Bab 5 Siapa Dia?
by Leong Sanchez
17:06,Apr 22,2021
Mirana buru-buru bangkit berdiri dan bergegas keluar dari pintu kamar tidurnya, dia langsung melihat Davion yang sedang berjongkok di lantai sambil mengepel lantai.
Ketika Mirana melihat Davion, Davion juga menoleh untuk melihat Mirana, dan tersenyum pada Mirana, "Nona Floria, kamu sudah bangun."
Mirana mengerutkan kening, "Ini sudah jam sepuluh, kenapa kamu tidak membangunkanku!"
Davion terkekeh, "Nona Floria, kamu yang memintaku untuk tidak pernah masuk ke kamarmu."
Ekspresi Mirana terkejut, dan dia tidak bisa menjawabnya, dia mengatakan sesuatu seperti ini, tiba-tiba, Mirana memikirkan sesuatu, dan wajahnya yang cantik tiba-tiba menjadi marah, "Aku ingat, aku tertidur di sofa kemarin, kan? Mengapa tiba-tiba aku bangun sudah ada di kamar tidur? "
Ekspresi tawa di wajah Davion terlihat, dia menggaruk bagian belakang kepalanya, dan tersenyum tenang: "Haha, kulihat kemarin Nona Floria sangat tidak nyaman tidur di sofa kemarin, jadi aku mengangkatmu ke kamar tidur, tetapi kamu bisa percaya padaku, aku sama sekali tidak melakukan hal yang aneh! Aku, Davion, tidak serendah itu! "
“Mengangkat?” Mirana menangkap kata itu, orang di depannya benar-benar mengangkat dirinya sampai ke kamar tidur! Mirana memeriksa pakaiannya secara tidak sadar, dia merasa lega ketika dia menyadari pakaiannya masih tetap rapi.
Davion takut Mirana akan terus membahas topik ini, dia dengan cepat mengalihkan topik, "Nona Floria, bukankah kamu masih ada urusan tentang di perusahaan? Aku sudah menyiapkan pembersih wajah dan pasta gigi untukmu."
Mirana juga tahu bahwa ini bukan waktunya untuk berbicara dengan Davion tentang hal ini, urusan perusahaan adalah hal yang paling penting, dia berjalan dengan kaki rampingnya, Mirana buru-buru bersiap, lalu membuka pintu dan berlari keluar.
Davion menatap punggung Mirana, dengan senyum penuh kasih sayang di wajahnya.
Mirana mengendarai Mercedes-benz GT merah untuk bepergian, dengan perasaan cemas, pagi ini, dia harusnya sibuk mengurus kontrak kerja sama dengan Perusahaan Riden, tetapi dia malah tertidur sampai pukul 10 pagi, sungguh sebuah kesalahan besar !
Di lobi lantai satu Perusahaan Floria, Indra, mengenakan pakaian formal dengan kain kasa yang membungkus luka di kepalanya, menunggu di lokasi dengan sangat cemas, setelah memeriksa waktu, sekarang sudah pukul 10.30, sebentar lagi siang akant iba, tapi Nona Floria belum juga datang.
Indra dapat mengingat dengan jelas apa yang dikatakan pria kejam itu kemarin, jika dia tidak meminta maaf sebelum siang, dia akan benar-benar hancur kali ini!
Ayah Indra, Medy Riden, juga berdiri di sini dengan ekspresi serius, dia mendengar putranya menceritakan segala sesuatu yang terjadi kemarin, dia tahu bahwa yang melakukan semua ini hanya dari sebuah panggilan telepon, dia sudah hampir menghancurkan seluruh Keluarga Riden, membuat hati Medy Riden bergetar, hal ini juga memberi pelajaran berharga untuk anaknya, sehingga dia tidak boleh mengganggu Mirana lagi!
Saat ini, sebuah Mercedes-benz GT merah berhenti di depan pintu masuk Perusahaan Floria dengan suara yang keras.
Pada saat dia melihat Mercedes-benz ini, wajah Indra langsung sangat senang, dia langsung menyambut Mirana, Medy Riden juga langsung mengikuti, senyum yang dipaksakan juga terlihat di wajah tuanya.
