Bab 7 Pinjami Aku Uang

by Leong Sanchez 17:06,Apr 22,2021
Duduk di sofa kulit di dalam kantor, Lina meminum teh hitam berkualitas tinggi yang dibuat oleh Luna di ruang rahasia, teh ini dapat mengurangi penumpukan lemak di perut dan sangat populer di kalangan para wanita.

Di saat yang sama, informasi pribadi dari Lina juga disiapkan oleh Luna dan diletakan di depan Mirana.

Lina, 23 tahun, memenangkan kejuaraan bertarung untuk wanita di tingkat provinsi pada usia 18 tahun, kemudian bertugas untuk militer, bergabung dengan tim operasi khusus wanita, dalam lima tahun, melakukan 17 misi, memenangkan kejuaraan militer tingkat kota dua kali, kejuaraan tingkat negara satu kali, sangat terampil dalam pertarungan satu lawan satu, pertarungan bebas dan anti-terorisme, setelah lima tahun mengabdi, dia memilih untuk pensiun dan mendirikan perusahaan pengawal wanita, hanya dalam satu bulan, dia sudah langsung mempunyai nama yang besar di industri yang di gelutinya, bertanggung jawab untuk mengawal yang bahkan pengawal pria tidak bisa melakukannya.

Setelah Mirana melihat data ini, dia jadi sedikit mengagumi Lina sama seperti laki-laki pada umumnya pasti akan iri dengan perut six pack sempurna miliknya, seorang wanita kuat seperti Mirana juga akan iri pada Lina.

Mirana menutup laporan informasi dari Lina, memandang Lina, dan berkata, "Ayahku memberitahuku bahwa mulai hari ini, kamu akan tinggal bersamaku, tapi izinkan aku memberi tahumu terlebih dulu, ada satu orang lagi yang tinggal bersamaku, mungkin dia akan membuatmu merasa jijik."

Lina tidak menjawab omongan Mirana.

Mirana tersenyum dan melihat jam yang ada di tangannya, sudah hampir jam 12 siang.

“Ayo kita makan siang dulu, aku juga akan menjelaskan bagian-bagian perusahaan ini agar mempermudah pekerjaanmu kedepannya.” Mirana bangkit dari kursinya, merapikan rok hitam yang agak kusut, kakinya yang ramping dan lurus sempurna mulai berjalan.

Lina meletakkan cangkir teh di tangannya dan berkata kepada Mirana: "Nona Floria, aku pikir aku harus menangani kamera pengintai yang ada di kantormu sebelum makan."

“kamera pengintai?” Mirana mengerutkan kening karena kata-kata Lina, dia tidak pernah tahu bahwa ada serangga di kantornya!

“Melihat ekspresi Nona Floria, sepertinya kamu belum tahu bahwa ada kamera pengintai di kantormu.” Lina bangkit berdiri dan mulai meraba-raba di beberapa sudut kantor, lalu dari bawah pot bunga, dari sudut dinding, dan bagian paling dalam rak buku, total ada 4 kamera pengintai.

Melihat hal ini, wajah Mirana berubah drastis, dia tidak tahu sudah berapa lama kamera pengintai itu berada di kantornya, berapa banyak yang sudah di dengar dan di lihat, siapa yang melakukan hal ini!

Selagi Mirana marah dengan keberadaan kamera pengintai yang baru saja dia ketahui, dia juga memahami kemampuan Lina dengan sangat jelas, dan dia memang layak menjadi pengawal profesional.

Davion datang ke lantai bawah Perusahaan Floria dan memeriksa waktu saat ini, tepat saat jam makan siang.

Sebagai pusat kota, CBD pasti punya semua jenis toko, Davion melihat sekeliling dan menemukan kedai kopi di mana dia bisa melihat jendela masuk ke jendela besar kantor Mirana, dia memilih untuk duduk di dekat jendela, di mana dia bisa mengamati apa yang sedang terjadi dengan jelas, ketika ada sesuatu yang terjadi di Perusahaan Floria, Davion bisa langsung dengan cepat pergi ke Perusahaan Floria, tentu saja, sebelum si pembunuh muncul, Davion tidak akan berani berinisiatif untuk melakukan sesuatu.

Sebagian besar pekerja kantoran bekerja di CBD, kedai kopi selalu penuh dengan orang, musik ringan yang menenangkan terdengar segera setelah Davion masuk, dan juga ada banyak tumbuhan hijau yang di gantung.

Davion meliriknya, tidak terlalu banyak orang di dalam kedai kopi, seorang gadis yang tampaknya baru berusia tujuh belas atau delapan belas tahun berbicara kepada dirinya sendiri seperti sedang melakukan konser.

Ada juga seorang salesman laki-laki yang berkemeja, yang berusaha keras untuk menjual produknya kepada customer yang duduk di seberangnya.

