Bab 15 Jangan Bertindak Bodoh
by Leong Sanchez
17:09,Apr 22,2021
Mirana, yang awalnya tersenyum bahagia, senyumnya langsung menghilang setelah melihat Davion.
Oh no, aku lupa memberitahunya untuk tidak kembali sampai malam! Oh, apa yang harus aku lakukan! Jika seperti ini, teman wanitaku akan tahu semuanya!
Mirana bangkit dari meja makan dengan ekspresi cemas dan berjalan menuju Davion.
Davion melihat wajah Mirana yang cemas, dan segera bertanya "Nona Floria apakah kamu tidak suka dengan kepulanganku sekarang ini?"
"Tentu saja tidak!" Mirana berbisik kepada Davion dengan nada serius, kemudian dia menarik lengan Davion "Juga, jangan panggil aku Nona Floria, aku beri tahu wanita itu, kamu adalah suamiku, seorang seniman yang bertemu denganku di pameran seni, ingat itu? "
Ketika Davion mendengarnya, dia tidak bisa menahan tawa kecilnya.
"Kenapa kamu malah tertawa?" Tangan kecil Mirana mencubit lengan besar Davion, ada sebuah tatapan menyeramkan dari matanya saat ini "Jangan tertawa! Jangan bersikap aneh padaku, atau kamu akan mati! "
"Oke, oke!" Davion buru-buru menjawabnya " Mirana, tenang saja, aku tidak akan berbuat yang tidak-tidak!"
Wajah Mirana terlihat cukup senang ketika dia mendengar Davion mengatakan ini, dan pada saat yang sama ada expresi tenang lagi di wajahnya, dia berusaha kembali normal agak teman baiknya tidak tahu apa-apa.
Melihat penampilan cantik Mirana, Davion menghela napas, semua wanita, pasti ingin mempunyai suami yang tampan dan sempurna, tidak terkecuali Mirana.
Setelah selesai berbicang, wanita berambut pendek di dapur keluar dengan membawa sepiring kue yang lembut.
"Ah! Dia pasti Davion." Wanita itu meletakkan kue di atas meja dan berjalan menuju Davion.
Davion, yang menunjukkan senyum aneh sedetik sebelumnya, mengubah ekspresinya saat ini, punggungnya tegak, dia langsung berinisiatif untuk mengulurkan tangannya, "Halo, aku Davion, dengan segala hormat, kamu adalah yang wanita paling cantik yang pernah kulihat setelah istriku. "
Kata-kata Davion penuh dengan tingkah laku seperti pria dari barat, dia hanya melirik wanita berambut pendek ini dan menyimpulkan bahwa wanita di depannya ini pasti baru saja kembali dari luar negeri.
Benar saja, wanita berambut pendek itu terpesona dengan kata-kata dari Davion, dia mengulurkan tangannya dan menjabat tangan Davion dengan santai, "Tuan Osgar, kamu benar-benar menarik, namaku Ellen, sahabat Mirana."
“Aku sering dengar Mirana menyebut namamu.” Davion menjawabnya sambil menyentuh dua ujung jari dari empat jari Ellen.
"Tuan Osgar, Mirana bilang bahwa kamu adalah seorang seniman dan kamu sangat paham berbagai budaya dari berbagai negara, memang seperti yang dikatakannya, tingkah laku seperti orang barat darimu lebih kental daripada para bangsawan yang pernah kutemui." Ellen memuji dari lubuk hatinya yang paling dalam. "Silahkan duduk dulu, makanannya akan segera siap."
Setelah Ellen selesai berbicara, dia berbalik dan meninggalkan aroma tubuhnya dan berjalan menuju dapur.
Davion dan Mirana duduk di meja makan, melihat keraguan di mata wanitanya, Davion berinisiatif untuk menjelaskan "Aku pernah dilatih untuk bersikap sopan selagi menjadi pelayan di restoran Prancis waktu itu."
Makanan lezat disajikan oleh Ellen, dan Davion melihat ada lebih dari 20 jenis kerang tiram.
"Kerang tiram, aku sudah lama tidak menikmatinya." Davion merespon.
Mirana sedang duduk di sebelah Davion, dia diam-diam menelan ludah membuatnya terlihat sangat lucu.
Selain kerang tiram, Ellen juga menyajikan hidangan seperti daging sapi dan bebek utuh panggang yang bentuknya sangat indah sehingga membuat selera makan orang seketika naik ketika melihatnya.
“Tuan Osgar, aku dengar dari Mirana bahwa kamu bahkan tahu cara makan dari Prancis dengan sangat baik.” Ellen meletakkan bebek panggang di atas meja, dan duduk di depan Davion dan Mirana.
