Bab 4 Kesenjangan Pasangan
by Chasandra Florence
10:30,Mar 04,2022
Keesokan paginya.
Saat Austin keluar dari kamar tidur, Brenda sudah membuat sarapan.
Austin menggenakan kaos dan celananya dengan santai saat dia keluar. Kemudian dia melemparkan kartu kepada Brenda.
“Semua gajiku beberapa bulan ini ada di situ.”
Brenda melirik Austin dan menerima kartu itu.
“Oke, aku simpan dulu buat saat ini. Kamu pulang kerja jam berapa nanti sore? Ayo kita pergi beli ponsel buat kamu.”
Austin mengangguk dan berkata, “Jam 5, kamu tau alamatnya?”
“Yah, sepertinya gedung itu di jalan Perdamaian. Aku pernah lewat sana.”
Lalu mereka sarapan dengan hening. Setelah selesai sarapan, Austin pergi bekerja. Brenda juga melakukan pekerjaannya sendiri, hanya saja dia hanya bekerja di rumah menangani pekerjaan obline sambil mengirimkan resumenya secara online.
Bagaimanapun juga, meskipun Brenda memiliki dana pembongkaran dan tidak perlu khawatir tentang makan dan minum, dia juga ingin bekerja.
Brenda berganti pakaian saat waktu sudah menunjukkan pukul setengah 5. Di pinggiran lokasi konstruksi, Brenda melihat sekelompok pekerja menggunakan helm pengaman dan dia langsung menemukan Austin.
Anehnya, meskipun Austin berada di bagian belakang dan semuanya berwarna abu-abu, tetapi pria itu terlihat paling mencolok di antara sekelompok pekerja.
Mungkin karena temperamen dan auranya.
Tentu saja juga tubuh tinggi dan berorot yang dimiliki Austin membuatnya sangat seksi.
“Austin!”
Brenda yang berdiri di luar meneriakkan namanya dengan keras.
Austin berbalik dan melihat ke depan.
Semua orang mengalihkan pandangan mereka dan saat melihat wanita cantik dengan gaun biru di lokasi konstruksi yang berbebu dan kotor, mereka semua langsung terpana.
Brenda yang memiliki postur tubuh ramping dan anggun begitu cantik dan bersih, sangat kontras dengan lokasi konstruksi mereka.
Membuat beberapa pria tidak bisa menahan diri untuk bersiul dan menggoda.
Kemudian Austin langsung meletakkan alat-alat yang berada di tangannya dan berjalan menghampiri Brenda dengan langkah besar. Aura yang dimilikinya membuat semua orang yang berada di sekitarnya memberi jalan baginya.
Pipi Brenda sedikit merah. Dia tidak tahu apakah itu karena matahari sore yang terlalu panas atau karena dia yang sedikit malu.
Saat Austin mendekat, tidak tahu kenapa jantung Brenda berdetak lebih cepat.
“Kamu udah selesai? Mau pergi sekarang?”
“Ya, ayo pergi.”
Saat Austin berjalan keluar dengan Brenda, terdengar suara cemooh orang-orang di belakang.
“Austin, dia sangat tidak beruntung…”
“Austin, pantas saja kamu lesu kalau kerja, ternyata kamu memakai tenagamu di malam hari…hahaha…”
Ada juga cemooh yang lebih tidak sopan, hanya saja Austin mengabaikannya dan hanya melemparkan helm ke pintu.
Mereka berdua berjalan ke halte bis. Satu di depan, satunya lagi mengikuti di belakang. Sama sekali tidak terlihat seperti sepasang suami istri.
Sambil menunggu bis, Brenda melirik Austin. Pria itu sudah menyalakan rokoknya lagi. Karena tubuh Austin kotor, orang-orang yang sedang menunggu bis berdiri agak jauh darinya.
Brenda tiba-tiba mengulurkan tangannya untuk menepuk-nepuk kaosnya agar debunya hilang.
