Bab 6 Lebih Baik Tidak Memberikan Harapan
by Prilly Latuconsina
09:50,Jun 17,2022
“Proyek investasi?” Zea mengerutkan kening saat mendengar jawaban Yusmin, jika ayahnya benar-benar memiliki ketajaman bisnis, maka kakek tidak akan menyerahkan perusahaan Bonita padanya.
“Karena kamu sudah tahu, cepat transfer uangnya sekarang, aku sudah buru-buru untuk menggunakannya.”
Namun Zea berkata lagi, “Aku akan memberimu uang setelah kamu mengirim informasi proyek investasi tersebut untuk aku tinjau.”
Yusmin merasa sangat marah, ayah mana yang akan dikendalikan oleh putrinya seperti ini? Dia mengutuk di telepon, menyebut Zea pecundang yang seharusnya dibunuh setelah dilahirkan atau dijual, dia mengucapkan beberapa kata kasar dengan menyedihkan.
Memberi tamparan dan permen, Zea telah terbiasa menggunakan trik ini, setelah mendengar makian dari ujung telepon, dia hanya menjawab dengan acuh tak acuh, “Apakah ada hal lain yang ingin kamu katakan? Aku sedang sibuk, kalau tidak aku tutup teleponnya.”
“Jangan tutup, oke, aku akan mengirim informasi tersebut!” Yusmin buru-buru menghentikan Zea, karena takut dia berubah pikiran.
Setelah menutup telepon, Zea tetap berada di samping komputer, tidak lama kemudian dia menerima dokumen yang dikirim oleh Yusmin, dia meneruskan dokumen tersebut ke asistennya dan memintanya untuk mencetak salinannya, juga membuatkan secangkir kopi lagi untuknya.
Dokumen telah terkirim, Zea terus melihat ke bawah sampai secangkir kopi mengepul di antar ke mejanya.
Kopi tersebut memancarkan aroma lembut, Zea mengambil kopi tersebut dengan satu tangan dan menyesapnya, ini adalah kopi Blue Mountain terbaik, meskipun after taste nya harum, tapi masih cukup pahit.
Zea sebenarnya tidak suka pahit, dulu setiap minum obat, dia akan minum dengan sepotong gula di dalamnya, tapi sekarang dia harus mengandaalkan kopi pahit ini untuk mempertahankan semangatnya.
Setelah menyesap kopi, dia meletakannya dan kembali fokus melihat dokumen di tangannya.
Yusmin akan berinvestasi dengan real estat yang memiliki rencana khusus, sertfikat dan tim. Tampaknya investasi tersebut bisa diandalkan. Setelah setengah jam, Zea menelepon Yusmin.
Tidak lama kemudian, asisten mengetuk pintu, Zea yang sedang menelepon membiarkan asisten masuk, dia menoleh, memberi isyarat padanya untuk berbicara.
“Nona Bonita, Dokter Baskara ada di bawah.”
Untuk apa Naufal datang? Zea tertegun sejenak, dia tidak punya waktu untuk mengurus Yusmin, setelah mengatakan “Aku tahu” dia menutup telepon dengan tergesa-gesa.
“Kamu turun dan suruh dia ke atas, lalu suruh seseorang untuk membuatkan secangkir teh dan membawanya masuk.”
Saat asistennya pergi, Zea mentransfer 2 milyar ke rekening Yusmin.
Kemudian Zea menatap layar ponselnya sampai menjadi hitam, tidak sabar menunggu ayahnya berterima kasih padanya, namun pada akhirnya dia hanya bisa menertawakan dirinya sendiri dan melemparkan ponsel ke atas meja.
“Nona Bonita, Dokter Baskara di sini.”
Pintu kantor tidak ditutup, saat melihat Naufal masuk, Zea melambai ke asisten di sampingnya dan memberi isyarat padanya untuk keluar.
“Duduklah.” Zea berdiri, ruangan kantornya sangat besar, ada ruang pertemuan khusus untuk tamu dan urusan bisnis, dia memimpin Naufal untuk duduk di sofa.
Begitu masuk, Naufal mencium aroma kopi yang sangat kuat, dia mengikuti aroma tersebut dan melihat secangkir kopi yang sudah diminum setengah, dia mengerutkan kening dan bertanya, “Kenapa kamu masih minum kopi?”
“Tidak bisakah aku meminumnya?” Zea mendorong teh di atas meja ke arah Naufal dan bertanya, “Kenapa kamu datang?”
Naufal duduk, “Sepertinya kamu sudah melupakan apa yang aku katakan tadi malam.”
Tangan terulur Zea tiba-tiba membeku, dia menarik kembali dan duduk tenang di sofa dengan kepala tertunduk, penampilannya terlihat seperti anak kecil yang telah melakukan kesalahan.
“Hari ini kamu harus pergi ke rumah sakit bersamaku apa pun yang terjadi.”
Zea mengangkat kepalanya, namun tidak melihat ke arah Naufal, melainkan pot tanaman hijau yang telah layu di sampingnya, kemudian dia membuka bibirnya, “Apa yang akan kamu lakukan?”
