Bab 14 Berlututlah di Depan Mereka

by Prilly Latuconsina 09:53,Jun 17,2022
Zea merasa tubuhnya seperti telah disambar petir dan ada duri di tenggorokannya, dia tidak bisa menelan atau meludahkannya, ada darah yang menyumbat tenggorokannya.

Di ruang sidang, seluruh auditorium penuh dengan orang, seluruh kerabatnya yang tidak pernah berkumpul datang hari ini, dengan berbagai macam ekspresi di wajah mereka, Zea buru-buru melirik, dia hanya bisa melihat ejekan sarkasme.

Candra Bonita yang duduk di depan melihat Zea masuk, dia segera berdiri dengan tatapan tajam dan penuh dengan kebencian, menghampiri Zea dan bergegas mengangkat tangan untuk menamparnya.

Tamparannya sangat keras, telinga kanannya berdengung, pikirannya tidak tahu ke mana.

“Zea, kemana saja kamu selama 4 hari ini? Kenapa kamu masih punya wajah untuk datang ke sini? Kamulah yang membunuh ayah! Apakah tidak cukup bagimu setelah membunuh ibuku? Sekarang kamu bahkan mau membunuh ayahku!”

Sebuah tamparan menarik perhatian semua orang, puluhan pasang mata menatap Zea, tidak memberikan ruang untuk bersembunyi.

Zea merasa jika mata yang memandangnya telah berubah menjadi pisau yang akan menghancurkannya menjadi berkeping-keping.

Mata Candra merah, dia meraung dengan keras, “Kamu jalang! Hanya karena kehilangan uang, kamu kehilangan hatimu! Ibu seharusnya tidak melahirkanmu, bahkan jika kamu lahir, aku seharusnya menyuruh ayah untuk menenggelamkanmu hidup-hidup! Kamu telah mencuri segalanya dariku!”

Sebuah kalimat yang sangat kejam ditunjukkan kepada Zea, pikiran Zea menjadi kosong, matanya kehilangan fokus, semua bergoyang, pada akhirnya, tatapannya tertuju pada wajah garang Candra.

Melihat jika tamparan Candra akan jatuh lagi, Aron menarik pinggan Zea untuk menghindar, “Apakah keadaan bisa berbalik jika kamu menamparnya?”

Aron memiliki senyum di wajahnya, itu adalah ekspresi lembut yang tampak suram.

Candra adalah orang yang hanya tahu bersenang-senang, dia memiliki keberanian untuk memukul Zea, tapi dia tidak berani memprovokasi Aron.

Dia menatap Zea dengan jijik, seolah Zea bukan saudara perempuannya sendiri, tetapi musuhnya.

Aron menyeret Zea untuk duduk di barisan depan agar bisa melihat pemandangan dengan sangat jelas.

Zea mengepalkan tangannya erat-erat, kukunya menusuk telapak tangannya, hatinya terasa sakit, dia tahu ini baru permulaan.

Para hakim mengambil tempat duduk mereka satu per satu, Yusmin dikawal masuk, saat melihat Zea, matanya seperti melihat harapan, dia berteriak dengan putus asa, “Zea, putriku, kamu harus menyelamatkanku, aku ditipu oleh orang …”

Hakim langsung memukul palu, “Diam!”

Untuk sesaat, suasana langsung menjadi hening, hanya terdengar suara hakim yang membalik kertas di atas meja.

Ada yang terjadi dan apa yang dikatakan setelah itu, Zea tidak mengerti, jiwanya seolah terlepas dari tubuhnya, dia menatap Yusmin dengan datang.

Apakah pria di depan itu benar-benar ayahnya?

Tapi kenapa Zea merasa begitu asing dengan pria itu?

Yusmin menundukkan kepalanya, rambutnya dicukur hingga 1 inci, tapi Zea masih bisa melihat rambut putih yang bercampur di dalamnya, kerutan di dahinya menjadi semakin dalam, saat ini, Zea benar-benar merasa jika ayahnya yang telah bersamanya selama 24 jam benar-benar sudah tua.

Saat putusan keluar, Yusmin menangis di ruang sidang, Zea menarik lengan baju Aron dan bertanya, “Apa hasil persidangannya?”

“Apakah kamu tidak mendengarnya?”Aron tiba-tiba mendekatkan bibirnya ke telinga Zea, “Hidup ayahmu sudah selesai, kamu tidak hanya akan kehilangan uang, tapi juga kehilangan nyawa ayahmu, dia akan ditembak mati.”