Mirana, yang memakai setelan profesional, turun dari mobil dan melihat Indra berjalan dengan senyum lebar di wajahnya, kain kasa yang melilit kepalanya juga membuat Mirana bingung.
“Nona Floria, aku sudah lama menunggumu, kamu akhirnya datang juga.” Indra berusaha membuat dirinya terlihat sangat sopan saat berbicara, dia membungkuk sedikit dan menempatkan dirinya dalam posisi yang lebih rendah darinya.
Mirana terkejut oleh sikap Indra yang tiba-tiba, kemarin dia menerima panggilan telepon, orang di depannya ini meminta dirinya datang ke zhou grup sendirian untuk menemaninya, Mirana merasa ada yang aneh, jadi dia membalas senyumnya dengan tidak sopan.
"Tuan Rhino, jika kamu menganggapku sebagai seorang wanita lemah yang bisa diinjak-injak begitu saja dan terus ingin memakai taktik menjijikanmu itu, aku Mirana tidak akan tinggal diam!"
"Nona Floria, aku sudah berbuat salah kemarin, orang itu sudah memberi pelajaran besar padaku, sebagai orang dewasa, aku meminta maaf atas kejadian tersebut, atas kerja sama tentang kepemilikan sebidang tanah kemarin, aku sudah meminta semuanya diatur atas nama mu, Mirana, termasuk dua daerah pemukiman yang kamu lihat waktu itu, aku juga sudah mengatur seseorang untuk memberikan datanya padamu dalam beberapa jam kedepan agar kamu lebih senang, satu lagi, tolong beritahu orang itu, aku sudah melakukan semua yang dimintanya."
Indra tidak hanya meminta maaf kepada Mirana, tetapi juga memberikan sebidang tanah yang harusnya dikerjakan atas nama kedua belah pihak, dia juga memberikan dua area pemukiman sebagai hadiah, agar Davion melihat ketulusannya.
Medy Riden juga mengatakan hal-hal baik kepada Mirana, memberi tahu Mirana bahwa Keluarga Riden akan selalu jadi teman dan keluarga bagi Perusahaan Floria, dia juga meminta maaf atas nama putranya akan masalah yang sudah terjadi, dia berharap agar Mirana tidak memasukannya kedalam hati!
Mirana melihat sertifikat tanah yang diserahkan oleh Indra, semuanya memang sudah tertulis atas namanya sendiri, dan juga sudah di cap dengan stempel dari departemen yang bersangkutan, bisa dipastikan sertifikat ini asli bukan barang palsu, tapi apa yang terjadi padanya di depan matanya ini terlihat sangat palsu, tapi inilah yang memang sebenarnya terjadi, dia hanya bisa menerima dan mempercayainya.
Mirana mengingat beberapa kata dari Indra, dia bilang bahwa kemarin seseorang telah memberinya pelajaran dan menyadarkannya? Siapa orang itu sebenarnya?
“Nona Floria, apakah masih ada yang kurang?” Indra bertanya dengan hati-hati dan ragu-ragu, dia sudah melakukan yang terbaik, dia telah benar-benar melihat kemampuan pemuda itu kemarin, masih ada rasa takut yang tertinggal dalam hatinya, dia paham bahwa sikap angkuhnya tidak akan sebanding dengan kemampuan dan kekuatan pemuda tersebut!
“Oke, aku sudah paham, kamu tidak perlu memberikan tanah ini sepenuhnya dan juga daerah pemukiman tadi sebagai hadiah, aku hanya berharap bahwa dalam kerjasama kita berikutnya, kamu tidak akan melakukan sesuatu yang menjijikkan seperti kemarin lagi.” Mirana tidak ingin menerima hadiah dari Indra, karena dia tidak tahu siapa yang sudah membantunya, dia merasa tidak pantas untuk menerima hadiah ini.
Begitu Indra mendengar bahwa Mirana tidak ingin menerima hadiahnya, ekspresinya langsung berubah dengan cepat "Nona Floria, tolong terima saja, orang itu bilang, jika aku tidak memberikan kompensasi yang setimpal, aku akan dibuat sangat menderita, tolong kasihani aku dan terima saja! "
Sikap Indra saat ini benar-benar membuat Mirana bingung.
