Bab 3 Kamu Akan Segera Terbiasa
by Chasandra Florence
10:30,Mar 04,2022
Brenda baru saja mengeluarkan sebuah ponsel kuno yang berdering dari saku celana Austin.
Setelah mengeluarkan ponsel tersebut, dia memberikannya pada Austin.
“Ini ponselmu.”
Ponsel kuno tersebut terlihat seperti mesin tua yang hanya bisa digunakan untuk melakukan panggilan telepon. Brenda tidak tahu jika Austin semiskin ini. Dia bahkan tidak bisa membeli smartphone.
Tapi saat Brenda melihat nomor penelepon, itu adalah nomor dari Dracania.
Mungkinkah Austin mengenal seseorang di Dracania?
Kemudian Austin mengambil ponsel kunonya dan menjawab panggilan telepon.
Brenda tidak ingin mencari tahu, dia langsung berbalik dan berjalan ke kamar mandi lagi.
Austin menjawab telepon dengan suara yang dingin.
“Katakan.”
“Tuan ketiga, ada yang harus kutanyakan.”
“Mm.”
Suara di ujung telepon terdengar sangat hati-hati, “Itu, kapan kamu kembali?”
“Jangan bertanya lagi!”
Austin segera menutup telepon dan melemparkan ponselnya ke meja kopi.
Brenda berjalan keluar dan melihat ponsel Austin yang rusak. Dia ragu-ragu sejenak sebelum membuka mulutnya, “Maukah kamu membeli ponsel baru?”
Austin mengangkat matanya dengan wajahnya yang dingijn.
Kemudian dia menyalakan rokok dan menaruh di mulutnya, “Kamu mau belikan?”
Brenda menjawab, “Kalau kamu mau, aku bisa beliin ponsel baru.”
Tanpa diduga, Austin tertawa ringan.
Dari awal perkenalan mereka sampai setelah menikah, Brenda tidak pernah melihat pria itu tersenyum dan saat ini dia melihat senyum pria itu.
Senyum itu melunakkan garis dingin di wajahnya.
Tapi senyumnya tidak lama.
“Kamu istriku, kalau kamu mau beliin aku ponsel, beli aja. Selama kamu enggak keberatan keluarin uang buat aku, aku juga enggak nolak.”
Brenda memiliki ekspresi malu di wajahnya, mata gelap Austin seperti bisa membaca pikirannya. Jadi dia segera menjelaskan dengan suara rendah, “Maksudku meski kita sudah sepakat sebelum menerima akta, aset kita terpisah, tapi kita tetap saja suami istri, jadi enggak usah terlalu sopan.”
Austin mengetuk rokok yang berada di jarinya membuat abunya jatuh ke tempat sampah. Kemudian dia menjawab dengan santai, “Bukan masalah, aku hanya enggak mau mengganggu uangmu dan gajiku juga akan kuberikan padamu. Kamu hanya perlu memenuhi kewajibanmu sebagai istri.”
Kewajiban?
Maksudnya menghangatkan tempat tidur?
Sudut mulut Brenda sedikit berkedut. Sebelum dia berpikir terlalu banyak, dia buru-buru masuk ke dalam kamar.
Di malam hari, Brenda dan Austin sedang makan berhadap-hadapan. Mereka terlalu asing satu sama lain. Meskipun mereka sudah berhubungan badan, tetapi tetap saja seperti itu.
Jadi untuk beberapa saat, suasana hening dan sedikit canggung.
Itulah yang dirasakan oleh Brenda.
Namun berbeda dengan Austin yang tetap merasa nyaman meskipun dia setengah telanjang dan hanya menggunakan celana pendek yang lebar.
Setelah selesai makan, Brenda membersihkan dapur dan menyalakan komputer sebentar untuk menyelesaikan beberapa pekerjaannya.
Sebelum jam 10, Austin sudah berada di kamar tidur. Saat Brenda masuk ke kamar dan melihat pria itu, dia langsung menjadi gugup.
Tapi Austin sama sekali tidak melihat kegugupan Brenda. Dia dengan santai menelanjangi dirinya sendiri.
Brenda sangat terkejut dan berkata, “Kenapa…kenapa kamu telanjang?”
Di tubuh pria itu bahkan tidak ada penutup apapun.
Austin tampak mencibir dengan suara rendah. Hanya saja Brenda tidak bisa mendengarnya.
