Bab 8 Matikan Rokokmu
by Leong Sanchez
17:07,Apr 22,2021
“Pakai mobilku saja.” Lina tiba-tiba menyela, menekan kunci mobil di tangannya, sebuah Volkswagen Jetta berkedip, Lina melihat Mirana menatapnya dengan tidak senang, dia tersenyum kearah Mirana, “Nona Floria , apakah ini orang yang kamu bahas tadi? "
“Ya.” Mirana mengangguk.
Saat ini, Davion duduk di kursi belakang mobil Lina dengan tenang.
“Ayo berangkat, Nona Floria, kira ke rumahmu dulu.” Lina berkata langsung pada Mirana.
Mirana tidak punya pilihan selain ikut masuk ke mobil Lina, setelah dia duduk di kursi penumpang di sebelah Lina, dia sengaja memajukan kursinya lebih maju sampai tidak bisa ditarik lagi, dia ingin menjauhkan diri dari Davion sebanyak mungkin.
Davion sepertinya tidak menyadari seberapa banyak Mirana membencinya, dia duduk di sana sambil tersenyum dan terus berbicara dengan Lina, dia berkata bahwa dia belum pernah melihat Lina sebelumnya dan bertanya apakah Lina adalah karyawan baru.
Meskipun Lina tahu bahwa Mirana membenci Davion, dia sendiri tidak bisa merubah situasi sekarang ini, karena ketika dia dipekerjakan, dia tidak hanya harus melindungi Mirana, tetapi juga menerima tugas untuk melindungi suami Mirana, terus terang saja, pria di dalam mobil, juga majikannya sendiri.
Kendaraan melaju di jalan dengan teratur, dan akhirnya sampai di Ohana.
Davion terus tersenyum seperti orang bodoh, tapi faktanya, perhatiannya selalu tertuju pada mobil yang ada di belakangnya, jelas terlihat bahwa dua truk pickup yang dia lihat sebelumnya selalu mengikuti di belakangnya.
Mobil mulai masuk menuju daerah perumahannya, Lina mengemudi berdasarkan arahan dari Mirana menuju rumah.
Tepat ketika sudah akan sampai rumah, Davion melihat jalan di depannya diblokir.
Di jalan umum ini, dua buah truk pickup sudah diparkir secara horizontal menghalangi semua jalan, mobil pasti tidak akan bisa lewat.
Lina membunyikan klakson dua kali, dua mobil di depan tetap tidak bergerak sama sekali, dengan enggan, Mirana harus meminta Lina lewat ke jalan lain, tetapi ketika Lina hendak mundur, dua truk pickup lagi melaju dari belakang, diparkir secara horizontal juga dan mengahalangi semua jalan.
Pada saat ini, Lina akhirnya mengerti ada yang tidak beres, dia meminta Mirana untuk tetap di dalam mobil dan keluar dari mobil seorang diri.
Lina baru saja membuka pintu mobil, dan total ada enam orang berjalan turun dari dua truk pickup yang baru saja diparkir di belakang, dengan senyum menyeringai di mulut mereka, seketika mereka mulai berjalan menuju Lina, semuanya memegang pisau tajam di tangan mereka, .
Pada saat yang sama, lima orang turun dari dua truk pickup yang memblokir jalan di depan, semuanya laki-laki, dan benar-benar sudah menutup jalan keluar.
"Gadis kecil, kamu sudah tahu situasinya sekarang ini, kami hanya ingin nyawa wanita di dalam mobil itu." Pemimpin dari gerombolan ini terus mengayunkan pisau di tangannya sambil berkata kepada Lina.
“Cuma segini?” Lina melihat ke sekitar sebelas orang yang ada, menunjukkan sebuah tatapan penuh hinaan.
"Gadis kecil, kalau kamu belum tahu apa yang akan terjadi, akan kuberitahi, yang pasti akan sangat mengerikan, kamu akan mati, karena kamu tidak sadar diri, aku tidak keberatan jika harus membunuh satu orang lagi sebagai tambahan! “ Pemimpin dari gerombolan pria ini berjalan menuju Lina, mengayunkan pisau di tangannya dan menusuk kearah wajah Lina dengan cepat.
Dalam adegan ini, Mirana, yang duduk di kursi penumpang depan, dapat melihat dengan jelas melalui kaca depan, ketika lawan mengayunkan pisaunya dan menusuk jiang jin dengan cepat, Mirana berteriak dan juga menutup matanya, jantungnya berdebar kencang.
Kapan dia pernah melihat adegan seperti intu, bahkan seorang pria, melihat seseorang akan membunuh orang lain, pasti juga akan takut.
“Boom!” Hanya terdengar sebuah suara, Mirana akhirnya membuka matanya, dia melihat bahwa pria yang baru saja ingin menusuk Lina dengan pisau sudah terpental sampai belakang, Lina sekarang sudah dikepung oleh beberapa orang dengan pisau di tangannya, setiap pisau ditusukan ke arah bagian vital Lina, Lina menghindar dengan cepat dan akurat lalu menyerang balik.
