Bab 13 Masalah Panti Asuhan
by Leong Sanchez
17:08,Apr 22,2021
Dekan Grace yang penuh dengan rambut putihnya melihat Davion dengan senyuman di wajahnya, "Anak ini, beberapa tahun yang lalu masih sering meneleponku, dia memberi tahuku di telepon bahwa dia pernah menjadi pelayan, tukang pijat, dan bahkan tukang reparasi alat rumah tangga, anak ini sudah mengalami banyak hal dalam hidupnya."
“Begitukah?” Elena memandang Davion yang sedang berdiri di sana dikelilingi oleh banyak anak-anak, dia melihat saat Davion menggendong seorang anak dari waktu ke waktu dan melemparkannya tinggi-tinggi, di tengah tawa anak-anak itu, mulut Davion juga tidak bisa menahan senyum cerahnya.
Suara mesin mobil yang keras merusak suasana ceria saat ini, tiga Mercedes-benz G63 dengan pelat nomor berurutan berhenti di depan pintu masuk panti asuhan, ada tiga orang turun dari tiap mobil, ada pria dan wanita, pria memakai jas dan sepatu kulit, wanitanya juga memakai gaun mahal, terlihat sangat kaya, usianya antara 30 dan 40 tahun.
Ketika orang-orang ini turun dari mobil, mereka mulai melihat kearah panti asuhan, salah satu wanita yang sepertinya seorang sekretaris mengeluarkan sebuah gambar dan menunjuk ke arahnya.
Nana, gadis kecil yang sedang di gendong oleh Davion berkata, "Orang-orang jahat! Orang-orang jahat ini datang lagi!"
“Orang jahat?” Davion bingung, dia melihat gadis kecil di pelukannya dan berkata, “yinyin, coba beritahu padaku, kenapa mereka kamu panggil orang jahat?”
“Mereka ingin merobohkan rumah yinyin!” Yinyin membuat sebuah kepalan dengan tangan merah mudanya, wajahnya yang polos terlihat marah.
“Merobohkan?” Ekspresi Davion langsung berubah saat mendengar hal ini, dia meletakkan yinyin dari pelukannya, membiarkan yinyin bermain dengan anak-anak lain terlebih dahulu, lalu berjalan menuju Dekan Grace.
Rumah yinyin, dan rumah anak-anak ini, adalah Panti Asuhan Ivy!
Ini juga rumah Davion, dia dan ibunya berkeliaran di sini sejak lama, dan dia bisa tumbuh hanya jika dia dibawa oleh Dekan Grace.
Ketika Davion berjalan ke arah Dekan Grace, dia melihat Dekan Grace juga terlihat sedih, wanita berbaju putih itu juga terlihat sangat menyesal.
“Dekan Grace, ada apa?” Davion bertanya secara langsung.
Begitu Dekan Grace hendak berbicara, dia disela oleh suara Elena.
“Aku akan berbicara dengan mereka!” Elena yang memakai gaun putih bersih, bangkit berdiri, tingginya sekitar 1,68 meter, dia mengenakan sepatu ‘flat-shoes’ putih, dahinya sejajar dengan telinga Davion.
Dekan Grace melihat Elena berjalan menuju pintu masuk panti asuhan, dia menghela napas, matanya penuh dengan kekhawatiran, dia memberi isyarat kepada Davion, "Davion, duduklah dulu."
Davion duduk di depan Dekan Grace.
Dekan Grace dengan rambut putihnya melihat ke langit di atas kepalanya, "Davion, kalau dihitung-hitung, bukankah tahu ini kamu akan berusia 23 tahun?"
“24.” Davion melihat wajah polos Dekan Grace, merasa sedikit bingung, wanita baik ini sudah jauh lebih tua dari saat pertama bertemu dengannya.