Davion membeli beberapa kue dan secangkir cappuccino termurah yang dia nikmati secara perlahan, dia melihat ke luar jendela selama sekitar setengah jam, Davion sudah mengunci enam target.

Ada enam orang yang telah berkeliaran di luar gedung Perusahaan Floria, mereka semua laki-laki, mereka berusia tiga puluhan, dua di antaranya masing-masing mengemudikan truk pickup tua, empat orang sisanya semuanya fokus pada gedung Perusahaan Floria, dan semua orang melihat ke lantai paling tinggi Perusahaan Floria.

Keenam orang ini sangat sulit dilihat di daerah CBD yang ramai, tetapi mereka tidak bisa lepas dari mata Davion.

Davion segera bangkit, bersiap untuk menangkap keenam orang itu terlebih dahulu, dan kemudian bertanya pada mereka dengan hati-hati, tapi ternyata, dia melihat Mirana berjalan keluar dari Perusahaan Floria, di samping Mirana, diikuti oleh seorang wanita berkulit coklat terang, wanita itu memiliki perbedaan yang sangat besar dari warna kulitnya, yang membuat sangat terlihat jelas.

Davion hanya dari sekilas saja, dia sudah bisa melihat bahwa wanita di sebelah Mirana adalah seorang petarung, matanya selalu memperhatikan daerah sekelilingnya, cara dia berjalan dan jarak yang dia ambil setiap langkah sangat tepat, tubuhnya selalu siaga setiap waktu.

Davion berpikir sejenak, mengurungkan niat untuk menangkap keenam orang tadi, dia berjalan keluar dari kedai kopi dan berjalan menuju Mirana.

Mirana ingin mengajak Lina makan siang sederhana di kantor, tapi karena Mirana tidak bisa tenang setelah tahu bahwa ada kamera pengintai di kantornya, dia ingin membawa Lina pulang untuk melihat apakah juga ada kamera pengintai di rumah.

Begitu Mirana keluar dari Perusahaan Floria, dia melihat seseorang yang langsung membuatnya jijik berjalan ke arahnya, dia dengan jelas memperingatkannya untuk tidak mendatanginya!

“Nona Floria.” Davion berjalan ke arah Mirana dengan wajah tersenyum lebar yang sangat menjijikkan di mata Mirana.

“Apa yang kamu lakukan disini?” Mirana melihat kearah Davion dengan cuek.

Davion memiliki tinggi 1,8 meter dan tidak terlalu kurus, secara penampilan, dia bisa disebut tampan, tetapi Mirana tidak senang karena dia tahu bahwa tidak peduli seberapa tampan pria ini, dia tidak dapat mengubah sifat malasnya, fakta bahwa dia melihat kaos putih polos, celana pantai, dan sandal jepit yang dipakainya akan membuat orang berpikir tentang betapa ceroboh dan malas pada dirinya saat pandangan pertama.

Davion tersenyum pada Mirana dan berkata, "Nona Floria, bolehkah aku pinjem uang 1 juta, aku akan mengembalikannya bulan depan saat dapat uang bulanan."

Ini adalah alasan paling cocok yang ditemukan Davion, dia tidak bisa memberi tahu Mirana bahwa seseorang ingin membunuhnya, Davion datang untuk melindunginya.

Ketika Mirana mendengar ini, rasa jijik di matanya menjadi lebih besar, dia terlalu malas untuk berbicara dengan Davion lama-lama, jadi dia langsung mengeluarkan uang 1 juta dan memberikannya ke Davion, "Uang yang kuberikan untukmu, tidak perlu dikembalikan, lagipula, uang bulanan yang kamu terima itu juga uang dari keluargaku, kamu hanya tidak perlu datang lagi ke daerah perusahaanku! "

Setelah itu, Mirana tetap tidak peduli dengan Davion, dia membawa Lina ke tempat parkir.

Ketika berada di depan mobil, Mirana menyadari bahwa Davion masih ada di belakangnya, dengan senyum bodoh di wajahnya.

"Kenapa kamu mengikutiku?"

“Nona Floria, kamu mau pergi kemana?” Davion bertanya, sementara dia juga diam-diam melihat ke arah Lina.

“Pulang kerumah!” Mirana tidak ingin berkata panjang lebar dengannya, karena dia tahu bahwa jika dia melakukan hal itu, pria keras kepala ini pasti akan terus melakukan hal yang menyebalkan.

"Sama dong, aku ikut dong kalo gitu." Davion menggosok tangannya, "Kalau aku harus naik taksi untuk pulang, ongkosnya terlalu mahal."

“Tidak muat.” Mirana menolak tanpa pikir panjang, di saat yang sama dia menunjuk ke Mercedes-benz GT miliknya, yang hanya memiliki dua tempat duduk.

Download APP, continue reading

Chapters

2220