“Pemeriksaan mendetail, menentukan rencana perawatan dan rawat inap di rumah sakit.”
Naufal memandang Zea dengan cermat, dia hanya tidak melihat wanita itu selama sebulan, tapi wanita itu terlihat sangat kurus saat ini, dia tidak bisa membayangkan bagaimana wanita yang dulunya takut sakit bisa menahan sakit karena serangan kanker lambung.
Zea menggelengkan kepalanya, anak rambutnya di dahinya menutupi emosi di matanya, “Naufal, penyakitku seperti daun di pot ini, telah membusuk, tidak peduli bagaimana kamu memperlakukannya, itu tetap tidak dapat disembuhkan.”
“Bagaimana kamu bisa tahu kalau tidak mau mencobanya? Kamu bisa bekerja siang dan malam, juga dapat menghabiskan 4 tahun untuk menyenangkan pria yang tidak mencintaimu, tapi kenapa kamu tidak bisa meluangkan sedikip pun waktu untuk tubuhmu sendiri?” Naufal merasa tidak berharga bagi Zea, wanita itu baru berusia 24 tahun.
Dia seharusnya sehat, bahagia, energik dan menikmati hidupnya, bukannya mengabdikan diri dengan pernikahan yang membosankan, mengurung dirinya sendri di tempat kerja dan menanggung siksaan yang diberikan penyakitnya kepada tubuhnya.
Naufal berjalan ke sisi Zea dan menyentuh kepala wanita itu seperti yang biasa dia lakukan di masa lali, “Saat ini, obat telah dikembangkan, selama kamu tidak menyerah dan menerima perawatan serta operasi dengan baik, akan ada…” Naufal tiba-tiba menghentikan ucapannya dan tidak bisa melanjutkannya lagi saat melihat mata Zea yang memerah.
Zea membelai daun kuning di tangan kanannya, kemudian bergumam, “Kalau gitu katakan padaku seberapa tinggi kemungkinan operasi ini akan berhasil? Apakah 50%? 20%? atau 0,1%?”
Naufal mengerutkan bibir tipisnya, tidak mengatakan apa-apa.
“Lupakan saja.” Zea tersenyum dengan sudut bibir yang pecah-pecah, “Sebaiknya tidak membicarakannya, lebih baik tidak memberikan harapan itu.”
Zea mengerti maksud Naufal, siapa yang tidak ingin melanjutkan hidup dan memiliki tubuh yang sehat? Hanya saja dia belum pernah mendengar jika seorang pengidap kanker lambung stadium akhir bisa bertahan..
Zea mengerahkan kekuatannya untuk menghancurkan daun layu itu di tangannya dan jatuh di antara jari-jarinya.
“Karena kamu sudah tahu, cepat transfer uangnya sekarang, aku sudah buru-buru untuk menggunakannya.”
Namun Zea berkata lagi, “Aku akan memberimu uang setelah kamu mengirim informasi proyek investasi tersebut untuk aku tinjau.”
Yusmin merasa sangat marah, ayah mana yang akan dikendalikan oleh putrinya seperti ini? Dia mengutuk di telepon, menyebut Zea pecundang yang seharusnya dibunuh setelah dilahirkan atau dijual, dia mengucapkan beberapa kata kasar dengan menyedihkan.
Memberi tamparan dan permen, Zea telah terbiasa menggunakan trik ini, setelah mendengar makian dari ujung telepon, dia hanya menjawab dengan acuh tak acuh, “Apakah ada hal lain yang ingin kamu katakan? Aku sedang sibuk, kalau tidak aku tutup teleponnya.”
“Jangan tutup, oke, aku akan mengirim informasi tersebut!” Yusmin buru-buru menghentikan Zea, karena takut dia berubah pikiran.
Setelah menutup telepon, Zea tetap berada di samping komputer, tidak lama kemudian dia menerima dokumen yang dikirim oleh Yusmin, dia meneruskan dokumen tersebut ke asistennya dan memintanya untuk mencetak salinannya, juga membuatkan secangkir kopi lagi untuknya.
Dokumen telah terkirim, Zea terus melihat ke bawah sampai secangkir kopi mengepul di antar ke mejanya.
Kopi tersebut memancarkan aroma lembut, Zea mengambil kopi tersebut dengan satu tangan dan menyesapnya, ini adalah kopi Blue Mountain terbaik, meskipun after taste nya harum, tapi masih cukup pahit.
Zea sebenarnya tidak suka pahit, dulu setiap minum obat, dia akan minum dengan sepotong gula di dalamnya, tapi sekarang dia harus mengandaalkan kopi pahit ini untuk mempertahankan semangatnya.
Setelah menyesap kopi, dia meletakannya dan kembali fokus melihat dokumen di tangannya.
Yusmin akan berinvestasi dengan real estat yang memiliki rencana khusus, sertfikat dan tim. Tampaknya investasi tersebut bisa diandalkan. Setelah setengah jam, Zea menelepon Yusmin.
Tidak lama kemudian, asisten mengetuk pintu, Zea yang sedang menelepon membiarkan asisten masuk, dia menoleh, memberi isyarat padanya untuk berbicara.