Dekan Grace mengulurkan tangannya dan mengusap kepala Davion, "Anak baik, kamu telah mengirim banyak uang ke panti asuhan selama beberapa tahun terakhir ini, kamu ingat saat aku memberitahumu di telepon bahwa ada orang yang sangat baik hati ingin mendanai panti asuhan ini secara cuma-cuma beberapa tahun yang lalu? "
“Ya.” Davion mengangguk, ketika dia mendengar tentang ini, dia sangat berterima kasih kepada orang baik itu, tetapi Dekan Grace tidak pernah memberitahunya siapa orang baik itu.
“Elena telah mendanai panti asuhan secara cuma-cuma sejak lima tahun lalu, aku takut setelah ini Elena tidak akan bisa membantu lagi.” Dekan Grace berkata “Tanah kosong disekitar di sekitar panti asuhan ini sudah lama milih pemerintah, sekarang perkembangan jaman sudah sangat cepat, tanah di sekitar itu sudah dibeli oleh orang yang baru datang ini untuk dibangun jadi sebuah hotel."
Selagi bicara, Dekan Grace menunjuk orang-orang di pintu masuk panti asuhan, dan kemudian melanjutkan: "Elena telah bernegosiasi dengan mereka berkali-kali, tetapi tidak ada yang bisa dilakukannya lagi, setelah persiapan pembangunan selesai, petugas akan benar-benar menghancurkan panti asuhan ini, pemerintah memang akan mendirikan panti asuhan baru sebagai gantinya, tetapi tahukah kamu di mana mereka memilih lokasi untuk panti asuhan yang baru? Di tempat pembuangan sisa bahan kimia! Ada zat berbahaya yang dibuang setiap saat di tempat itu, aku memang sudah tua, mungkin hanya bisa bertahan selama beberapa tahun lagi, tetapi aku merasa kasihan pada anak-anak ini.
Dekan Grace melihat para anak-anak yang sedang bermain di halamanya, air mata tidak bisa dibendungnya lagi, dan suaranya sudah sedikit bergetar "Para pengusaha yang tidak bermoral ini, mereka tidak peduli dengan anak-anak malang ini, mereka hanya memikirkan tentang uang di dalam otak mereka ! Bagaimana mereka bisa bersikap seperti itu? Bagaimaa bisa mereka membiarkan anak-anak tinggal di dekat daerah pembuangan bahan kimia! "
“Aku yang akan bicara dengan mereka.” Davion bangkit berdiri.
"Davion! Tidak akan ada gunanya." Dekan Grace menggelengkan kepalanya.
"Dekan Grace, aku bahkan belum bicara dengan mereka, bagaimana kamu tahu tidak akan berguna?" Davion tersenyum pada Dekan Grace, senyumnya dipenuhi dengan rasa percaya diri yang kuat.
Ketika Davion berjalan ke pintu masuk panti asuhan, perdebatan sengit sudah terdengar di telinganya.
"Elena, kamu bisa terus bersikap lemah lembut seperti itu, tapi kami tidak bisa, ada lahan yang bisa jadi proyek besar tapi tidak dipakai dengan baik? Apa yang harus kami lakukan pada panti asuhan yang sudah membusuk ini tidak ada hubungannya dengan kami, salahkan saja pada takdir yang menimpa mereka! Mungkin jika mereka tinggal di sekitaran tempat pembuangan bahan kimia, mereka bisa jadi bahan pembuatan film tentang mutan dalam 10 tahun kedepan, hahahaha! " Seorang pria bicara dengan nada mengejek.
Elena gemetar karena sangat marah pada kata-kata pria barusan, "Kalian! Kalian benar-benar tidak berperasaan! Tanah ini memang sudah disetujui boleh untuk dilakukan pengembangan, tetapi semua orang tetap merawat panti asuhan ini, hanya kamu! Kamu akan mendapatkan karmanya ! "
"Hahaha, uang harus terus dihasilkan, bahkan jika aku harus pergi ke neraka, aku akan tetap senang, Elena, jika kamu tidak punya uang, kamu tidak bisa menghentikan kami untuk mengahsilkan banyak uang, dalam beberapa hari, dokumen resmi akan segera selesai dan panti asuhan ini harus segera dibongkar."