Mengasihaninya? Tapi memberikan pemukiman dan tanah dengan harga triliunan secara cuma-cuma? Jika ada orang yang mendengar kata-kata Indra barusan, pasti semua orang menganggap Indra sudah gila.
Melihat Indra yang terus memohon, Mirana tahu bahwa dia tidak bisa menolak lagi, oke lupakan dulu saja, terima saja dulu, cari tahu siapa yang sudah membantunya, lalu mengembalikan hadiah ini padanya.
Setelah memikirkan hal ini, Mirana memberi tahu Indra bahwa dia akan membiarkan sekretarisnya yang mengurus hal-hal ini, dan kemudian langsung naik ke atas.
Mirana sedang duduk di kantornya, melihat keluar dari jendela besar di kantornya, dari tempat ini dia bisa melihat seluruh Kota Bestheda.
Memikirkan semua yang baru saja terjadi, Mirana masih tidak bisa mempercayainya begitu saja, masalah yang sudah membuatnya sakit kepala seharian bisa selesai begitu saja dengan cepat? Siapa yang sudah membantunya mengurus masalah ini? Mirana berpikir sejenak, tetapi tidak dapat menemukan petunjuk apa pun, untungnya, Mirana bukanlah orang yang munafik, beberapa hal tidak harus dipikirkan terus-menerus untuk saat ini, jadi dia segera berhenti memikirkannya, saat dirinya sudah lebih tenang, saat ini, pintu kantor diketuk
“Silakan masuk.” Mirana berkata kepada orang diluar pintu.
Wanita yang masuk adalah seorang wanita dengan kulit coklat terang, dia mengenakan pakaian olahraga berwarna merah dan biru yang terlihat cukup longgar, dia terlihat seumuran dengan Mirana, kira-kira umurnya di kisaran 23 tahun, tinggi 1,6 meter, berambut pendek, dia berdiri tegak di dalam kantor layaknya seekor cheetah yang siap menerkam mangsanya kapan saja.
"Halo, Nona Floria, biar kuperkenalkan diriku dulu, namaku Lina Inverse, ayahmu memintaku untuk melindungimu mulai saat ini."
Begitu suara Lina selesai diucapkan, telepon Mirana berdering, dan yang menelepon adalah ayahnya.
Ketika Mirana melihat Davion, Davion juga menoleh untuk melihat Mirana, dan tersenyum pada Mirana, "Nona Floria, kamu sudah bangun."
Mirana mengerutkan kening, "Ini sudah jam sepuluh, kenapa kamu tidak membangunkanku!"
Davion terkekeh, "Nona Floria, kamu yang memintaku untuk tidak pernah masuk ke kamarmu."
Ekspresi Mirana terkejut, dan dia tidak bisa menjawabnya, dia mengatakan sesuatu seperti ini, tiba-tiba, Mirana memikirkan sesuatu, dan wajahnya yang cantik tiba-tiba menjadi marah, "Aku ingat, aku tertidur di sofa kemarin, kan? Mengapa tiba-tiba aku bangun sudah ada di kamar tidur? "
Ekspresi tawa di wajah Davion terlihat, dia menggaruk bagian belakang kepalanya, dan tersenyum tenang: "Haha, kulihat kemarin Nona Floria sangat tidak nyaman tidur di sofa kemarin, jadi aku mengangkatmu ke kamar tidur, tetapi kamu bisa percaya padaku, aku sama sekali tidak melakukan hal yang aneh! Aku, Davion, tidak serendah itu! "
“Mengangkat?” Mirana menangkap kata itu, orang di depannya benar-benar mengangkat dirinya sampai ke kamar tidur! Mirana memeriksa pakaiannya secara tidak sadar, dia merasa lega ketika dia menyadari pakaiannya masih tetap rapi.
Davion takut Mirana akan terus membahas topik ini, dia dengan cepat mengalihkan topik, "Nona Floria, bukankah kamu masih ada urusan tentang di perusahaan? Aku sudah menyiapkan pembersih wajah dan pasta gigi untukmu."
Mirana juga tahu bahwa ini bukan waktunya untuk berbicara dengan Davion tentang hal ini, urusan perusahaan adalah hal yang paling penting, dia berjalan dengan kaki rampingnya, Mirana buru-buru bersiap, lalu membuka pintu dan berlari keluar.