Mirana melihat makanan lezat di meja ini, dengan makanan yang disajikan di restoran Le Santa makanan yang disajikan oleh Ellen jauh lebih meewah, Davion hanyalah seorang pelayan disana, bagaimana dia bisa menangani masalah ini? Dia baru saja ingin membuka mulutnya untuk membantu Davion, dia ingin bilang itu hanya kebetulan saja, tetapi suara Davion terdengar lebih dulu.
"Keram tiram memang biasa dari Prancis juga, rasanya sangat kaya dan segar, dilihat dari kondisi kerang tiram di depanku ini, Nona Ellen pasti membawa yang sangat sangat segar, setelah dimasak, kamu bisa merasakan rasanya disemua bagian lidah, aftertaste-nya juga sangat sulit dihilangkan, akan terasa sangat pekat, jadi kerang tiram ini sangat tidak cocok untuk dijadikan makanan pembuka, mungkin nona Ellen sedang mengujiku saat membawa sepiring Kerang Tiram ini."
Davion tersenyum tipis, lalu melihat ke arah sepiring daging sapi di dekatnya "Beef Tartar, biasa disajikan hanya dengan garam dan lada juga ditambahkan sedikit saus, sesekali bisa ditambahkan telur mentah agar tercampur rata, tapi dari hidangan nona Ellen ini, setidaknya pakai 3 sampai 4 telur puyuh, telur puyuh di sini pasti disiapkan untuk memadukan dengan rasa Kerang Tiram tadi, sedangkan untuk bebek panggang ini, kurasa itu yang sangat disukai oleh Mirana, jika tidak, harusnya sudah tidak perlu ada bebek panggang lagi."
Begitu suara Davion selesai diucapkan, tepuk tangan dari Ellen terdengar.
"Plok plok plok plok!"
"Tuan Osgar, aku harus mengakui bahwa pemahaman kamu tentang masakan Prancis benar-benar sangat hebat seperti yang dikatakan oleh Mirana."
“Nona Ellen terlalu melebih-lebihkan, aku hanya tahu sedikit.” Davion tersenyum kecil, dia berperilaku seperti layaknya seorang pria sejati.
Mirana melihat penampilan pria di sebelahnya, setiap tindakan yang dilakukan penuh dengan etika yang sangat sempurna, setiap kalimat yang diucapkan juga sempurna, membuatnya bertanya-tanya, apakah dia benar-benar pria yang tidak tahu malu yang dikenalnya? Jika dia memakai jas dan datang ke restoran kelas atas, orang-orang pasti berpikir dia adalah seorang bangsawan dari barat
Mirana sedang terdiam dan berpikir, dia merasakan tangan kecilnya di bawah meja merasa ada kehangatan tersendiri, dia melirik Davion yang sedang mengedipkan mata pada Mirana, dia terlihat seperti sedang berkata, bagaimana sikapku, aku bertingkah dengan sangat baik kan?
Mirana berdehem perlahan, mengangkat tangan kecilnya dari pegangan Davion, dia segera mengambil bebek panggang diatas meja.
Davion dilain sisi, dia mengambil sepotong daging sapi di dekatnya, mencelupnya kedalam saus mustard, memasukannya ke dalam mulut dan menunggu sekitar tiga detik sebelum dia mengunyahnya.
Ellen, yang sedang duduk berhadapan dengan Davion, die mengamati segala tindakan yang dilakukan oleh Davion, ini memang cara makan yang benar untuk menjaga cita rasa dagingnya.
Saat makan, Mirana melihat ke arah Ellen untuk membicarakan beberapa topik wanita, dia mengobrol dengan baik, Ellen tiba-tiba bertanya pada Davion, "Tuan Osgar, aku dengar kalian berdua bertemu di pameran seni?"
Mirana agak terkejut, dia tidak menyangka Ellen akan bertanya tentang hal ini, Davion kebetulan adalah pelayan di restoran Pracis, dia mungkin memang tahu sedikit tentang makanan Praancis dan etika dari barat, tapi apa yang dia ketahui tentang pameran seni !
“Ellen, apakah kamu sedang menginterogasi Davion?” Mirana bergumam.
"Iya, untuk memastikan lah, aku harus tahu bagaimana bisa Davion melelehkan hati seorang wanita super cuek sepertimu." Mata Ellen penuh keingintahuan dan menatap Davion.
Mirana mengulurkan tangan kecilnya yang berminyak setelah makan daging bebek tadi, menarik lengan Davion, mengedipkan mata ke arah Davion dari sudut yang tak terlihat oleh Ellen, dan berkata, "Davion, abaikan saja."
“Nona CEO, kamu sedang tidak membodohiku kan?” Ellen memasang ekspresi serius seperti tidak akan bisa dibohongi.
"Tentu saja tidak!" Wajah kecil Mirana jadi sedikit panik "Kami, kami ..."