Di detik berikutnya, secara tidak terduga, Brenda langsung dipeluk oleh Austin. Dia menjerit di bawah kungkungannya.
“Diam!”
Suara Austin rendah dan tidak sabar.
Brenda mengerutkan bibirnya melihat mata gelap Austin dalam-dalam. Tubuhnya menegang dan tidak berani bergerak saat merasakan tubuh pria itu yang semakin mendekat ke tubuhnya.
“Apa aku perlu mengeluarkan akta nikah biar kamu tahu statusmu sekarang?”
“Enggak, aku…aku hanya belum terbiasa.”
“Kalau gitu secepatnya kamu pasti akan terbiasa.”
Setelah mengatakan itu, Austin menundukkan kepalanya untuk mencium bibir Brenda. Brenda sebenarnya ingin melawan, tapi dia menahannya.
Austin sangat ahli berciuman. Meskipun tidak melakukannya dengan berlebihan, tapi bisa membuat Brenda merasa sangat nyaman. Brenda benar-benar tenggelam dengan ciumannya yang begitu dalam.
Kancing piyama di tubuh Brenda perlahan-lahan terbuka dan Austin tiba-tiba menjepit kakinya.
Saat pria itu ingin melangkah lebih jauh, Brenda berkata, “Aku sedikit tidak nyaman.”
Austin mengangkat matanya. Mata gelapnya yang penuh hasrat sedikit menakutkan.
Namun Austin tidak mengatakan apa-apa. Hanya berguling dan tidak melakukan apa-apa pada Brenda.
Brenda menghela nafas lega.
Tidak disangka, napas pria di belakangnya tiba-tiba menjadi lebih berat dan tangannya tiba-tiba dicengkeram. Kemudian Brenda menutup matanya dan merasa jari-jarinya terbakar. Pria itu menahan napasnya untuk sementara waktu dan mengeluarkan miliknya.
Setelah selesai, Brenda terus berpura-pura tidur. Dia tidak tahu harus bereaksi seperti apa.
Kemudian Austin membersihkan jari-jari Brenda satu per satu dan setelah membersihkan dirinya, dia kembali berbaring di tempat tidur.
Mereka berdua masing-masing menempati satu sisi tempat tidur dan tidak tidur dengan berpelukan.
Setelah mengeluarkan ponsel tersebut, dia memberikannya pada Austin.
“Ini ponselmu.”
Ponsel kuno tersebut terlihat seperti mesin tua yang hanya bisa digunakan untuk melakukan panggilan telepon. Brenda tidak tahu jika Austin semiskin ini. Dia bahkan tidak bisa membeli smartphone.
Tapi saat Brenda melihat nomor penelepon, itu adalah nomor dari Dracania.
Mungkinkah Austin mengenal seseorang di Dracania?
Kemudian Austin mengambil ponsel kunonya dan menjawab panggilan telepon.
Brenda tidak ingin mencari tahu, dia langsung berbalik dan berjalan ke kamar mandi lagi.
Austin menjawab telepon dengan suara yang dingin.
“Katakan.”
“Tuan ketiga, ada yang harus kutanyakan.”
“Mm.”
Suara di ujung telepon terdengar sangat hati-hati, “Itu, kapan kamu kembali?”
“Jangan bertanya lagi!”
Austin segera menutup telepon dan melemparkan ponselnya ke meja kopi.
Brenda berjalan keluar dan melihat ponsel Austin yang rusak. Dia ragu-ragu sejenak sebelum membuka mulutnya, “Maukah kamu membeli ponsel baru?”
Austin mengangkat matanya dengan wajahnya yang dingijn.
Kemudian dia menyalakan rokok dan menaruh di mulutnya, “Kamu mau belikan?”
Brenda menjawab, “Kalau kamu mau, aku bisa beliin ponsel baru.”
Tanpa diduga, Austin tertawa ringan.
Dari awal perkenalan mereka sampai setelah menikah, Brenda tidak pernah melihat pria itu tersenyum dan saat ini dia melihat senyum pria itu.
Senyum itu melunakkan garis dingin di wajahnya.
Tapi senyumnya tidak lama.
“Kamu istriku, kalau kamu mau beliin aku ponsel, beli aja. Selama kamu enggak keberatan keluarin uang buat aku, aku juga enggak nolak.”