Davion menatap punggung Mirana, dengan senyum penuh kasih sayang di wajahnya.
Mirana mengendarai Mercedes-benz GT merah untuk bepergian, dengan perasaan cemas, pagi ini, dia harusnya sibuk mengurus kontrak kerja sama dengan Perusahaan Riden, tetapi dia malah tertidur sampai pukul 10 pagi, sungguh sebuah kesalahan besar !
Di lobi lantai satu Perusahaan Floria, Indra, mengenakan pakaian formal dengan kain kasa yang membungkus luka di kepalanya, menunggu di lokasi dengan sangat cemas, setelah memeriksa waktu, sekarang sudah pukul 10.30, sebentar lagi siang akant iba, tapi Nona Floria belum juga datang.
Indra dapat mengingat dengan jelas apa yang dikatakan pria kejam itu kemarin, jika dia tidak meminta maaf sebelum siang, dia akan benar-benar hancur kali ini!
Ayah Indra, Medy Riden, juga berdiri di sini dengan ekspresi serius, dia mendengar putranya menceritakan segala sesuatu yang terjadi kemarin, dia tahu bahwa yang melakukan semua ini hanya dari sebuah panggilan telepon, dia sudah hampir menghancurkan seluruh Keluarga Riden, membuat hati Medy Riden bergetar, hal ini juga memberi pelajaran berharga untuk anaknya, sehingga dia tidak boleh mengganggu Mirana lagi!
Saat ini, sebuah Mercedes-benz GT merah berhenti di depan pintu masuk Perusahaan Floria dengan suara yang keras.
Pada saat dia melihat Mercedes-benz ini, wajah Indra langsung sangat senang, dia langsung menyambut Mirana, Medy Riden juga langsung mengikuti, senyum yang dipaksakan juga terlihat di wajah tuanya.
Mirana, yang memakai setelan profesional, turun dari mobil dan melihat Indra berjalan dengan senyum lebar di wajahnya, kain kasa yang melilit kepalanya juga membuat Mirana bingung.
“Nona Floria, aku sudah lama menunggumu, kamu akhirnya datang juga.” Indra berusaha membuat dirinya terlihat sangat sopan saat berbicara, dia membungkuk sedikit dan menempatkan dirinya dalam posisi yang lebih rendah darinya.
Mirana terkejut oleh sikap Indra yang tiba-tiba, kemarin dia menerima panggilan telepon, orang di depannya ini meminta dirinya datang ke zhou grup sendirian untuk menemaninya, Mirana merasa ada yang aneh, jadi dia membalas senyumnya dengan tidak sopan.
"Tuan Rhino, jika kamu menganggapku sebagai seorang wanita lemah yang bisa diinjak-injak begitu saja dan terus ingin memakai taktik menjijikanmu itu, aku Mirana tidak akan tinggal diam!"
"Nona Floria, aku sudah berbuat salah kemarin, orang itu sudah memberi pelajaran besar padaku, sebagai orang dewasa, aku meminta maaf atas kejadian tersebut, atas kerja sama tentang kepemilikan sebidang tanah kemarin, aku sudah meminta semuanya diatur atas nama mu, Mirana, termasuk dua daerah pemukiman yang kamu lihat waktu itu, aku juga sudah mengatur seseorang untuk memberikan datanya padamu dalam beberapa jam kedepan agar kamu lebih senang, satu lagi, tolong beritahu orang itu, aku sudah melakukan semua yang dimintanya."
Indra tidak hanya meminta maaf kepada Mirana, tetapi juga memberikan sebidang tanah yang harusnya dikerjakan atas nama kedua belah pihak, dia juga memberikan dua area pemukiman sebagai hadiah, agar Davion melihat ketulusannya.
Medy Riden juga mengatakan hal-hal baik kepada Mirana, memberi tahu Mirana bahwa Keluarga Riden akan selalu jadi teman dan keluarga bagi Perusahaan Floria, dia juga meminta maaf atas nama putranya akan masalah yang sudah terjadi, dia berharap agar Mirana tidak memasukannya kedalam hati!
