Bab 4 Pejuang Bertopeng
by Meyyis
14:51,Jan 04,2021
Sementara itu, perdana menteri dengan lima pengawalnya sudah sampai di kediaman dinasnya. Dia menyuruh para dayangnya untuk mempersiapkan pedangnya dan juga beberapa bekal saja. Dia akan mulai dengan taktik liciknya. Sedangkan dia berdandan sebagai pendekar. Baju sederhana, dengan celana komprang selutut, di padu dengan kain panjang yang di lilitkan dipinggang dan menjulur ke bagian atas menutupi tubuhnya. Namun, kesan menawan dan bangsawan masih terlihat sekilas. Sanggulnya di buat simpel dengan ikat kuda dan hiasan rambut hanya kembang saja yang menjepit rambut atasnya.
Dia tersenyum dan puas dengan penampilannya. Tidak lupa, sepatu pendekar yang melilit sampai betisnya dipakai. Perdana menteri menajamkan matanya seraya berkata dalam hati. “Ketika Surga dan Bumi belum dipisahkan. Ketika masih ada matahari dan bulan. Ketika matahari menjadi Bintang Utara dan bulan menjadi Bintang Pembajak. Maka disanalah aku. Hanya aku yang akan menjadi penguasa. Tidak juga Wijaya Candra Kusuma Jaya Nagari atau kau yang sudah punah Swara Asmaralaya Jaya Kusuma.
Kendati sekarang sudah uzur, Swara asmaralaya Jaya kusuma adalah salah satu Raja terbesar pada dinasti Nagari Kanigara dan bertanggungjawab memperluas wilayah dari kakek buyutnya. Dia sedang bertempur diatas lembah sungai Opak . Mantan raja itu memenangkan pertempuran dan berhasil memperluas wilayah . Dia dikenang oleh rakyat Nagari Kanigara sebagai salah satu penguasa terbesar di nagari itu. Itu salah satu sepenggal kisah. Kini, dia lebih suka mengasingkan diri dan hari ini dia sudah meninggalkan istana selama dua minggu untuk berburu.
Swara Asmaralaya Jaya kusuma mengendarai kudanya untuk mengejar buruannyakemudian tiba-tiba diserang. Swara asmaralaya Jaya kusuma disergap dan dia terjatuh dari kudanya. Penyerang itu dikirim oleh Perdana menteri sendiri yang ingin membuiat konspirasi agar mantan raja yang sudah lengser keprabon tersebut semakin lama semakin menyukainya.
Kemudian datang bantuan dari pejuang bertopeng yang mengendarai kuda. Tntu bisa di tebak ‘kan siapa pejuang itu? Pejuang bertopeng itu berhasil mengalahkan semua pembunuh itu dan membunuhnya dengan cambuk rantai. Cambuk rantai adalah salah satu senjata mematikan dari 18 senjata dalam ilmu seni bela diri dan biasa dipakai oleh seorang wanita karena ringan dan mudah digerakkan. Senjata itu, ya perdana menteri menggunakan senjata itu. Seandainya bukan orang suruhannya yang menyerang Swara asmaralaya Jaya kusuma, apakah mungkin perdana menteri bisa mengalahkan orang sebanyak itu?
“Gusti, kita kembali ke istana sekarang. Hamba akan menangantarkan sampai ke istana dengan nyawa hamba taruhannya,” tukas Perdana Menteri Galuh Candrawati.
“Tidak perdana menteri. Pantang pulang sebelum buruanku tertangkap,” jawab sang Swara asmaralaya Jaya kusuma.
Mereka akhirnya bersama dalam beberapa hari di gunung Arjuna. Gunung Arjuna adalah sebuah gunung yang berada di dataran tinggi berada di Jawa bagian timur. Gunung tersebut berada di ketinggian 3.339 m dpl. Gunung tersebut berada di timur jauh dari kerajaan. Oleh karena itu, sangat mudah sebenarnya untuk perdana menteri Galuh Candrawati membunuh lalaki tua itu. Namun, tidak dia lakukan sebelum keinginananya berhasil. Ya, dia akan gunakan lelaki tua itu untuk meraih tahta.