Brenda memiliki ekspresi malu di wajahnya, mata gelap Austin seperti bisa membaca pikirannya. Jadi dia segera menjelaskan dengan suara rendah, “Maksudku meski kita sudah sepakat sebelum menerima akta, aset kita terpisah, tapi kita tetap saja suami istri, jadi enggak usah terlalu sopan.”
Austin mengetuk rokok yang berada di jarinya membuat abunya jatuh ke tempat sampah. Kemudian dia menjawab dengan santai, “Bukan masalah, aku hanya enggak mau mengganggu uangmu dan gajiku juga akan kuberikan padamu. Kamu hanya perlu memenuhi kewajibanmu sebagai istri.”
Kewajiban?
Maksudnya menghangatkan tempat tidur?
Sudut mulut Brenda sedikit berkedut. Sebelum dia berpikir terlalu banyak, dia buru-buru masuk ke dalam kamar.
Di malam hari, Brenda dan Austin sedang makan berhadap-hadapan. Mereka terlalu asing satu sama lain. Meskipun mereka sudah berhubungan badan, tetapi tetap saja seperti itu.
Jadi untuk beberapa saat, suasana hening dan sedikit canggung.
Itulah yang dirasakan oleh Brenda.
Namun berbeda dengan Austin yang tetap merasa nyaman meskipun dia setengah telanjang dan hanya menggunakan celana pendek yang lebar.
Setelah selesai makan, Brenda membersihkan dapur dan menyalakan komputer sebentar untuk menyelesaikan beberapa pekerjaannya.
Sebelum jam 10, Austin sudah berada di kamar tidur. Saat Brenda masuk ke kamar dan melihat pria itu, dia langsung menjadi gugup.
Tapi Austin sama sekali tidak melihat kegugupan Brenda. Dia dengan santai menelanjangi dirinya sendiri.
Brenda sangat terkejut dan berkata, “Kenapa…kenapa kamu telanjang?”
Di tubuh pria itu bahkan tidak ada penutup apapun.
Austin tampak mencibir dengan suara rendah. Hanya saja Brenda tidak bisa mendengarnya.
Di detik berikutnya, secara tidak terduga, Brenda langsung dipeluk oleh Austin. Dia menjerit di bawah kungkungannya.
“Diam!”
Suara Austin rendah dan tidak sabar.
Brenda mengerutkan bibirnya melihat mata gelap Austin dalam-dalam. Tubuhnya menegang dan tidak berani bergerak saat merasakan tubuh pria itu yang semakin mendekat ke tubuhnya.
“Apa aku perlu mengeluarkan akta nikah biar kamu tahu statusmu sekarang?”
“Enggak, aku…aku hanya belum terbiasa.”
“Kalau gitu secepatnya kamu pasti akan terbiasa.”
Setelah mengatakan itu, Austin menundukkan kepalanya untuk mencium bibir Brenda. Brenda sebenarnya ingin melawan, tapi dia menahannya.
Austin sangat ahli berciuman. Meskipun tidak melakukannya dengan berlebihan, tapi bisa membuat Brenda merasa sangat nyaman. Brenda benar-benar tenggelam dengan ciumannya yang begitu dalam.
Kancing piyama di tubuh Brenda perlahan-lahan terbuka dan Austin tiba-tiba menjepit kakinya.
Saat pria itu ingin melangkah lebih jauh, Brenda berkata, “Aku sedikit tidak nyaman.”
Austin mengangkat matanya. Mata gelapnya yang penuh hasrat sedikit menakutkan.
Namun Austin tidak mengatakan apa-apa. Hanya berguling dan tidak melakukan apa-apa pada Brenda.
Brenda menghela nafas lega.
Tidak disangka, napas pria di belakangnya tiba-tiba menjadi lebih berat dan tangannya tiba-tiba dicengkeram. Kemudian Brenda menutup matanya dan merasa jari-jarinya terbakar. Pria itu menahan napasnya untuk sementara waktu dan mengeluarkan miliknya.
Setelah selesai, Brenda terus berpura-pura tidur. Dia tidak tahu harus bereaksi seperti apa.
Kemudian Austin membersihkan jari-jari Brenda satu per satu dan setelah membersihkan dirinya, dia kembali berbaring di tempat tidur.
Mereka berdua masing-masing menempati satu sisi tempat tidur dan tidak tidur dengan berpelukan.
Xi'an Perfect Planet Internet Technology Co., Ltd. (西安完美星球网络科技有限公司) © 2020 www.readmeapps.com All rights reserved