Tidak … itu tidak mungkin, Zea tidak percaya dengan ucapan Aron, tapi kenapa saat ini ayahnya menangis?

“Kenapa?” Setelah 4 tahun menikah dengan Aron, yang selalu dia tanyakan adalah kenapa? Kenapa pria itu tidak bisa mencintainya? Kenapa tidak pulang dan memakan masakannya? Kenapa dia tidak mengingatnya?

“Menurutmu kenapa lagi?” Aron bersandar di sandaran kursi dengan sudut mulut yang sedikit terangkat, dia seperti menonton pertunjukkan yang bagus, pria itu sangat puas.

“Ayahku, apakah kamu yang menjebaknya?”

Zea cukup cerdas, hanya dengan melihatnya tanpa tahu apa yang terjadi, dia bisa menebak maksud pria itu.

Aron tersenyum sinis, “Aku memaksanya untuk menandatangani perjanjian, aku juga memintanya untuk menginvestasikan 3 milyar, ayahmu tidak dirugikan sama sekali, 7 orang yang meninggal itulahh yang mendapat kerugian, dia hanya membayar 1 kehidupan untuk 7 nyawa, itu sudah bagus!”

“Ngomong-ngomong, jika kamu tidak memberikan 3 milyar kepadanya, dia tidak akan bisa menandatangani kontrak.”

“Bagaimanapun juga, kakakmu benar, kamulah yang membunuh ayahmu secara tidak langsung.”

Suara dingin pria itu masuk ke telinga Zea, seolah organ internalnya beku, mata Zea menjadi semakin merah, seolah akan berdarah.

Tangannya terkepal erat di lututnya, tapi masih sangat dingin, membuat seluruh tubuhnya menggigil.

Aron tampaknya tidak melihat rasa sakit Zea, pria itu secara ambigu membawanya ke dalam pelukannya, menyentuh bekas tamparan di wajahnya dan berkata, “Zea, kamu bisa memohon padaku, aku punya sedikit bukti di sini, meskipun itu tidak cukup, tapi setidaknya memungkinkan ayahmu bisa menghabiskan sisa hidupnya di penjara dan tidak dikirim pada kematian dalam seminggu, apakah kamu mau mempertimbangkannya?”

Aron tidak memberi Zea pilihan.

Zea menggigit bibir bawahnya dan menatap Aron dengan wajahnya yang pucat, dia pernah membayangkan jika pria di depannya akan memperlakukannya dengan lembut, bahkan jika itu tidak akan terjadi, tapi Zea tidak pernah menyangka jika hari ini Aron membuatnya begitu jijik.

Zea tidak percaya jika masalah ini tidak ada hubungannya dengan Aron, dokumen yang diberikan oleh Yusmin padanya adalah investasi real estat, tapi kenapa sekarang berubah menjadi tambang batu bara?

Dan … Aron hari ini membawanya ke pengadilan untk mempermalukannya!

Zea tidak tahu kenapa Aron sangat membencinya.

Bahkan jika itu karena dia memaksa Aron untuk menikahinya, dia telah membayar harga yang setimpal, juga telah membebaskannya, selain itu juga akan memberikan perusahaan Bonita kepada pria itu, tapi pria itu terus memanfaatkan cinta dan toleransinya untuk mendorongnya ke neraka berulang kali!

Zea tetaplah Zea yang keras kepala, bagaimana bisa martabatnya hancur hanya karena 1 atau 2 kata darinya?

Mata Aron menjadi gelap, “Sepertinya kamu tidak menginginkan kesempatan ini.”

Yusmin dibawa pergi dalam keadaan putus asa, staf di pengadilan juga pergi satu per satu, ada suara berisik di ruangan yang besar itu, tapi Zea tidak bisa mendengarnya seoolah dia tuli.

Yusmin akan dihukum mati, keluarga Bonita menghilangkan 7 nyawa sekaligus, banyak orang yang bekerja di perusahaan Bonita atau memiliki saham, tidak bisa menerima hasil seperti itu.

Mereka melampiaskan keluhan pada Zea saja, menyebutnya bajingan yang tidak berguna, bintang kematian yang menyeret seluruh keluarga Bonita untuk hancur.

Kehilangan Zea selama 4 hari menjadi alasan untuk diserang, mereka berpikir jika hasil yang diputuskan hari ini adalah karena ketidakpedulian Zea kepada ayahnya dan malah bermesraan dengan seorang pria.