Dalam kebersamaan itu, terpercik benih-benih asmara. Dasar lelaki. Tidak pernah kenyang sebelum tubuhnya sudah lepas dari nyawanya. Dia menjalani skandal cinta terlarang dengan perdana menteri yang sejak dulu memang di sukainya. Hanya saja, tidak dapat dia raih, karena pantangan baginya menikahi wanita yang sudah diangkat menjadi keluarga istana. Galuh Candrawati adalah seorang gadis desa yang memiliki nasib mujur. Dia dapat menyelamatkan raja saat terjadi invasi oleh musuh di masa lalu. Waktu itu, raja sedang melakukan pelarian karena kalah perang. Disinilah peran Galuh dimualai. Dia menyembunyikan keluarga raja dan menolongnya. Namun, sifat tamak menguasainya setelah diangkat menjadi keluarga istana bahkan dia rela membunuh kedua orang tuanya yang akan membeberkan kematian permaisuri yang diracuni olehnya.
Mereka menemukan rumah kecil di tengah hutan. Setelah mereka sampai dan mengikat kudanya, mereka masuk ke rumah kecil tersebut. Kemudian hal yang menjijikkan terjadi disana. Swara asmaralaya Jaya kusuma dan juga perdana menteri Galuh Candrawati melakukan hubungan cinta dan saling berbagi gairah. Rasanya, tidak ada lagi dosa yang menyelubungi mereka. Dengan tanpa busana, Perdana Menteri Galuh Candrawati menyerahkan kewanitaannya untuk dinikmati oleh Swara asmaralaya Jaya kusuma.
Suara desahan itu bercampur dengan seluruh cicitan burung dan seluruh hewan hutan yang menyaksikan kebejatan mereka. Seolah seluruh alam mengutuk p[erselingkuhan mereka. Setelah saling menikmati tubuh masing-masing, mereka akhirnya melakukan pelepasan kepuasan bersama.
“Gusti, apa yang kita lakukan?” bohong perdana menteri Galuh.
“Galuh, bukannya kamu juga menikmatinya. Ini cinta kita. Tidak ada yang akan menghalangi kita. Aku akan mengumumkan hubungan kita,” janji sang mantan raja.
“Tidak bisa, Gusti. Hamba akan kehilangan gelar perdana menteri. Hamba tidak bisa.” Wanita itu memasang wajah menjijikkan. Melankolis dan sangat memuakkan bagi yang dapat melihatnya.
“Lalu, aku harus bagaimana wanitaku?” tanya Swara asmaralaya Jaya kusuma sang mantan raja.
“Cukup mudah tuanku. Kau berikan aku legalitas pada anakku. Dia yang akan menduduki posisi terbaik dalam kerajaan,” pinta perdana menteri.
Akan tetapi, Swara Asmaralaya Jaya kusuma sang mantan raja bingung. Dia terlihat menimbang- nimbang. Ada sebuah rahasia besar yang tidak diketahui siapapun, kenapa Swara Assmaralaya mundur dari jabatannyabahkan saat dirinya masih layak bertahta. Akan tetapi, untuk menyenangkan hati wanita itu dia menyetujuinya. Akhirnya dia menyetujuinya, jika sang anak dari Wijaya yang bertahta sekarang bukanlah laki-laki. Timbullah rencana lain. Baiklah, untuk sementara dia mengalah. Wanita itu mengambil kulit binatang yang ada di kembennya, kemudian menyerahkan kepada sang mantan raja untuk di tulis. Selangkah lagi kekuasaan mutlaknya akan berada di tangannya. Mereka kembali ke bumi perkemahan. Setelah mendapatkan kenikmatan dari perdana menteri Galuh, lelaki itu tidak lagi memikirkan hewan buruannya. Mereka dan seluruh pasukan memilih kembali ke istana.