"Aku tidak tahu apakah panti asuhan akan benar dihancurkan dalam beberapa hari, tapi yang aku tahu, jika kalian tidak pergi dalam 10 detik kedepan, jangan salahkan aku karena akan memukul kalian satu persatu!" Suara dingin Davion terdengar, dia datang dengan sepotong pipa tebal di tangannya, otot di lengannya sangat mendominasi.
"Sekarang hitungan mundur akan dimulai, sepuluh!"
Begitu hitungan mundur dimulai, Davion mulai mengayunkan pipa baja di tangannya dengan berat, mengeluarkan suara angin yang cukup keras.
Mereka yang datang dengan Mercedes-benz barusan, melihat sikap Davion, tidak bisa menahan diri untuk mundur dua langkah.
Melihat otot-otot yang besar di lengan Davion, sadar dengan perut gendutnya yang tidak sebanding dengan Davion, seorang pria memaki "Brengsek! Kubiarkan kamu bertingkah sok jago kali ini, cepat atau lambat kamu juga akan pergi dari sini! Ayo pergi! "
Atas ucapan pria berjas itu, sekelompok orang tadi dengan cepat masuk ke dalam mobil, dan mercedes-benz mereka kembali membuat suara berisik dan segera pergi.
Begitu ketiga mercedes benz itu pergi, anak-anak langsung bersorak di panti asuhan.
Davion membuang pipa baja di tangannya dan menatap Elena, yang rambutnya sudah agak berantakan, "Elena, kamu baik-baik saja?"
"Hah?" Elena terkejut oleh kata-kata yang tiba-tiba dari Davion pada dirinya, dia jadi salah tingkah dan berkata "Tidak, tidak apa-apa."
“Bagus kalau begitu, sekarang coba jelaskan padaku apa yang sebenarnya terjadi?” Davion duduk di pintu masuk panti asuhan.
Elena menarik napas dalam-dalam, ini adalah pertama kalinya dia berdiri begitu dekat dengan pria ini, dia menatapnya dengan serius, tatapannya sudah seperti lautan yang membentang luas, sangat memabukan.
“Begitukah?” Elena memandang Davion yang sedang berdiri di sana dikelilingi oleh banyak anak-anak, dia melihat saat Davion menggendong seorang anak dari waktu ke waktu dan melemparkannya tinggi-tinggi, di tengah tawa anak-anak itu, mulut Davion juga tidak bisa menahan senyum cerahnya.
Suara mesin mobil yang keras merusak suasana ceria saat ini, tiga Mercedes-benz G63 dengan pelat nomor berurutan berhenti di depan pintu masuk panti asuhan, ada tiga orang turun dari tiap mobil, ada pria dan wanita, pria memakai jas dan sepatu kulit, wanitanya juga memakai gaun mahal, terlihat sangat kaya, usianya antara 30 dan 40 tahun.
Ketika orang-orang ini turun dari mobil, mereka mulai melihat kearah panti asuhan, salah satu wanita yang sepertinya seorang sekretaris mengeluarkan sebuah gambar dan menunjuk ke arahnya.
Nana, gadis kecil yang sedang di gendong oleh Davion berkata, "Orang-orang jahat! Orang-orang jahat ini datang lagi!"
“Orang jahat?” Davion bingung, dia melihat gadis kecil di pelukannya dan berkata, “yinyin, coba beritahu padaku, kenapa mereka kamu panggil orang jahat?”
“Mereka ingin merobohkan rumah yinyin!” Yinyin membuat sebuah kepalan dengan tangan merah mudanya, wajahnya yang polos terlihat marah.
“Merobohkan?” Ekspresi Davion langsung berubah saat mendengar hal ini, dia meletakkan yinyin dari pelukannya, membiarkan yinyin bermain dengan anak-anak lain terlebih dahulu, lalu berjalan menuju Dekan Grace.
Rumah yinyin, dan rumah anak-anak ini, adalah Panti Asuhan Ivy!
