Bab 15 Kenapa Diam

by Chasandra Florence 10:33,Mar 04,2022
Austin dan Brenda sudah sampai di rumah.

Brenda masih penuh amarah.

Namun dia merasa khawatir dengan Austin. Setelah memasuki pintu, Brenda mengatur emosinya terlebih dulu dan tersenyum, kemudian dia pergi menemui Austin.

Tapi Austin tidak menunjukkan ekspresi apapun. Brenda juga tidak tahu apakah dia senang atau tidak.

Kemudian Brenda segera berkata, “Kamu mandi dulu, lepas bajumu, biar aku cuci. Aku beli beberapa baju beberapa hari lalu, ada baju rumah juga.”

Tiba-tiba Austin menatapnya dengan hati-hati. Kemudian pria itu membungkuk dan menarik dagu Brenda, lalu berkata dengan suaranya yang dalam.

“Mandi bareng?”

“Apa?”

Brenda tersipu malu, tetapi dia tiba-tiba merespon.

“Yuk.”

Dengan begitu, mereka berdua bermain bersama di kamar mandi kecil. Mereka menggunakan lebih banyak kekuatan dari biasanya. Saat Brenda keluar dari kamar mandi, dia sudah tidak tahan lagi. Jadi setelah berbaring di tempat tidur, dia sudah tidak sadarkan diri dan langsung tertidur.

Baru kemudian Austin keluar dari kamar mandi dengan menggunakan handuk untuk membungkus bagian bawah tubuhnya. Setelah menyalakan sebatang rokok, dia menelepon Dylan dengan tangannya yang lain.

Setelah keinginan Dylan untuk bertahan hidup terdengar sampai ke telinga Austin, dia berbicara dengan suaranya yang malas dan serak.

“Aku enggak peduli apa urusanmu, tapi menjauhlah dariku.”

“Ya. Kakak ketiga. Aku pasti enggak akan ganggu kehidupan pengantin barumu, hehe..”

“Dylan, mulutmu bisa dipercaya?”

Sebenarnya itu bukan pertanyaan, tetapi peringatan.

Senyum Dylan seketika langsung membeku.

Dylan dengan cepat berkata, “Ya kakak ketiga, jangan khawatir. Aku enggak akan mengungkapkan apapun tentangmu dan Brenda.”

Setelah Austin tidak mengejarnya dan menutup telepon, Dylan buru-buru memberitahu Edric dan adik laki-lakinya.

“Aku peringatkan kamu enggak boleh membocorkan apa yang barusan aku katakan tentang kakak ketiga dan wanitanya. Jika aku tidak mengatakannya sekarang, kamu pasti tidak tahu kan? Jadi kalau berani membocorkan sedikitpun informasi akan kubunuh tanpa ampun.”

Dylan memberikan peringatan dengan sangat serius. Dalam nada suaranya dapat terdengar betapa dia menggertakkan giginya dan menunjukan jika perintahnya benar-benar harus dipatuhi.

Edric: Jangan khawatir Kak Dylan, kita enggak akan pernah mengatakan apa-apa.

Dylan: Bagus sekali.

Edric: Kak Dylan, aku pasti bakal diam. Tapi aku sedikit penasaran, wanita kayak gimana yang buat dia tertarik? Hanya karena ketemu sama seorang wanita di tempat kecil seperti Astoria dia sampai enggak kembali. Apakah dia bilang kapan dia akan kembali ke Dracania?”

Dylan: Mana ku tahu. Mungkin masih tertarik.

Namun melihat penampilan Brenda yang sangat mempesona, tidak heran jika Austin masih tertarik untuk sementara waktu.

Edric: Benar-benar suatu kehormatan bagi wanita itu bisa disukai oleh kakak ketiga. Itu udah cukup buat hidupnya.

Dylan juga berpikir begitu. Awalnya dia sedikit tertarik dengan Brenda, tapi setelah tahu kalau Brenda wanita Kakak ketiga, dia menyingkirkan minatnya itu. Bahkan jika Brenda dicampakkan oleh kakak ketiga di masa depan, kakak ketiga secara alami tidak akan memperlakukannya dengan buruk.

Tapi sayang sekali, wanita itu tidak bisa menjadi objek mainan saudara-saudara mereka.



Brenda bangun pagi untuk membuat sarapan. Setelah Austin bangun dan makan sarapan, Brenda sedikit malu saat melihatnya.

Mandi bersama untuk pertama kalinya tadi malam merupakan hal yang luar biasa bagi Brenda.

Bahkan setelah bangun, masih tidak mudah bagi Brenda untuk menganggapnya sebagai hal yang biasa saja.

Jadi Brenda buru-buru makan dan pergi bekerja. Jika terus berada di sana bersama Austin, dia takut tidak bisa mengontrol dirinya.

Brenda tidak tahu apakah Austin menyadari keanehannya, tapi pria itu tetap dingin tanpa menunjukkan banyak emosi.

Namun begitu Brenda tiba dan melihat orang-orang di kantor, dia merasa jauh lebih buruk.

Hari ini Aldo sepertinya juga ingin mencari masalah dengannya. Entah itu tidak puas dengan desainnya, atau membuatnya melakukan banyak tugas. Ini jelas merupakan balas dendam yang dia lakukan atas tindakanya yang tidak sopan tadi malam.

Clairin datang berkunjung dan melihat dirinya yang benar-benar sibuk, lalu dia berkata dengan sarkas.

“Brenda, kamu enggak capek? Hahaha…jangan salahin aku, siapa suruh kamu bodoh banget tadi malam. Jangan kamu pikir kita yang mempermainkanmu. Bos enggak suka kamu. Suamimu juga sangat bodoh. Beraninya kamu bersikap enggak sopan sama Tuan Muda Alaric dan bosnya. Benar-benar bodoh. Aku saranin sebelum masa training berakhir, mending kamu inisiatif keluar sendiri. Kalau sampai di tendang, kamu bakal malu. Masa lulusan universitas A ditendang setelah training? Bukankah itu lucu?”

Namun Brenda hanya diam dan melakukan pekerjaannya. Dia benar-benar mengabaikan Clairin.

“..Kenapa enggak jawab? Bukannya kamu pinter ngomong tadi malam? Hehe aku pernah kagum sama kamu. Kamu cantik dan juga sekolah di universitas bagus. Tapi kenapa kamu mau nikah sama pria kayak gitu? Oh aku beneran enggak nyangka, kamu serendah itu. Atau mungkinkah kamu beneran melakukan hal yang memalukan di Dracania sampai enggak mau kembali lagi jadi kamu pergi ke Astoria dan menemukan suamimu yang mau nerima kamu?”

Download APP, continue reading

Chapters

220