Bab 12 Melihat Suamimu

by Chasandra Florence 10:33,Mar 04,2022
Orang-orang di kelompok Brenda sering berkumpul, ditambah Aldo yang selalu murah hati sering mengajak mereka makan atau karaoke untuk bersenang-senang, jadi mereka sering bertemu.

Mereka juga terus mengundang Brenda, hanya saja Brenda selalu menggunakan banyak alasan untuk menghindari undangan tersebut.

Namun jika terlalu sering menolak, orang-orang akan berpikir jika Brenda tidak sudah bersosialisasi.

Meskipun Brenda membenci Aldo, tapi dia juga harus bersosialisasi dengan rekan-rekan lain.

Jadi saat diundnag lagi, Brenda memutuskan untuk ikut.

Sebagai tunangan Aldo dan keponakan dari wakil presiden perusahaan, kedatangan Clairin selalu disambut dengan hangat oleh yang lainnya.

“Clairin, hubunganmu dengan ketua Tim Salvius membuat iri.”

“Clairin, kulitmu benar-benar bagus, skincare apa yang kamu gunakan?”

“Clairin, tasmu cantik banget, itu merek terkenal, pasti sangat mahal..”

Brenda yang ada di sudut hanya diam dan makan, tidak banyak bicara. Paling-paling dia hanya mengobrol dengan Nana, temna kerjanya yang akrab dengannya.

Tapi Clairin tidak ingin membiarkan Brenda pergi, dia ingin tetap rendah hati, tapi tidak ingin membiarkan Brenda terlihat rendah hati.

“Brenda, kamu pakai skincare apa? Tas mu merek apa? Apakah suamimu udah punya rumah? Kamu tinggal di mana sekarang? Masih ngontrak kah?…”

Jawaban Brenda sangat ala kadarnya, tapi sepertinya membuat Clairin sangat bangga.

Mungin di dalam benar Clairin, Brenda menjalani kehidupan yang sangat buruk. Memiliki suami miskin dan hidup dengan sederhana.

Brenda benar-benar tidak tahu moralitas seperti apa yang Clairin miliki hingga menyeretnya untuk membandingkan kehidupannya dengan yang dia miliki.

Brenda sudah merasa tidak tahan lagi, jadi dia memutuskan untuk pergi ke kamar mandi.

Saat Brenda kembali, dia merasa jika senyum beberapa orang di ruangan itu agak aneh.

Namun tidak ada yang bicara. Nana yang berada di sebelahnya diam-diam mengiriminya pesan.

Clairin tiba-tiba tertawa terbahak-bahak, “Hahaha…aku mau jujur. Sebenarnya bukan apa-apa, cuman barusan suamimu telepon dan kami bilang kamu mabuk dan menyuruhnya menjemputmu. Hahaha…hanya bercanda, kamu jangan marah. Kami hanya penasaran sama suamimu yang bisa memenangkan hatimu.”

Beberapa orang lain juga ikut tertawa.

Setelah mendengar ini, Brenda langsung merasa kesal, jadi dia berkata langsung, “Siapa yang menyuruh kalian menyentuh ponselku?”

Tindakan lancang seperti itu benar-benar sangat menjijikan.

Tapi yang lain hanya tersenyum acuh, “Oh, itu tidak sengaja, niat kami cuman bercanda. Lagipula kamu meninggalkan ponselmu dan suamimu telepon. Kamu jangan berlebihan.”

Brenda merasa jika tidak peduli seberapa banyak dia berbicara, mereka selalu memiliki pemikiran yang berbeda dengannya.

Jadi tanpa basa basi lagi, Brenda mengambil tasnya dan pergi keluar.

Tanpa diduga, setelah Brenda membuka pintu dan keluar dari ruangan, ada beberapa orang di luar.

Salah satunya adalah wakil presiden perusahaan yaitu paman Clairin dan bos cabang. Saat Brenda menoleh lagi, pupil matanya tiba-tiba mengecil.

Ternyata ada juga pria yang mempermalukannya di Dracania, Dylan.

Brenda langsung membeku di tempat. 3 orang di seberangnya bereaksi berbeda saat melihat dirinya.

Kemudian wakil presiden, Gerald Gibson bertanya dengan heran, “Bukankah dia pegawai baru di perusahaan? Siapa namanya? Bre..”

“Wakil presiden, namaku Brenda.”

“Oh ya, ya. Kamu teman sekelas Clairin kan. Dia juga gadis kecil yang luar biasa, lulusan universitas A…”

Mendengar keributan di luar, Aldo dan Clairin langsung bergegas keluar. Kali ini mereka bertemu dengan bos dan Tuan Muda yang diperlakukan dengan sangat hormat oleh bos besar. Jadi pada akhirnya orang-orang ini duduk bersama lagi.

Gerald sengaja menyebut keponakannya dan Aldo di depan Tuan Muda Alaric, sehingga menyebabkan begitu banyak orang duduk dan makan bersama sambil mengobrol.

Brenda sangat ingin pergi, tetapi sekarang dia tidak bisa.

Kemudian Brenda mengirim pesan ke Austin, mengatakan padanya untuk tidak tertipu dan datang. Tetapi Austin tidak menjawab pesannya. Brenda tidak tahu apakah Austin sudah membaca pesannya atau belum.

Brenda tidak tahu apakah Dylan masih mengingat dirinya, karena malam ini pria itu tampak memperlakukannya sebagai orang asing dan tidak memandangnya. Tidak keras kepala seperti saat pria itu berada di Dracania. Hari ini Dylan sangat sopan, lembut dan anggun, hingga membuat Brenda memiliki kesan yang baik.

Jika Brenda tidak mengetahui sisi lain Dylan, dia pasti akan tertipu.

Tiba-tiba Brenda mendapat panggilan telepon dari Austin, jadi dia bangkit dan pergi ke luar untuk menjawab telepon. Tapi brenda tidak menyangka jika Austin sudah berada di restoran.

Download APP, continue reading

Chapters

220