Austin menatapnya. Melihat senyum tipis Brenda, dia menarik wanita itu ke dalam pelukannya dengan satu tangan dan melingkarkan tangan satunya lagi di pinggang Brenda. Gerakan intim mereka berdua menarik perhatian orang-orang.
Sebenarnya keintiman seperti itu tidak terlalu berlebihan. Hanya saja penampilan Brenda dan Austin sangat kontras, jadi orang luar yang melihatnya merasa heran dengan kesenjangan itu.
Meskipun Brenda merasa sedikit tidak nyaman, namun dia tidak berusaha melepaskan diri.
Austin memeluknya dan memalingkan wajahnya ke samping. Dia menghisap sebatang rokok hingga padam, setelah itu membuangnya ke tempat sampah.
Setelah sampai di mal, orang-orang juga terus menatap mereka dengan tatapan aneh. Brenda sedikit tidak nyaman, tetapi Austin sama sekali tidak peduli.
Di mal, Brenda menghabiskan uangnya untuk membeli ponsel, pakaian sepatu dan lain sebagainya untuk Austin.
Dia membeli semuanya untuk Austin.
Setelah selesai dengan semua itu, akhirnya mereka berdua memiliki restoran untuk makan malam di luar.
Saat mereka baru saja duduk, pria di sebelah bangkit dengan terkejut saat melihat Brenda. Kemudian dia berjalan mendekat.
“Brenda? Kamu Brenda kan? Kapan kamu kembali? Bukannya kamu harusnya ada di Dracania sekarang?”
“Eh…Aldo Salvius? Lama enggak ketemu. Aku baru kembali.”
Aldo terlihat sangat tampan menggenakan setelan jas dan sepatu kulit. Wanita yang sedang makan dengannya terkejut saat mendengar nama Brenda.
Melihat jika Brenda masih sangat cantik, ada sedikit rasa iri yang muncul dari mata wanita itu. Namun, setelah melihat pria yang berada di samping Brenda, dia langsung tertawa.
“Brenda, udah lama banget gak ketemu.”
Wanita bernama Clairin Jenatra itu meraih lengan Aldo dan bersandar dengan sangat mesra, “Aku dan Aldo nikah bulan depan, kamu harus datang! Oh ya, ngomong-ngomong dia pacarmu?”
Austin tetap tenang, dia bahkan tidak mengubah pandangannya.
Kemudian Brenda melirik Austin dan tersenyum,lalu dia berkata, “Ini suamiku, Austin Xavier. Austin, mereka teman sekelasku saat SMA, Aldo Salvius dan Clairin Jenatra.”
“Suami? Kamu udah nikah?”
Aldo terlihat sangat terkejut, berbeda dengan Clairin yang tersenyum puas, “Oh, kamu udah nikah? Kok gak bilang kita? Gimana kalau kita gabung?”
Sebelum Brenda sempat membuka mulutnya, mereka berdua sudah duduk dengan tidak sopan.
Mereka berdua duduk dan berbicara dengan Brenda.
Setelah selesai makan, Aldo dengan murah hati bergegas membayar tagihan dan setelah itu mereka berdua bersikeras ingin mengantar Brenda dan Austin pulang.
Setelah Brenda dan Austin kembali ke rumah, grup WeChat teman-teman sekelasnya yang telah lama tidak ada kehidupan tiba-tiba menjadi hidup kembali.
Clairin: Aku ketemu Brenda hari ini. Dia ternyata udah nikah dan suaminya kerja di lokasi konstruksi. Aku sangat kaget tapi juga turut senang.
Berita tersebut langsung membuat teman-teman sekelasnya heboh.
Mereka sangat terkejut. Kemudian berbagai reaksi muncul.
Primadona sekolah yang dingin, arogan dan lulusan universitas bergengsi yang pernah menjadi kekasih impian para pria di sekolahnya benar-benar menikah dengan seorang pekerja konstruksi?
