Bab 10 Bermain Dengannya Sampai Lelah

by Chasandra Florence 10:32,Mar 04,2022
Saat Brenda sedang masak makan malam, Austin pulang.

Brenda yang baru saja keluar dari dapur merasa sangat terkejut daat melihatnya.

Karena Austin tidak menggunakan kaos dan celana compang-camping seperti biasanya. Saat ini Austin menggenakan kemeja dan celana hitam membuat Brenda langsung mengedipkan matanya. Di balik setelan hitam yang Austin pakai pada tubuhnya yang tinggi dan ramping, semakin membuat temperamen dan wajahnya terlihat tegas. Apalagi matanya yang gelap dan dalam benar-benar membuat auranya berbeda.

Austin sedikit mengangkat alisnya saat melihat ekspresi kaget Brenda.

“Kenapa?”

Kemudian Brenda buru-buru tersenyum. Pipinya sedikit hangat dna jantungnya berdetak dengan kencang

“Tidak..ka..kamu udah pulang? Kamu enggak pergi ke lokasi konstruksi hari ini?”

Austin tidak menjawab pertanyaan Brenda. Dia hanya melepas alas kakinya lalu berjalan ke arah dapur. Tepat saat pria itu sudah berada di depan Brenda, dia mengulurkan tangannya untuk menarik dagu Brenda,kemudian Austin menundukkan kepalanya dan menggigit dan menghisap bibir Brenda dalam-dalam. Brenda yang mendapat perlakuan seperti itu hanya diam saja dan menerimanya.

Austin menciumnya dengan begitu tiba-tiba dan penuh gairah. Saat Brenda belum sempat bereaksi, pria itu sudah menarik dirinya. Ibu jarinya membelai bibir Brenda beberapa saat, setelah itu dia kembali untuk berganti pakaian.

Perlakuan Austin barusan benar-benar membuat Brenda lupa dengn pertanyannya sebelumnya.

Brenda dibuat terpesona oleh maskulinitasnya.

Setelah makan malam, Brenda melihat resumenya yang mendapat beberapa balasan. Ada juga yang memanggilnya untuk melakukan wawancara.

Brenda dengan hati-hati memilih 2 dan memutuskan untuk pergi wawancara besok.

Austin keluar setengah telanjang setelah mandi. Saat ini sudah memasuki musim gugur, jadi udaranya agak dingin.

Brenda melirik Austin. Telinganya sedikit merah, tapi dia tetap bertanya.

“Dingin sekarang, kamu enggak takut masuk angin?”

Kemudian Austin duduk di sebelahnya. Brenda semakin merasa jika sofa yang dibelinya sepertinya terlalu kecil, karena setelah pria itu duduk di sebelahnya, rasanya sesak.

Austin tiba-tiba merentangkan lengannya yang panjang dan membawa Brenda ke dalam pelukannya. Kemudian pria itu menundukkan dan semakin mendekatkan wajahnya ke arah Brenda. Brenda dapat merasakan jika napas Austin melewati telinganya.

Austin berkata dengan suara rendah dan magnetisnya, “Dingin?”

“...”

Seketika itu juga, panas tubuhnya keluar.

Di kepala Brenda, muncul hal-hal yang tak terkendali. Berbagai postur dan gerakan yang bisa membuat tubuh mereka terasa hangat di malam hari.

Brenda bukan wanita mesum, sungguh. Tapi entah kenapa sejak dia melakukan hubungan badan dengan Austin, dia akan secara tidak sengaja memikirkan berbagai adegan yang membuatnya malu sendiri.

Saat ini wajah Brenda sudah memanas tak terkendali. Di bawah tatapan Austin, dia merasa terbakar. Brenda benar-benar ingin menyembunyikan wajahnya yang saat ini pasti sudah merah.

Jadi Brenda bangkit dan ingin melarikan diri, tapi dia langsung ditarik kembali oleh Austin. Saat ini Brenda sudah berada di pangkuan dan pelukan pria itu.

Brenda bisa merasakan panasnya kulit Austin yang menempel dengan kulitnya dan juga otot-otot kuat pria itu.

Brenda langsung merasa horny.