Ini juga rumah Davion, dia dan ibunya berkeliaran di sini sejak lama, dan dia bisa tumbuh hanya jika dia dibawa oleh Dekan Grace.
Ketika Davion berjalan ke arah Dekan Grace, dia melihat Dekan Grace juga terlihat sedih, wanita berbaju putih itu juga terlihat sangat menyesal.
“Dekan Grace, ada apa?” Davion bertanya secara langsung.
Begitu Dekan Grace hendak berbicara, dia disela oleh suara Elena.
“Aku akan berbicara dengan mereka!” Elena yang memakai gaun putih bersih, bangkit berdiri, tingginya sekitar 1,68 meter, dia mengenakan sepatu ‘flat-shoes’ putih, dahinya sejajar dengan telinga Davion.
Dekan Grace melihat Elena berjalan menuju pintu masuk panti asuhan, dia menghela napas, matanya penuh dengan kekhawatiran, dia memberi isyarat kepada Davion, "Davion, duduklah dulu."
Davion duduk di depan Dekan Grace.
Dekan Grace dengan rambut putihnya melihat ke langit di atas kepalanya, "Davion, kalau dihitung-hitung, bukankah tahu ini kamu akan berusia 23 tahun?"
“24.” Davion melihat wajah polos Dekan Grace, merasa sedikit bingung, wanita baik ini sudah jauh lebih tua dari saat pertama bertemu dengannya.
Dekan Grace mengulurkan tangannya dan mengusap kepala Davion, "Anak baik, kamu telah mengirim banyak uang ke panti asuhan selama beberapa tahun terakhir ini, kamu ingat saat aku memberitahumu di telepon bahwa ada orang yang sangat baik hati ingin mendanai panti asuhan ini secara cuma-cuma beberapa tahun yang lalu? "
“Ya.” Davion mengangguk, ketika dia mendengar tentang ini, dia sangat berterima kasih kepada orang baik itu, tetapi Dekan Grace tidak pernah memberitahunya siapa orang baik itu.
“Elena telah mendanai panti asuhan secara cuma-cuma sejak lima tahun lalu, aku takut setelah ini Elena tidak akan bisa membantu lagi.” Dekan Grace berkata “Tanah kosong disekitar di sekitar panti asuhan ini sudah lama milih pemerintah, sekarang perkembangan jaman sudah sangat cepat, tanah di sekitar itu sudah dibeli oleh orang yang baru datang ini untuk dibangun jadi sebuah hotel."
Selagi bicara, Dekan Grace menunjuk orang-orang di pintu masuk panti asuhan, dan kemudian melanjutkan: "Elena telah bernegosiasi dengan mereka berkali-kali, tetapi tidak ada yang bisa dilakukannya lagi, setelah persiapan pembangunan selesai, petugas akan benar-benar menghancurkan panti asuhan ini, pemerintah memang akan mendirikan panti asuhan baru sebagai gantinya, tetapi tahukah kamu di mana mereka memilih lokasi untuk panti asuhan yang baru? Di tempat pembuangan sisa bahan kimia! Ada zat berbahaya yang dibuang setiap saat di tempat itu, aku memang sudah tua, mungkin hanya bisa bertahan selama beberapa tahun lagi, tetapi aku merasa kasihan pada anak-anak ini.
Dekan Grace melihat para anak-anak yang sedang bermain di halamanya, air mata tidak bisa dibendungnya lagi, dan suaranya sudah sedikit bergetar "Para pengusaha yang tidak bermoral ini, mereka tidak peduli dengan anak-anak malang ini, mereka hanya memikirkan tentang uang di dalam otak mereka ! Bagaimana mereka bisa bersikap seperti itu? Bagaimaa bisa mereka membiarkan anak-anak tinggal di dekat daerah pembuangan bahan kimia! "
“Aku yang akan bicara dengan mereka.” Davion bangkit berdiri.
"Davion! Tidak akan ada gunanya." Dekan Grace menggelengkan kepalanya.