Mirana melihat sertifikat tanah yang diserahkan oleh Indra, semuanya memang sudah tertulis atas namanya sendiri, dan juga sudah di cap dengan stempel dari departemen yang bersangkutan, bisa dipastikan sertifikat ini asli bukan barang palsu, tapi apa yang terjadi padanya di depan matanya ini terlihat sangat palsu, tapi inilah yang memang sebenarnya terjadi, dia hanya bisa menerima dan mempercayainya.
Mirana mengingat beberapa kata dari Indra, dia bilang bahwa kemarin seseorang telah memberinya pelajaran dan menyadarkannya? Siapa orang itu sebenarnya?
“Nona Floria, apakah masih ada yang kurang?” Indra bertanya dengan hati-hati dan ragu-ragu, dia sudah melakukan yang terbaik, dia telah benar-benar melihat kemampuan pemuda itu kemarin, masih ada rasa takut yang tertinggal dalam hatinya, dia paham bahwa sikap angkuhnya tidak akan sebanding dengan kemampuan dan kekuatan pemuda tersebut!
“Oke, aku sudah paham, kamu tidak perlu memberikan tanah ini sepenuhnya dan juga daerah pemukiman tadi sebagai hadiah, aku hanya berharap bahwa dalam kerjasama kita berikutnya, kamu tidak akan melakukan sesuatu yang menjijikkan seperti kemarin lagi.” Mirana tidak ingin menerima hadiah dari Indra, karena dia tidak tahu siapa yang sudah membantunya, dia merasa tidak pantas untuk menerima hadiah ini.
Begitu Indra mendengar bahwa Mirana tidak ingin menerima hadiahnya, ekspresinya langsung berubah dengan cepat "Nona Floria, tolong terima saja, orang itu bilang, jika aku tidak memberikan kompensasi yang setimpal, aku akan dibuat sangat menderita, tolong kasihani aku dan terima saja! "
Sikap Indra saat ini benar-benar membuat Mirana bingung.
Mengasihaninya? Tapi memberikan pemukiman dan tanah dengan harga triliunan secara cuma-cuma? Jika ada orang yang mendengar kata-kata Indra barusan, pasti semua orang menganggap Indra sudah gila.
Melihat Indra yang terus memohon, Mirana tahu bahwa dia tidak bisa menolak lagi, oke lupakan dulu saja, terima saja dulu, cari tahu siapa yang sudah membantunya, lalu mengembalikan hadiah ini padanya.
Setelah memikirkan hal ini, Mirana memberi tahu Indra bahwa dia akan membiarkan sekretarisnya yang mengurus hal-hal ini, dan kemudian langsung naik ke atas.
Mirana sedang duduk di kantornya, melihat keluar dari jendela besar di kantornya, dari tempat ini dia bisa melihat seluruh Kota Bestheda.
Memikirkan semua yang baru saja terjadi, Mirana masih tidak bisa mempercayainya begitu saja, masalah yang sudah membuatnya sakit kepala seharian bisa selesai begitu saja dengan cepat? Siapa yang sudah membantunya mengurus masalah ini? Mirana berpikir sejenak, tetapi tidak dapat menemukan petunjuk apa pun, untungnya, Mirana bukanlah orang yang munafik, beberapa hal tidak harus dipikirkan terus-menerus untuk saat ini, jadi dia segera berhenti memikirkannya, saat dirinya sudah lebih tenang, saat ini, pintu kantor diketuk
“Silakan masuk.” Mirana berkata kepada orang diluar pintu.
Wanita yang masuk adalah seorang wanita dengan kulit coklat terang, dia mengenakan pakaian olahraga berwarna merah dan biru yang terlihat cukup longgar, dia terlihat seumuran dengan Mirana, kira-kira umurnya di kisaran 23 tahun, tinggi 1,6 meter, berambut pendek, dia berdiri tegak di dalam kantor layaknya seekor cheetah yang siap menerkam mangsanya kapan saja.
"Halo, Nona Floria, biar kuperkenalkan diriku dulu, namaku Lina Inverse, ayahmu memintaku untuk melindungimu mulai saat ini."
Begitu suara Lina selesai diucapkan, telepon Mirana berdering, dan yang menelepon adalah ayahnya.
Xi'an Perfect Planet Internet Technology Co., Ltd. (西安完美星球网络科技有限公司) © 2020 www.readmeapps.com All rights reserved