Dan orang yang paling menusuknya adalah saudaranya sendiri. Kutukan yang tidak menyenangkan itu seperti tali yang menahan hatinya. Saat ini, Zea menutupi posisi hatinya dan bersandar ke depan.

Aron tidak bisa melihat sesuatu yang aneh tentang Zea, saat menyeretnya keluar, para reporter sudah mengelilingi di luar, saat mereka melihat Aron dan Zea keluar, mereka segera mengulurkan mikrofon.

Aron berdiri di pintu dan menelepon Hendra, menyuruhnya untuk mengirim seseorang.

Setelah menutup telepon, Aron melirik wanita di sampingnya dan melihat jika wanita itu melihat lurus ke satu arah.

Aron mengikuti garis pandangnya dan baru saja melihat Yusmin dikawal ke dalam mobil polisi, dengan membungkuk, seperti anjing tua.

“Dengar, ayahmu jadi terlihat semakin tua hanya dalam 2 hari, apakah kamu benar-benar tega membiarkannya mati?”

Bulu mata Zea bergetar, dia mengedipkan matanya dana bergumam, “Lalu, kamu ingin aku melakukan apa?” Zea tidak percaya jika ucapannya dapat membuat Aron melepaskan ayahnya, dia tahu dengan baik seberapa kejam pria ini.

Aron menatap kerumunan reporter dan berpikir keras, dia ingin menyingkirkan segala yang ada di tubuh Zea satu per satu.

Yang pertama adalah Nyonya Bonita.

Yang kedua kerabatnya.

Yang ketiga adalah harga diri dan martabatnya.

Jika semua itu dihancurkan, Zea tidak akan memiliki pijakan lagi, dia pasti akan menjadi seperti pengecut yang hanya bisa bergantung pada orang lain dan tidak memiliki kemampuan untuk bertahan hidup.

Dan apa yang dilakukan Aron adalah hanya untuk memuaskan paranoianya yang sesat, Aron sangat ingin mengendalikan Zea, agar wanita itu tidak berani melawannya seperti sebelumnya, apalagi menuntut cerai darinya.

Aron tiba-tiba kembali ke akal sehatnya, dengan senyum tipis di sudut bibirnya, dia menunjuk sekelompor reporter dan berkata, “Kamu berlutut di depan mereka selama setengah jam, aku akan menyelamatkan ayahmu dari hukuman mati.”

“Selama aku berlutut di sini selama setengah jam, bisakah kamu menjaga ayahku agar tetap melanjutkan kehidupannya?” Zea bertanya tanpa ekspresi.

Aron sedikit terkejut, dia pikir, setelah mengatakan permintaannya ini, Zea akan membuat masalah, bagaimanapun, dia yang memegang kendali di keluarga Bonita, jadi tentu saja Zea menganggap martabat dan harga dirinya lebih penting dari apa pun.

Aron sedikit menahan senyum di sudut mulutnya, “Tentu saja.”

“Oke, aku akan melakukannya.”

Setelah Zea selesai berbicara, dia hendak pergi, namun Aron meraih lengannya, setengah menyipitkan mata untuk menutupi emosi di matanya.

“Zea, ayahmu memperlakukanmu sebagai alat untuk menghasilka uang, menyebutmu pecundang, jalang dan mengatakan jika dia harusnya mencekikmu setelah kamu dilahirkan, bajingan seperti itu, bahkan jika kamu menyelamatkannya, dia tidak akan pernah menatapmu, apakah kamu benar-benar bersedia memberikan harga dirimu dan berlutut untuk menyelamatkannya?”

Zea melihat tangan Aron yang menahan lengannya, kemudian dia bergumam, “Tapi apa yang bisa aku lakukan? Dia adalah ayahku, pria yang menggendongku saat aku masih kecil …”

Memikirkan ini, Zea mendorong Aron menjauh dan berjalan menuju kerumunan denghan punggung tegak.

Zea yang sebelumnya menggunakan pakaian desainer dengan harga tinggi, kini telah kehilangan kecemerlangannya, sosok kurus secara bertahap menjadi transparan di depan lampu kilat kamera.

Apa itu harga diri? Bisakah itu menyelamatkan hidup?

Matanya kosong, seolah harapannya telah ditelan kegelapan, jiwanya telah ditarik keluar dan penyangga hidupnya telah hancur.

Download APP, continue reading

Chapters

525