"Dekan Grace, aku bahkan belum bicara dengan mereka, bagaimana kamu tahu tidak akan berguna?" Davion tersenyum pada Dekan Grace, senyumnya dipenuhi dengan rasa percaya diri yang kuat.
Ketika Davion berjalan ke pintu masuk panti asuhan, perdebatan sengit sudah terdengar di telinganya.
"Elena, kamu bisa terus bersikap lemah lembut seperti itu, tapi kami tidak bisa, ada lahan yang bisa jadi proyek besar tapi tidak dipakai dengan baik? Apa yang harus kami lakukan pada panti asuhan yang sudah membusuk ini tidak ada hubungannya dengan kami, salahkan saja pada takdir yang menimpa mereka! Mungkin jika mereka tinggal di sekitaran tempat pembuangan bahan kimia, mereka bisa jadi bahan pembuatan film tentang mutan dalam 10 tahun kedepan, hahahaha! " Seorang pria bicara dengan nada mengejek.
Elena gemetar karena sangat marah pada kata-kata pria barusan, "Kalian! Kalian benar-benar tidak berperasaan! Tanah ini memang sudah disetujui boleh untuk dilakukan pengembangan, tetapi semua orang tetap merawat panti asuhan ini, hanya kamu! Kamu akan mendapatkan karmanya ! "
"Hahaha, uang harus terus dihasilkan, bahkan jika aku harus pergi ke neraka, aku akan tetap senang, Elena, jika kamu tidak punya uang, kamu tidak bisa menghentikan kami untuk mengahsilkan banyak uang, dalam beberapa hari, dokumen resmi akan segera selesai dan panti asuhan ini harus segera dibongkar."
"Aku tidak tahu apakah panti asuhan akan benar dihancurkan dalam beberapa hari, tapi yang aku tahu, jika kalian tidak pergi dalam 10 detik kedepan, jangan salahkan aku karena akan memukul kalian satu persatu!" Suara dingin Davion terdengar, dia datang dengan sepotong pipa tebal di tangannya, otot di lengannya sangat mendominasi.
"Sekarang hitungan mundur akan dimulai, sepuluh!"
Begitu hitungan mundur dimulai, Davion mulai mengayunkan pipa baja di tangannya dengan berat, mengeluarkan suara angin yang cukup keras.
Mereka yang datang dengan Mercedes-benz barusan, melihat sikap Davion, tidak bisa menahan diri untuk mundur dua langkah.
Melihat otot-otot yang besar di lengan Davion, sadar dengan perut gendutnya yang tidak sebanding dengan Davion, seorang pria memaki "Brengsek! Kubiarkan kamu bertingkah sok jago kali ini, cepat atau lambat kamu juga akan pergi dari sini! Ayo pergi! "
Atas ucapan pria berjas itu, sekelompok orang tadi dengan cepat masuk ke dalam mobil, dan mercedes-benz mereka kembali membuat suara berisik dan segera pergi.
Begitu ketiga mercedes benz itu pergi, anak-anak langsung bersorak di panti asuhan.
Davion membuang pipa baja di tangannya dan menatap Elena, yang rambutnya sudah agak berantakan, "Elena, kamu baik-baik saja?"
"Hah?" Elena terkejut oleh kata-kata yang tiba-tiba dari Davion pada dirinya, dia jadi salah tingkah dan berkata "Tidak, tidak apa-apa."
“Bagus kalau begitu, sekarang coba jelaskan padaku apa yang sebenarnya terjadi?” Davion duduk di pintu masuk panti asuhan.
Elena menarik napas dalam-dalam, ini adalah pertama kalinya dia berdiri begitu dekat dengan pria ini, dia menatapnya dengan serius, tatapannya sudah seperti lautan yang membentang luas, sangat memabukan.
Xi'an Perfect Planet Internet Technology Co., Ltd. (西安完美星球网络科技有限公司) © 2020 www.readmeapps.com All rights reserved