Mirana dengan gemetar mengeluarkan ponselnya, bersiap untuk memanggil polisi, tetapi dia sadar bahwa ponselnya sudah kehabisan baterai saat ini, Mirana dengan kesal melempar ponselnya ke samping, dia kemudian ingat bahwa masih ada satu orang lagi di kursi belakang, dengan cepat dia berteriak: "Davion, cepat! Panggil polisi! Panggil bagian kemanan perumahan ini!"
Mirana berteriak dan menyadari bahwa Davion tidak menjawabnya, dia berbalik dan ternyata Davion sudah tidak ada di kursi belakang, Mirana terdiam dan melihat sosok Davion, entah kapan sudah keluar dari mobil dan berlari menuju rumahnya sendirian, dia tidak berhenti sedetik pun, terlihat seperti dia sangat takut
Sikap pengecut Davion membuat Mirana semakin membencinya di dalam hatinya, bagaimana bisa dia mendapat seorang suami seperti itu!
Davion berlari ke dalam area perumahan, dia bisa melihat dengan jelas bahwa kesebelas orang itu sama sekali bukan lawan Lina, Lina sendirian dapat dengan mudah mengalahkan mereka, tidak ada yang bisa dilakukan oleh para pria itu.
Membuka pintu rumahnya, Davion melihat ke ruang tamu dan berkata dengan keras: "Apa gunanya menyelinap?"
"Hehe, aku tidak menyelinap, aku hanya tidak ingin ikut campur dengan para orang bodoh diluar sana, kamu bisa menemukanku itu berarti kamu punya kemampuan yang lumayan." Di tangga menuju ke lantai dua dari ruang tamu, seorang pria berjas berjalan turun, pria ini terlihat kurang dari 30 tahun dengan senyum tipis di wajahnya.
Saat Davion melihat pria ini, ekspresi di wajahnya tiba-tiba berubah dan penuh amarah, lantai yang sudah di sapu dan di pel olehnya sebelum pergi, sekarang diinjak-injak….. sangat kotor!
“Tsk tsk tsk, ekspresi marah di wajahmu itu, aku sangat menikmatinya lho, aku sudah biasa membunuh banyak orang, setiap kali aku melakukannya, hanya ada dua ekspresi yang diperlihatkan, takut dan marah.” Pria berjas itu dengan santai mengeluarkan sebatang rokok dari sakunya, memasukannya ke dalam mulutnya, menyesapnya dengan santai, menyipitkan matanya, lalu meniupkan asap tebalnya, dari situ dia terus melihat Davion.
"Matikan rokokmu! Istriku tidak suka ada yang merokok."
“Wih, kamu benar-benar pria yang peduli dengan keluargamu ya, kamu sebentar lagi akan mati, harusnya kamu tidak usah memikirkan hal-hal seperti itu.” Pria berjas itu sepertinya juga tidak terlalu terburu-buru untuk membunuh seseorang, ini juga kebiasaannya sebelum membunuh, dia harus menikmati reaksi targetnya sebelum mati, namun, kali ini reaksi targetnya adalah sesuatu yang belum pernah dia temui sebelumnya.
“Sudah kubilang matikan rokokmu!” Davion memberitahunya sekali lagi, kali ini dia sambil berjalan ke arah pria berjas itu.
“Bagaimana kalau aku tidak mau?” Pria berjas itu tersenyum, lalu menyesap rokoknya sekali lagi dan mengeluarkan asap tebal.
"Kalau begitu kamu harus mati!" Suara Davion tidak mengandung emosi yang berat, tapi matanya seperti raksasa yang ganas, menatap pria berjas itu.
Dalam pandangan Davion, pria berjas itu sudah merasa sedikit ketakutan, rasa takut ini sudah lumayan mengganggunya.
“Nak, kamu benar-benar cari mati!” Pria berjas itu melemparkan rokok yang masih menyala di tangannya ke Davion dengan ganas, dia tidak ingin bicara panjang lebar dengannya lagi, satu tangannya berubah menjadi seperti cakar, mencoba meremas tenggorokan Davion.
"Terlalu lambat." Suara santai Davion terdengar di telinga pria berjas itu.
Pria berjas itu terkejut, begitu dia ingin mengubah serangannya, dia merasakan rasa sakit yang luar biasa dari lengannya, rasa sakit ini membuat dia langsung berkeringat seketika, lengannya sudah patah!
Sebelum dia sempat bereaksi dengan apa yang baru saja terjadi, di tubuhnya, terasa tiga rasa sakit lainnya yang tidak lebih sama seperti yang dirasakan lengannya barusan, dalam sekejap lengan yang satunya lagi, dan juga kedua kakinya, semua sudah patah.
“Ya.” Mirana mengangguk.
Saat ini, Davion duduk di kursi belakang mobil Lina dengan tenang.
“Ayo berangkat, Nona Floria, kira ke rumahmu dulu.” Lina berkata langsung pada Mirana.