Dalam perjalanan kembali ke istana, perdana menteri Galuh menemani Swara Asmaralaya Jaya kusuma sang mantan raja di dalam keretanya. Kereta itu di tarik oleh kuda jantan milik sang mantan raja.
“Apa mimpi tuanku yang terbesar?” tanya perdana menteri Galuh.
“Menyatukan Nagari Kanigara. Kamu tahu apa artinya Kanigara?” tanya sang Swara Asmaralaya.
Perdana menteri Galuh tersenyum seraya menggelengkan kepalanya, kemudian mennagkupkan tangannya seraya meminta ampun.
“Ampun tuanku, hamba yang bodoh ini tidak mengerti,” tukas Galuh.
“Nagari Kanigara adalah negeri mahkota. Di mana seharusnya, negeri ini yang menjadi pimpinan, bukan daerah bawahan,” tukas sang Swara Asmaralaya.
“Hanya tuanku yang memiliki mimpi besar tersebut. Tuanku, mengapa memilih meletakkan tahta kepada putra mahkota baginda raja Wijaya Candra Kusuma Jaya Nagari. Bukankah tuanku masih sangat muda dan sangat kuat?” tanya Galuh. Wanita itu sedikit heran. Orang lain akan mati-matian merebut tahta. Bahkan kadang mengorbankan saudara, anak, istri untuk sebuah tahta. Tapi berbeda dengan Swara Asmaralaya.
“Saya tidak pernah suka di puja. Saya juga ingin menikmati masa tua yang dulu tidak pernah aku nikmati saat masa muda. Kamu tahu, Galuh? Saya juga ingin bercinta sebagaimana muda-mudi, seperti yang kita lakukan tadi siang.” Galuh tersedak ludahnya sendiri, sehingga Swara Asmaralaya mengambilkan secangkir teh untuknya. Namun, teh itu tumpah karena kereta menyandung sebuah batu. Perdana menteri Galuh keluar untuk memeriksa. Dia melihat ketidakpecusan pada pekatik kuda. Galuh memberikan isyarat pada pengawal kepercayaannya untuk membunuh pekatik itu, yang sekaligus sebagai kusir.
“Ada apa Galuh?” tanya Swara Asmaralaya.
“Tidak ada, Tuanku.” Mereka melanjutkan perjalanannya kembali.
Dia tersenyum dan puas dengan penampilannya. Tidak lupa, sepatu pendekar yang melilit sampai betisnya dipakai. Perdana menteri menajamkan matanya seraya berkata dalam hati. “Ketika Surga dan Bumi belum dipisahkan. Ketika masih ada matahari dan bulan. Ketika matahari menjadi Bintang Utara dan bulan menjadi Bintang Pembajak. Maka disanalah aku. Hanya aku yang akan menjadi penguasa. Tidak juga Wijaya Candra Kusuma Jaya Nagari atau kau yang sudah punah Swara Asmaralaya Jaya Kusuma.
Kendati sekarang sudah uzur, Swara asmaralaya Jaya kusuma adalah salah satu Raja terbesar pada dinasti Nagari Kanigara dan bertanggungjawab memperluas wilayah dari kakek buyutnya. Dia sedang bertempur diatas lembah sungai Opak . Mantan raja itu memenangkan pertempuran dan berhasil memperluas wilayah . Dia dikenang oleh rakyat Nagari Kanigara sebagai salah satu penguasa terbesar di nagari itu. Itu salah satu sepenggal kisah. Kini, dia lebih suka mengasingkan diri dan hari ini dia sudah meninggalkan istana selama dua minggu untuk berburu.
Swara Asmaralaya Jaya kusuma mengendarai kudanya untuk mengejar buruannyakemudian tiba-tiba diserang. Swara asmaralaya Jaya kusuma disergap dan dia terjatuh dari kudanya. Penyerang itu dikirim oleh Perdana menteri sendiri yang ingin membuiat konspirasi agar mantan raja yang sudah lengser keprabon tersebut semakin lama semakin menyukainya.