Austin tetap diam sepanjang waktu saat melihat Brenda. Berbagai reaksi yang ditunjukkan Brenda benar-benar memikatnya. Semua itu terlihat sangat imut baginya.

Austin benar-benar ingin bermain dengannya sampai wanita itu menangis.

Bagaimanapun, seorang pria tetaplah pria.

“Kamu, le..lepaskan aku.”

Brenda berjuang untuk berbicara.

Namun Austin pura-pura tidak tahu, “Kenapa?”

“Kamu…”

Brenda memandang Austin yang saat ini tidak terlihat dingin dan acuh tak acuh. Jadi jika dia tetap akan mengucapkan kata-kata seperti itu, sepertinya terlalu berlebihan.

“Aku harus melakukan sesuatu.”

“Bukankah kamu mau berterimakasih kemarin, gimana kalau berterimakasih sekarang..?”

Brenda langsung mengingat ucapan terima kasih yang dia ucapkan pada Austin setelah membantunya mengusir paman dan saudaranya yang lain saat datang dan membuat keributan saat itu.

Namun Brenda tetap membantah, “Kenapa bisa gitu, aku…”

Mata hitam Austin sedikit berkedip. Dia tidak mengizinkan Brenda untuk melawan, jadi pria itu langsung menggunakan tindakannya untuk mengimplementasikan apa yang ada di pikirannya saat ini.

Austin bermain dengan Brenda hingga wanita itu kelelahan.



Benar-benar tidak mudah bagi Brenda untuk bangun keesokan harinya. Jika bukan karena akan melakukan wawancara, dia mungkin akan bangun di siang hari.

Brenda menggosok pinggannya yang sakit. Dia mengeluh di dalam hatinya, kemudian mengganti baju dan celana yang lebih formal untuk wawancara.

Salah satu perusahaan yang di lamar oleh Brenda adalah cabang perusahaan Ukiyo yang berada di Astoria. Perusahaan Ukiyo adalah perusahaan desain kosmetik yang sangat terkenal.

Brenda mendapat kesempatan untuk melakukan wawancara di perusahaan tersebut. Ada beberapa orang yang mewawancarainya. Setelah melakukan penyaringan pada tahap pertama wawancara, dia melakukan tahap kedua wawancara.

Jawaban Brenda saat wawancara tidak terlalu buruk dan pewawancara juga tidak terlalu mempermalukannya, mereka sangat lembut dan baik.

Hasil wawancaranya belum keluar, tapi itu akan segera diumumkan.

Kemudian Brenda turun dan melihat jam. saat ini kebetulan Austin akan pulang kerja, jadi Brenda menelepon pria itu.

“..Halo, Austin. Aku barusan selesai wawancara dan ada di dekat lokasi konstruksimu. Yuk pulang bareng?”

Saat ini, Dylan yang diam-diam datang ke Astoria dari Dracania, baru saja keluar dari mobil.

Dari kejauhan, dia melihat sosok ramping menggunakan kemeja putih dan celana panjang hitam. Punggung wanita itu benar-benar membuat jantungnya berdebar.

Jadi Dylan berjalan dengan tenang mendekati wanita itu. Secara tidak sengaja, dia mendengar wanita itu berkata di telepon.

“Um..Austin, kalau gitu aku akan ke sana.”

Kemudian Brenda berjalan dengan cepat menuju halte bis. Angin sepoi-sepoi menyapu rambut Brenda, membuat dia sedikit memalingkan wajahnya, mengangkat tangan dan menyingkirkan rambutnya ke samping telinganya…

Ternyata itu adalah wanita yang melarikan diri tadi malam.

Dylan tiba-tiba tersenyum sambil berpikir. Matanya yang tajam sedikit berkedip di balik kacamatanya.

Yang menarik perhatian Dylan adalah barusan wanita itu menyebut nama Austin.

Mungkinkah ada banyak orang yang bernama Austin seperti kakak ketiganya?

Tapi saat melihat kakak ketiganya berperilaku sedikit aneh tadi malan, mungkinkah dia ada hubungannya dengan wanita itu?

Hal ini benar-benar membuat Dylan merasa sangat penasaran dan ingin melihat kebenarannya.

Download APP, continue reading

Chapters

220