#Terima kasih telah membaca buku ini, penulis merekomendasikan "Master Medis Vinzo"#
Oh no, aku lupa memberitahunya untuk tidak kembali sampai malam! Oh, apa yang harus aku lakukan! Jika seperti ini, teman wanitaku akan tahu semuanya!
Mirana bangkit dari meja makan dengan ekspresi cemas dan berjalan menuju Davion.
Davion melihat wajah Mirana yang cemas, dan segera bertanya "Nona Floria apakah kamu tidak suka dengan kepulanganku sekarang ini?"
"Tentu saja tidak!" Mirana berbisik kepada Davion dengan nada serius, kemudian dia menarik lengan Davion "Juga, jangan panggil aku Nona Floria, aku beri tahu wanita itu, kamu adalah suamiku, seorang seniman yang bertemu denganku di pameran seni, ingat itu? "
Ketika Davion mendengarnya, dia tidak bisa menahan tawa kecilnya.
"Kenapa kamu malah tertawa?" Tangan kecil Mirana mencubit lengan besar Davion, ada sebuah tatapan menyeramkan dari matanya saat ini "Jangan tertawa! Jangan bersikap aneh padaku, atau kamu akan mati! "
"Oke, oke!" Davion buru-buru menjawabnya " Mirana, tenang saja, aku tidak akan berbuat yang tidak-tidak!"
Wajah Mirana terlihat cukup senang ketika dia mendengar Davion mengatakan ini, dan pada saat yang sama ada expresi tenang lagi di wajahnya, dia berusaha kembali normal agak teman baiknya tidak tahu apa-apa.
Melihat penampilan cantik Mirana, Davion menghela napas, semua wanita, pasti ingin mempunyai suami yang tampan dan sempurna, tidak terkecuali Mirana.
Setelah selesai berbicang, wanita berambut pendek di dapur keluar dengan membawa sepiring kue yang lembut.
"Ah! Dia pasti Davion." Wanita itu meletakkan kue di atas meja dan berjalan menuju Davion.
Davion, yang menunjukkan senyum aneh sedetik sebelumnya, mengubah ekspresinya saat ini, punggungnya tegak, dia langsung berinisiatif untuk mengulurkan tangannya, "Halo, aku Davion, dengan segala hormat, kamu adalah yang wanita paling cantik yang pernah kulihat setelah istriku. "
Kata-kata Davion penuh dengan tingkah laku seperti pria dari barat, dia hanya melirik wanita berambut pendek ini dan menyimpulkan bahwa wanita di depannya ini pasti baru saja kembali dari luar negeri.
Benar saja, wanita berambut pendek itu terpesona dengan kata-kata dari Davion, dia mengulurkan tangannya dan menjabat tangan Davion dengan santai, "Tuan Osgar, kamu benar-benar menarik, namaku Ellen, sahabat Mirana."
“Aku sering dengar Mirana menyebut namamu.” Davion menjawabnya sambil menyentuh dua ujung jari dari empat jari Ellen.
"Tuan Osgar, Mirana bilang bahwa kamu adalah seorang seniman dan kamu sangat paham berbagai budaya dari berbagai negara, memang seperti yang dikatakannya, tingkah laku seperti orang barat darimu lebih kental daripada para bangsawan yang pernah kutemui." Ellen memuji dari lubuk hatinya yang paling dalam. "Silahkan duduk dulu, makanannya akan segera siap."
Setelah Ellen selesai berbicara, dia berbalik dan meninggalkan aroma tubuhnya dan berjalan menuju dapur.
Davion dan Mirana duduk di meja makan, melihat keraguan di mata wanitanya, Davion berinisiatif untuk menjelaskan "Aku pernah dilatih untuk bersikap sopan selagi menjadi pelayan di restoran Prancis waktu itu."
Makanan lezat disajikan oleh Ellen, dan Davion melihat ada lebih dari 20 jenis kerang tiram.
"Kerang tiram, aku sudah lama tidak menikmatinya." Davion merespon.
Mirana sedang duduk di sebelah Davion, dia diam-diam menelan ludah membuatnya terlihat sangat lucu.
Selain kerang tiram, Ellen juga menyajikan hidangan seperti daging sapi dan bebek utuh panggang yang bentuknya sangat indah sehingga membuat selera makan orang seketika naik ketika melihatnya.
“Tuan Osgar, aku dengar dari Mirana bahwa kamu bahkan tahu cara makan dari Prancis dengan sangat baik.” Ellen meletakkan bebek panggang di atas meja, dan duduk di depan Davion dan Mirana.
Mirana melihat makanan lezat di meja ini, dengan makanan yang disajikan di restoran Le Santa makanan yang disajikan oleh Ellen jauh lebih meewah, Davion hanyalah seorang pelayan disana, bagaimana dia bisa menangani masalah ini? Dia baru saja ingin membuka mulutnya untuk membantu Davion, dia ingin bilang itu hanya kebetulan saja, tetapi suara Davion terdengar lebih dulu.