Kemudian datang bantuan dari pejuang bertopeng yang mengendarai kuda. Tntu bisa di tebak ‘kan siapa pejuang itu? Pejuang bertopeng itu berhasil mengalahkan semua pembunuh itu dan membunuhnya dengan cambuk rantai. Cambuk rantai adalah salah satu senjata mematikan dari 18 senjata dalam ilmu seni bela diri dan biasa dipakai oleh seorang wanita karena ringan dan mudah digerakkan. Senjata itu, ya perdana menteri menggunakan senjata itu. Seandainya bukan orang suruhannya yang menyerang Swara asmaralaya Jaya kusuma, apakah mungkin perdana menteri bisa mengalahkan orang sebanyak itu?
“Gusti, kita kembali ke istana sekarang. Hamba akan menangantarkan sampai ke istana dengan nyawa hamba taruhannya,” tukas Perdana Menteri Galuh Candrawati.
“Tidak perdana menteri. Pantang pulang sebelum buruanku tertangkap,” jawab sang Swara asmaralaya Jaya kusuma.
Mereka akhirnya bersama dalam beberapa hari di gunung Arjuna. Gunung Arjuna adalah sebuah gunung yang berada di dataran tinggi berada di Jawa bagian timur. Gunung tersebut berada di ketinggian 3.339 m dpl. Gunung tersebut berada di timur jauh dari kerajaan. Oleh karena itu, sangat mudah sebenarnya untuk perdana menteri Galuh Candrawati membunuh lalaki tua itu. Namun, tidak dia lakukan sebelum keinginananya berhasil. Ya, dia akan gunakan lelaki tua itu untuk meraih tahta.
Dalam kebersamaan itu, terpercik benih-benih asmara. Dasar lelaki. Tidak pernah kenyang sebelum tubuhnya sudah lepas dari nyawanya. Dia menjalani skandal cinta terlarang dengan perdana menteri yang sejak dulu memang di sukainya. Hanya saja, tidak dapat dia raih, karena pantangan baginya menikahi wanita yang sudah diangkat menjadi keluarga istana. Galuh Candrawati adalah seorang gadis desa yang memiliki nasib mujur. Dia dapat menyelamatkan raja saat terjadi invasi oleh musuh di masa lalu. Waktu itu, raja sedang melakukan pelarian karena kalah perang. Disinilah peran Galuh dimualai. Dia menyembunyikan keluarga raja dan menolongnya. Namun, sifat tamak menguasainya setelah diangkat menjadi keluarga istana bahkan dia rela membunuh kedua orang tuanya yang akan membeberkan kematian permaisuri yang diracuni olehnya.
Mereka menemukan rumah kecil di tengah hutan. Setelah mereka sampai dan mengikat kudanya, mereka masuk ke rumah kecil tersebut. Kemudian hal yang menjijikkan terjadi disana. Swara asmaralaya Jaya kusuma dan juga perdana menteri Galuh Candrawati melakukan hubungan cinta dan saling berbagi gairah. Rasanya, tidak ada lagi dosa yang menyelubungi mereka. Dengan tanpa busana, Perdana Menteri Galuh Candrawati menyerahkan kewanitaannya untuk dinikmati oleh Swara asmaralaya Jaya kusuma.
Suara desahan itu bercampur dengan seluruh cicitan burung dan seluruh hewan hutan yang menyaksikan kebejatan mereka. Seolah seluruh alam mengutuk p[erselingkuhan mereka. Setelah saling menikmati tubuh masing-masing, mereka akhirnya melakukan pelepasan kepuasan bersama.
“Gusti, apa yang kita lakukan?” bohong perdana menteri Galuh.
“Galuh, bukannya kamu juga menikmatinya. Ini cinta kita. Tidak ada yang akan menghalangi kita. Aku akan mengumumkan hubungan kita,” janji sang mantan raja.