Saat Austin keluar dari kamar tidur, Brenda sudah membuat sarapan.
Austin menggenakan kaos dan celananya dengan santai saat dia keluar. Kemudian dia melemparkan kartu kepada Brenda.
“Semua gajiku beberapa bulan ini ada di situ.”
Brenda melirik Austin dan menerima kartu itu.
“Oke, aku simpan dulu buat saat ini. Kamu pulang kerja jam berapa nanti sore? Ayo kita pergi beli ponsel buat kamu.”
Austin mengangguk dan berkata, “Jam 5, kamu tau alamatnya?”
“Yah, sepertinya gedung itu di jalan Perdamaian. Aku pernah lewat sana.”
Lalu mereka sarapan dengan hening. Setelah selesai sarapan, Austin pergi bekerja. Brenda juga melakukan pekerjaannya sendiri, hanya saja dia hanya bekerja di rumah menangani pekerjaan obline sambil mengirimkan resumenya secara online.
Bagaimanapun juga, meskipun Brenda memiliki dana pembongkaran dan tidak perlu khawatir tentang makan dan minum, dia juga ingin bekerja.
Brenda berganti pakaian saat waktu sudah menunjukkan pukul setengah 5. Di pinggiran lokasi konstruksi, Brenda melihat sekelompok pekerja menggunakan helm pengaman dan dia langsung menemukan Austin.
Anehnya, meskipun Austin berada di bagian belakang dan semuanya berwarna abu-abu, tetapi pria itu terlihat paling mencolok di antara sekelompok pekerja.
Mungkin karena temperamen dan auranya.
Tentu saja juga tubuh tinggi dan berorot yang dimiliki Austin membuatnya sangat seksi.
“Austin!”
Brenda yang berdiri di luar meneriakkan namanya dengan keras.
Austin berbalik dan melihat ke depan.
Semua orang mengalihkan pandangan mereka dan saat melihat wanita cantik dengan gaun biru di lokasi konstruksi yang berbebu dan kotor, mereka semua langsung terpana.
Brenda yang memiliki postur tubuh ramping dan anggun begitu cantik dan bersih, sangat kontras dengan lokasi konstruksi mereka.
Membuat beberapa pria tidak bisa menahan diri untuk bersiul dan menggoda.
Kemudian Austin langsung meletakkan alat-alat yang berada di tangannya dan berjalan menghampiri Brenda dengan langkah besar. Aura yang dimilikinya membuat semua orang yang berada di sekitarnya memberi jalan baginya.
Pipi Brenda sedikit merah. Dia tidak tahu apakah itu karena matahari sore yang terlalu panas atau karena dia yang sedikit malu.
Saat Austin mendekat, tidak tahu kenapa jantung Brenda berdetak lebih cepat.
“Kamu udah selesai? Mau pergi sekarang?”
“Ya, ayo pergi.”
Saat Austin berjalan keluar dengan Brenda, terdengar suara cemooh orang-orang di belakang.
“Austin, dia sangat tidak beruntung…”
“Austin, pantas saja kamu lesu kalau kerja, ternyata kamu memakai tenagamu di malam hari…hahaha…”
Ada juga cemooh yang lebih tidak sopan, hanya saja Austin mengabaikannya dan hanya melemparkan helm ke pintu.
Mereka berdua berjalan ke halte bis. Satu di depan, satunya lagi mengikuti di belakang. Sama sekali tidak terlihat seperti sepasang suami istri.
Sambil menunggu bis, Brenda melirik Austin. Pria itu sudah menyalakan rokoknya lagi. Karena tubuh Austin kotor, orang-orang yang sedang menunggu bis berdiri agak jauh darinya.
Brenda tiba-tiba mengulurkan tangannya untuk menepuk-nepuk kaosnya agar debunya hilang.
Austin menatapnya. Melihat senyum tipis Brenda, dia menarik wanita itu ke dalam pelukannya dengan satu tangan dan melingkarkan tangan satunya lagi di pinggang Brenda. Gerakan intim mereka berdua menarik perhatian orang-orang.
