Bab 10 Tunggu Aku Membalaskan Dendammu (1)

by Mecy 09:47,Dec 06,2019
Nomor ponsel Rizky terus bergetar, aku kebingungan agak lama dan mengangkat telepon itu: "Kakak, apakah ada sesuatu yang kamu mau bicarakan?"
"Sisca, apa yang terjadi padamu?" nada bicara Rizky terdengar perhatian. Seperti tau apa yang akan ku ucapkan selanjutnya, dia langsung lanjut berbicara: "Jangan bilang tidak ada apa-apa yang terjadi, aku tau di rumahmu...."
Rizky tidak mungkin tau kehamilanku, karena saat itu aku sudah membungkus test packnya dengan tissue dan membuangnya ke dalam tempat sampah, dan aku masih bingung sampai sekarang, bagaimana Andre Duan bisa tau aku melakukan aborsi?
Bahkan dia sampai langsung membawaku ke tempat aborsi.
Aku menggigit bibirku berkata: "Kakak, benar-benar tidak terjadi apa-apa."
Meski kakek menggantikan dia untuk mengurusku, tetapi aku tidak mau merepotkan dia, apalagi aku juga tidak pernah merepotkan keluargaku sebelumnya.
"Di apartemenmu ada jejak perkelahian, ada juga pecahan beling, tetapi jika kamu tidak bersedia untuk bercerita, aku tidak memaksamu."
Ternyata ia hanya menyadari hal ini!
Aku berkata: "Terima kasih, kakak."
"Tidak peduli apa yang terjadi diantara kamu dan Reza, kamu selalu bisa beritahu kepada keluarga kita, tetapi jika kamu memilih untuk memikulnya sendiri, aku juga tidak bisa menahanmu." Rizky terdiam sesaat, dan ia berkata dengan anda dingin: "Tetapi kamu harus pikirkan dampaknya."
Setelah menutup telepon, aku terpikir tentang kata-kata Rizky, dia adalah orang yang seumuran denganku di keluarga besarku, tetapi ia bisa dibilang mengurusku.
Sebenarnya di tahun ketika penua di keluarga besar kami meninggal, aku baru tau tentang keluarga besarku, itu juga diberitahu oleh penua di keluarga kami.
Tetapi sesungguhnya penua tidak ingin aku kembali ke keluarga besarku, dan mamaku dari awal tidak tau tentang keluarga besarku ini, karena dia akan terlihat seperti tidak tau malu untuk membuatku kembali demi pembagian harta keluarga.
Dan karena menikah dengan Reza membuat kakek marah, Kakek tidak menghubungiku lagi setengah tahun, dia pikir aku akan menikahi pria yang luar biasa!
Tetapi kakek sudah lupa, aku adalah gadis yang tumbuh di tingkat menengah kebawah, menikah dengan Reza mungkin adalah pilihan yang paling tepat.
Dia hebat tapi tidak berlebihan, cukup untuk mendampingi aku.
Juga cukup untuk melindungiku, tetapi tidak terpikir akan terjadi hal seperti ini, dan aku bercerai.. Apa yang akan kakek pikir tentang ini?!
Jadi merepotkan siapa, aku tidak merepotkan kelaurga besar ku, jadi aku hanya bisa menanggung semua kepahitan ini sendiri.
Kemudian Silvi Xiao menelponku, aku mengangkatnya dan bertanya: "Kenapa Rizky bisa tau aku bermasalah?"
"Sisca ini adalah salahku!" Silvi Xiao mengaku dan berkata: "Setelah ku menutup telepon aku baru sadar aku sedang berobat di eropa, jadi aku menelpon Rizky, sekarang kamu tidak apa-apa kan?"
"Sudah tidak kenapa-kenapa." Aku terpikir kata-kata dia barusan, dan bertanya dengan bingung: "Kamu berobat untuk apa di Eropa?"
Aku tidak mendengar kabar Silvi Xiao sekitar 1 bulan, jadi aku juga tidak tau kabar dia akhir-akhir ini.
"Sakit hati Sisca, kakakmu Rizky sudah mau menikah." Silvi Xiao tiba-tiba terdengar lelah, jika didengar baik-baik ada kesakitan yang terpendam.
Aku terpukau dan bertanya: "Siapa?"