“Tidak bisa, Gusti. Hamba akan kehilangan gelar perdana menteri. Hamba tidak bisa.” Wanita itu memasang wajah menjijikkan. Melankolis dan sangat memuakkan bagi yang dapat melihatnya.
“Lalu, aku harus bagaimana wanitaku?” tanya Swara asmaralaya Jaya kusuma sang mantan raja.
“Cukup mudah tuanku. Kau berikan aku legalitas pada anakku. Dia yang akan menduduki posisi terbaik dalam kerajaan,” pinta perdana menteri.
Akan tetapi, Swara Asmaralaya Jaya kusuma sang mantan raja bingung. Dia terlihat menimbang- nimbang. Ada sebuah rahasia besar yang tidak diketahui siapapun, kenapa Swara Assmaralaya mundur dari jabatannyabahkan saat dirinya masih layak bertahta. Akan tetapi, untuk menyenangkan hati wanita itu dia menyetujuinya. Akhirnya dia menyetujuinya, jika sang anak dari Wijaya yang bertahta sekarang bukanlah laki-laki. Timbullah rencana lain. Baiklah, untuk sementara dia mengalah. Wanita itu mengambil kulit binatang yang ada di kembennya, kemudian menyerahkan kepada sang mantan raja untuk di tulis. Selangkah lagi kekuasaan mutlaknya akan berada di tangannya. Mereka kembali ke bumi perkemahan. Setelah mendapatkan kenikmatan dari perdana menteri Galuh, lelaki itu tidak lagi memikirkan hewan buruannya. Mereka dan seluruh pasukan memilih kembali ke istana.
Dalam perjalanan kembali ke istana, perdana menteri Galuh menemani Swara Asmaralaya Jaya kusuma sang mantan raja di dalam keretanya. Kereta itu di tarik oleh kuda jantan milik sang mantan raja.
“Apa mimpi tuanku yang terbesar?” tanya perdana menteri Galuh.
“Menyatukan Nagari Kanigara. Kamu tahu apa artinya Kanigara?” tanya sang Swara Asmaralaya.
Perdana menteri Galuh tersenyum seraya menggelengkan kepalanya, kemudian mennagkupkan tangannya seraya meminta ampun.
“Ampun tuanku, hamba yang bodoh ini tidak mengerti,” tukas Galuh.
“Nagari Kanigara adalah negeri mahkota. Di mana seharusnya, negeri ini yang menjadi pimpinan, bukan daerah bawahan,” tukas sang Swara Asmaralaya.
“Hanya tuanku yang memiliki mimpi besar tersebut. Tuanku, mengapa memilih meletakkan tahta kepada putra mahkota baginda raja Wijaya Candra Kusuma Jaya Nagari. Bukankah tuanku masih sangat muda dan sangat kuat?” tanya Galuh. Wanita itu sedikit heran. Orang lain akan mati-matian merebut tahta. Bahkan kadang mengorbankan saudara, anak, istri untuk sebuah tahta. Tapi berbeda dengan Swara Asmaralaya.
“Saya tidak pernah suka di puja. Saya juga ingin menikmati masa tua yang dulu tidak pernah aku nikmati saat masa muda. Kamu tahu, Galuh? Saya juga ingin bercinta sebagaimana muda-mudi, seperti yang kita lakukan tadi siang.” Galuh tersedak ludahnya sendiri, sehingga Swara Asmaralaya mengambilkan secangkir teh untuknya. Namun, teh itu tumpah karena kereta menyandung sebuah batu. Perdana menteri Galuh keluar untuk memeriksa. Dia melihat ketidakpecusan pada pekatik kuda. Galuh memberikan isyarat pada pengawal kepercayaannya untuk membunuh pekatik itu, yang sekaligus sebagai kusir.
“Ada apa Galuh?” tanya Swara Asmaralaya.
“Tidak ada, Tuanku.” Mereka melanjutkan perjalanannya kembali.
Xi'an Perfect Planet Internet Technology Co., Ltd. (西安完美星球网络科技有限公司) © 2020 www.readmeapps.com All rights reserved