Sebenarnya keintiman seperti itu tidak terlalu berlebihan. Hanya saja penampilan Brenda dan Austin sangat kontras, jadi orang luar yang melihatnya merasa heran dengan kesenjangan itu.
Meskipun Brenda merasa sedikit tidak nyaman, namun dia tidak berusaha melepaskan diri.
Austin memeluknya dan memalingkan wajahnya ke samping. Dia menghisap sebatang rokok hingga padam, setelah itu membuangnya ke tempat sampah.
Setelah sampai di mal, orang-orang juga terus menatap mereka dengan tatapan aneh. Brenda sedikit tidak nyaman, tetapi Austin sama sekali tidak peduli.
Di mal, Brenda menghabiskan uangnya untuk membeli ponsel, pakaian sepatu dan lain sebagainya untuk Austin.
Dia membeli semuanya untuk Austin.
Setelah selesai dengan semua itu, akhirnya mereka berdua memiliki restoran untuk makan malam di luar.
Saat mereka baru saja duduk, pria di sebelah bangkit dengan terkejut saat melihat Brenda. Kemudian dia berjalan mendekat.
“Brenda? Kamu Brenda kan? Kapan kamu kembali? Bukannya kamu harusnya ada di Dracania sekarang?”
“Eh…Aldo Salvius? Lama enggak ketemu. Aku baru kembali.”
Aldo terlihat sangat tampan menggenakan setelan jas dan sepatu kulit. Wanita yang sedang makan dengannya terkejut saat mendengar nama Brenda.
Melihat jika Brenda masih sangat cantik, ada sedikit rasa iri yang muncul dari mata wanita itu. Namun, setelah melihat pria yang berada di samping Brenda, dia langsung tertawa.
“Brenda, udah lama banget gak ketemu.”
Wanita bernama Clairin Jenatra itu meraih lengan Aldo dan bersandar dengan sangat mesra, “Aku dan Aldo nikah bulan depan, kamu harus datang! Oh ya, ngomong-ngomong dia pacarmu?”
Austin tetap tenang, dia bahkan tidak mengubah pandangannya.
Kemudian Brenda melirik Austin dan tersenyum,lalu dia berkata, “Ini suamiku, Austin Xavier. Austin, mereka teman sekelasku saat SMA, Aldo Salvius dan Clairin Jenatra.”
“Suami? Kamu udah nikah?”
Aldo terlihat sangat terkejut, berbeda dengan Clairin yang tersenyum puas, “Oh, kamu udah nikah? Kok gak bilang kita? Gimana kalau kita gabung?”
Sebelum Brenda sempat membuka mulutnya, mereka berdua sudah duduk dengan tidak sopan.
Mereka berdua duduk dan berbicara dengan Brenda.
Setelah selesai makan, Aldo dengan murah hati bergegas membayar tagihan dan setelah itu mereka berdua bersikeras ingin mengantar Brenda dan Austin pulang.
Setelah Brenda dan Austin kembali ke rumah, grup WeChat teman-teman sekelasnya yang telah lama tidak ada kehidupan tiba-tiba menjadi hidup kembali.
Clairin: Aku ketemu Brenda hari ini. Dia ternyata udah nikah dan suaminya kerja di lokasi konstruksi. Aku sangat kaget tapi juga turut senang.
Berita tersebut langsung membuat teman-teman sekelasnya heboh.
Mereka sangat terkejut. Kemudian berbagai reaksi muncul.
Primadona sekolah yang dingin, arogan dan lulusan universitas bergengsi yang pernah menjadi kekasih impian para pria di sekolahnya benar-benar menikah dengan seorang pekerja konstruksi?
Xi'an Perfect Planet Internet Technology Co., Ltd. (西安完美星球网络科技有限公司) © 2020 www.readmeapps.com All rights reserved