akan cuti, besok ayo kira bersama-sama pergi ke Pengadilan Negeri untuk mengurus surat cerai."
Inilah yang kucari.
"Ya, aku setuju kita cerai." Terdiam sebentar, aku berkata: "Reza, aku lebih mending kehilangan reputasiku dibanding memberikan seluruh harta dan kekayaanku padamu dan Elisa Li, apalagi rumah itu, itu adalah keringat darahku!"
Nada bicaraku sangat teguh, mendengar Reza marah berkata: "Beraninya kamu! Ayah bilang ia mau kau pergi dari rumah! Jangan terlalu banyak bermimpi!"
Dia sangat marah, aku tiba-tiba teringat kata-kata Andre Duan, dia tidak berharap aku beradu mulut, dia takut aku dipukul.
Tetapi sekarang di telepon, jadi aku dengan ketus berkata: "Bodo amat, Reza satu-satunya yang kumiliki tinggal diriku sendiri, siapa pada akhirnya yang akan tercekik?"
"Sisca kau wanita brengsek"
Ah, dulunya pria yang pernah kucintai, pria yang pernah satu kasur denganku, saat ini bisa mengatakan aku brengsek.
Lagipula dia berselingkuh dan mengambil foto bugilku, masih bisanya ia memarahiku?
Aku dengan tidak perduli tertawa dan berbalik, tetapi aku terkejut, dan dengan canggung bertanya: "Bagaimana kamu bisa dirumah?"
Xi'an Perfect Planet Internet Technology Co., Ltd. (西安完美星球网络科技有限公司) © 2020 www.readmeapps.com All rights reserved