"Keram tiram memang biasa dari Prancis juga, rasanya sangat kaya dan segar, dilihat dari kondisi kerang tiram di depanku ini, Nona Ellen pasti membawa yang sangat sangat segar, setelah dimasak, kamu bisa merasakan rasanya disemua bagian lidah, aftertaste-nya juga sangat sulit dihilangkan, akan terasa sangat pekat, jadi kerang tiram ini sangat tidak cocok untuk dijadikan makanan pembuka, mungkin nona Ellen sedang mengujiku saat membawa sepiring Kerang Tiram ini."
Davion tersenyum tipis, lalu melihat ke arah sepiring daging sapi di dekatnya "Beef Tartar, biasa disajikan hanya dengan garam dan lada juga ditambahkan sedikit saus, sesekali bisa ditambahkan telur mentah agar tercampur rata, tapi dari hidangan nona Ellen ini, setidaknya pakai 3 sampai 4 telur puyuh, telur puyuh di sini pasti disiapkan untuk memadukan dengan rasa Kerang Tiram tadi, sedangkan untuk bebek panggang ini, kurasa itu yang sangat disukai oleh Mirana, jika tidak, harusnya sudah tidak perlu ada bebek panggang lagi."
Begitu suara Davion selesai diucapkan, tepuk tangan dari Ellen terdengar.
"Plok plok plok plok!"
"Tuan Osgar, aku harus mengakui bahwa pemahaman kamu tentang masakan Prancis benar-benar sangat hebat seperti yang dikatakan oleh Mirana."
“Nona Ellen terlalu melebih-lebihkan, aku hanya tahu sedikit.” Davion tersenyum kecil, dia berperilaku seperti layaknya seorang pria sejati.
Mirana melihat penampilan pria di sebelahnya, setiap tindakan yang dilakukan penuh dengan etika yang sangat sempurna, setiap kalimat yang diucapkan juga sempurna, membuatnya bertanya-tanya, apakah dia benar-benar pria yang tidak tahu malu yang dikenalnya? Jika dia memakai jas dan datang ke restoran kelas atas, orang-orang pasti berpikir dia adalah seorang bangsawan dari barat
Mirana sedang terdiam dan berpikir, dia merasakan tangan kecilnya di bawah meja merasa ada kehangatan tersendiri, dia melirik Davion yang sedang mengedipkan mata pada Mirana, dia terlihat seperti sedang berkata, bagaimana sikapku, aku bertingkah dengan sangat baik kan?
Mirana berdehem perlahan, mengangkat tangan kecilnya dari pegangan Davion, dia segera mengambil bebek panggang diatas meja.
Davion dilain sisi, dia mengambil sepotong daging sapi di dekatnya, mencelupnya kedalam saus mustard, memasukannya ke dalam mulut dan menunggu sekitar tiga detik sebelum dia mengunyahnya.
Ellen, yang sedang duduk berhadapan dengan Davion, die mengamati segala tindakan yang dilakukan oleh Davion, ini memang cara makan yang benar untuk menjaga cita rasa dagingnya.
Saat makan, Mirana melihat ke arah Ellen untuk membicarakan beberapa topik wanita, dia mengobrol dengan baik, Ellen tiba-tiba bertanya pada Davion, "Tuan Osgar, aku dengar kalian berdua bertemu di pameran seni?"
Mirana agak terkejut, dia tidak menyangka Ellen akan bertanya tentang hal ini, Davion kebetulan adalah pelayan di restoran Pracis, dia mungkin memang tahu sedikit tentang makanan Praancis dan etika dari barat, tapi apa yang dia ketahui tentang pameran seni !
“Ellen, apakah kamu sedang menginterogasi Davion?” Mirana bergumam.
"Iya, untuk memastikan lah, aku harus tahu bagaimana bisa Davion melelehkan hati seorang wanita super cuek sepertimu." Mata Ellen penuh keingintahuan dan menatap Davion.
Mirana mengulurkan tangan kecilnya yang berminyak setelah makan daging bebek tadi, menarik lengan Davion, mengedipkan mata ke arah Davion dari sudut yang tak terlihat oleh Ellen, dan berkata, "Davion, abaikan saja."
“Nona CEO, kamu sedang tidak membodohiku kan?” Ellen memasang ekspresi serius seperti tidak akan bisa dibohongi.
"Tentu saja tidak!" Wajah kecil Mirana jadi sedikit panik "Kami, kami ..."
#Terima kasih telah membaca buku ini, penulis merekomendasikan "Master Medis Vinzo"#
Xi'an Perfect Planet Internet Technology Co., Ltd. (西安完美星球网络科技有限公司) © 2020 www.readmeapps.com All rights reserved