“Nona Bonita, Dokter Baskara ada di bawah.”
Untuk apa Naufal datang? Zea tertegun sejenak, dia tidak punya waktu untuk mengurus Yusmin, setelah mengatakan “Aku tahu” dia menutup telepon dengan tergesa-gesa.
“Kamu turun dan suruh dia ke atas, lalu suruh seseorang untuk membuatkan secangkir teh dan membawanya masuk.”
Saat asistennya pergi, Zea mentransfer 2 milyar ke rekening Yusmin.
Kemudian Zea menatap layar ponselnya sampai menjadi hitam, tidak sabar menunggu ayahnya berterima kasih padanya, namun pada akhirnya dia hanya bisa menertawakan dirinya sendiri dan melemparkan ponsel ke atas meja.
“Nona Bonita, Dokter Baskara di sini.”
Pintu kantor tidak ditutup, saat melihat Naufal masuk, Zea melambai ke asisten di sampingnya dan memberi isyarat padanya untuk keluar.
“Duduklah.” Zea berdiri, ruangan kantornya sangat besar, ada ruang pertemuan khusus untuk tamu dan urusan bisnis, dia memimpin Naufal untuk duduk di sofa.
Begitu masuk, Naufal mencium aroma kopi yang sangat kuat, dia mengikuti aroma tersebut dan melihat secangkir kopi yang sudah diminum setengah, dia mengerutkan kening dan bertanya, “Kenapa kamu masih minum kopi?”
“Tidak bisakah aku meminumnya?” Zea mendorong teh di atas meja ke arah Naufal dan bertanya, “Kenapa kamu datang?”
Naufal duduk, “Sepertinya kamu sudah melupakan apa yang aku katakan tadi malam.”
Tangan terulur Zea tiba-tiba membeku, dia menarik kembali dan duduk tenang di sofa dengan kepala tertunduk, penampilannya terlihat seperti anak kecil yang telah melakukan kesalahan.
“Hari ini kamu harus pergi ke rumah sakit bersamaku apa pun yang terjadi.”
Zea mengangkat kepalanya, namun tidak melihat ke arah Naufal, melainkan pot tanaman hijau yang telah layu di sampingnya, kemudian dia membuka bibirnya, “Apa yang akan kamu lakukan?”
“Pemeriksaan mendetail, menentukan rencana perawatan dan rawat inap di rumah sakit.”
Naufal memandang Zea dengan cermat, dia hanya tidak melihat wanita itu selama sebulan, tapi wanita itu terlihat sangat kurus saat ini, dia tidak bisa membayangkan bagaimana wanita yang dulunya takut sakit bisa menahan sakit karena serangan kanker lambung.
Zea menggelengkan kepalanya, anak rambutnya di dahinya menutupi emosi di matanya, “Naufal, penyakitku seperti daun di pot ini, telah membusuk, tidak peduli bagaimana kamu memperlakukannya, itu tetap tidak dapat disembuhkan.”
“Bagaimana kamu bisa tahu kalau tidak mau mencobanya? Kamu bisa bekerja siang dan malam, juga dapat menghabiskan 4 tahun untuk menyenangkan pria yang tidak mencintaimu, tapi kenapa kamu tidak bisa meluangkan sedikip pun waktu untuk tubuhmu sendiri?” Naufal merasa tidak berharga bagi Zea, wanita itu baru berusia 24 tahun.
Dia seharusnya sehat, bahagia, energik dan menikmati hidupnya, bukannya mengabdikan diri dengan pernikahan yang membosankan, mengurung dirinya sendri di tempat kerja dan menanggung siksaan yang diberikan penyakitnya kepada tubuhnya.
Naufal berjalan ke sisi Zea dan menyentuh kepala wanita itu seperti yang biasa dia lakukan di masa lali, “Saat ini, obat telah dikembangkan, selama kamu tidak menyerah dan menerima perawatan serta operasi dengan baik, akan ada…” Naufal tiba-tiba menghentikan ucapannya dan tidak bisa melanjutkannya lagi saat melihat mata Zea yang memerah.
Zea membelai daun kuning di tangan kanannya, kemudian bergumam, “Kalau gitu katakan padaku seberapa tinggi kemungkinan operasi ini akan berhasil? Apakah 50%? 20%? atau 0,1%?”
Naufal mengerutkan bibir tipisnya, tidak mengatakan apa-apa.
“Lupakan saja.” Zea tersenyum dengan sudut bibir yang pecah-pecah, “Sebaiknya tidak membicarakannya, lebih baik tidak memberikan harapan itu.”
Zea mengerti maksud Naufal, siapa yang tidak ingin melanjutkan hidup dan memiliki tubuh yang sehat? Hanya saja dia belum pernah mendengar jika seorang pengidap kanker lambung stadium akhir bisa bertahan..
Zea mengerahkan kekuatannya untuk menghancurkan daun layu itu di tangannya dan jatuh di antara jari-jarinya.
Xi'an Perfect Planet Internet Technology Co., Ltd. (西安完美星球网络科技有限公司) © 2020 www.readmeapps.com All rights reserved