"Diana." Silvi Xiao tumben tidak menangis, dia dengan nada yang tenang berkata: "Aku sudah mengejarnya 4 tahun, sudah susah-susah mengajari dia untuk menjadi orang yang lebih penurut, aku juga pikir kita bisa sama-sama berjalan, tetap kenyataannya... Keberuntunganku bukan disini, dia akan menikah setelah tahun baru, bahkan saat putus dia cuman SMS aku."
"Silvi, suamiku diluar bermain dengan wanita lain, jadi kamu merasa adil sedikit tidak?"
Silvi Xiao adalah sesorang yang baik tetapi aku tidak menanyakan kabarnya, dan sekarang aku ingin menenangkannya.
"Sisca..." Silvi Xiao tiba-tiba tertawa berkata: "Rizky juga sudah tinggal bersama dengan wanita itu, kedua pria kita sama-sama selingkuh dengan wanita lain. Tidak apa, nanti kita akan mencari pria yang lebih hebat dan tidak biasa untuk melewati hidup selamanya."
Silvi Xiao bicara seperti ini sebenarnya hanyalah omong kosong, Rizky adalah pria luar biasa, untuk mencari pria yang lebih hebat darinya sangat susah.
Aku dan Silvi Xiao menutup telepon setelah berkata beberapa kalimat, dia bilang dia aka membeli tiket besok untuk menemaniku.
Aku bilang tidak harus, dia bilang sangat harus.
Setelah aku menaruh ponselku aku menatap ke luar jendela, tidak ada satu butir bintang di langit yang hitam, suara ombak dari jauh terdengar ke telinga.
Salju yang putih turun pelan pelan, kayaknya sejak Andre Duan muncul di dua hari ini, salju terus turun, sangat murni.
Kemarin malam karena banyak hal, jadi ketika aku bangun keesokan harinya, hari sudah malam, saat aku bangun seluruh tubuhku sakit dan nyeri.
Aku terbaring sakit di kasur agak lama, ini baru bangun untuk memakai baju, tetapi tiba-tiba terpikir tentang bajuku yang basah kemarin.
Aku membuka selimut untuk melihat kedalam, sepertinya kemarin dia langsung menggendongku ke kasur setelah melepas bajuku di kamar mandi.
Muka ku memerah, aku bangun dan memakai coat Andre Duan dan langsung keluar, saat aku membuka pintu aku melihat dia duduk di atas sofa membaca buku.
Diluar kamar adalah ruang tamu, Andi Duan merunduk dengan tatapan serius, di luar sinar matari menyinari dengan remang, aku menahan ombak di hatiku dan duduk di sampingnya bertanya: "Andre, apakah kamu bisa meminjamkanku sehelai bajumu?"
Aku tidak memakai baju apa-apa di dalam.
Mendengar Andre Duan meletakkan buku yang dibacanya, ia memberikan aku sebuah plastik di meja dan berkata: "Sana ganti."
Aku membuka plastik itu dan melihat, dalaman atas berwarna biru muda dan dalaman bawah berwarna pink lace, aku mengangkat wajahku panik dan melihat tatapannya yang dingin, dan kembali ke kamarku.
Andre Duan kapan kau pergi membeli barang ini untukku?
Apakah dia sendiri yang pergi memilih? Tetapi dia adalah pria dewasa....
Setelah aku mengganti baju, aku merasa ini tidak benar, aku baru sadar tidak ada jaket, akhirnya aku tetap memakai coat biru itu.
Badan Andre Duan tinggi, coat itu panjangnya sampai di kakiku, tetapi style baju dia simpel, seperti unisex.
Ketika aku keluar sekali lagi, Andre Duan sudah mengganti bajunya, jas berwarna hitam, didalamnya ia mengenakan kemeja putih, sampai di lehernya terpasang sebuah dasi.
Andre Duan hari ini tidak seperti biasanya, pakaiannya sangat rapi.
"Pergilah, kembali ke kota." Andre Duan mengambil sebuah obat dari laci dan memberikannya kepadaku, dan berkata: "Tiap hari ingat untuk minum 3 kali."
"Oh."

Download APP, continue reading

Chapters

514