Mirana tidak punya pilihan selain ikut masuk ke mobil Lina, setelah dia duduk di kursi penumpang di sebelah Lina, dia sengaja memajukan kursinya lebih maju sampai tidak bisa ditarik lagi, dia ingin menjauhkan diri dari Davion sebanyak mungkin.
Davion sepertinya tidak menyadari seberapa banyak Mirana membencinya, dia duduk di sana sambil tersenyum dan terus berbicara dengan Lina, dia berkata bahwa dia belum pernah melihat Lina sebelumnya dan bertanya apakah Lina adalah karyawan baru.
Meskipun Lina tahu bahwa Mirana membenci Davion, dia sendiri tidak bisa merubah situasi sekarang ini, karena ketika dia dipekerjakan, dia tidak hanya harus melindungi Mirana, tetapi juga menerima tugas untuk melindungi suami Mirana, terus terang saja, pria di dalam mobil, juga majikannya sendiri.
Kendaraan melaju di jalan dengan teratur, dan akhirnya sampai di Ohana.
Davion terus tersenyum seperti orang bodoh, tapi faktanya, perhatiannya selalu tertuju pada mobil yang ada di belakangnya, jelas terlihat bahwa dua truk pickup yang dia lihat sebelumnya selalu mengikuti di belakangnya.
Mobil mulai masuk menuju daerah perumahannya, Lina mengemudi berdasarkan arahan dari Mirana menuju rumah.
Tepat ketika sudah akan sampai rumah, Davion melihat jalan di depannya diblokir.
Di jalan umum ini, dua buah truk pickup sudah diparkir secara horizontal menghalangi semua jalan, mobil pasti tidak akan bisa lewat.
Lina membunyikan klakson dua kali, dua mobil di depan tetap tidak bergerak sama sekali, dengan enggan, Mirana harus meminta Lina lewat ke jalan lain, tetapi ketika Lina hendak mundur, dua truk pickup lagi melaju dari belakang, diparkir secara horizontal juga dan mengahalangi semua jalan.
Pada saat ini, Lina akhirnya mengerti ada yang tidak beres, dia meminta Mirana untuk tetap di dalam mobil dan keluar dari mobil seorang diri.
Lina baru saja membuka pintu mobil, dan total ada enam orang berjalan turun dari dua truk pickup yang baru saja diparkir di belakang, dengan senyum menyeringai di mulut mereka, seketika mereka mulai berjalan menuju Lina, semuanya memegang pisau tajam di tangan mereka, .
Pada saat yang sama, lima orang turun dari dua truk pickup yang memblokir jalan di depan, semuanya laki-laki, dan benar-benar sudah menutup jalan keluar.
"Gadis kecil, kamu sudah tahu situasinya sekarang ini, kami hanya ingin nyawa wanita di dalam mobil itu." Pemimpin dari gerombolan ini terus mengayunkan pisau di tangannya sambil berkata kepada Lina.
“Cuma segini?” Lina melihat ke sekitar sebelas orang yang ada, menunjukkan sebuah tatapan penuh hinaan.
"Gadis kecil, kalau kamu belum tahu apa yang akan terjadi, akan kuberitahi, yang pasti akan sangat mengerikan, kamu akan mati, karena kamu tidak sadar diri, aku tidak keberatan jika harus membunuh satu orang lagi sebagai tambahan! “ Pemimpin dari gerombolan pria ini berjalan menuju Lina, mengayunkan pisau di tangannya dan menusuk kearah wajah Lina dengan cepat.
Dalam adegan ini, Mirana, yang duduk di kursi penumpang depan, dapat melihat dengan jelas melalui kaca depan, ketika lawan mengayunkan pisaunya dan menusuk jiang jin dengan cepat, Mirana berteriak dan juga menutup matanya, jantungnya berdebar kencang.
Kapan dia pernah melihat adegan seperti intu, bahkan seorang pria, melihat seseorang akan membunuh orang lain, pasti juga akan takut.
“Boom!” Hanya terdengar sebuah suara, Mirana akhirnya membuka matanya, dia melihat bahwa pria yang baru saja ingin menusuk Lina dengan pisau sudah terpental sampai belakang, Lina sekarang sudah dikepung oleh beberapa orang dengan pisau di tangannya, setiap pisau ditusukan ke arah bagian vital Lina, Lina menghindar dengan cepat dan akurat lalu menyerang balik.
Mirana dengan gemetar mengeluarkan ponselnya, bersiap untuk memanggil polisi, tetapi dia sadar bahwa ponselnya sudah kehabisan baterai saat ini, Mirana dengan kesal melempar ponselnya ke samping, dia kemudian ingat bahwa masih ada satu orang lagi di kursi belakang, dengan cepat dia berteriak: "Davion, cepat! Panggil polisi! Panggil bagian kemanan perumahan ini!"
Mirana berteriak dan menyadari bahwa Davion tidak menjawabnya, dia berbalik dan ternyata Davion sudah tidak ada di kursi belakang, Mirana terdiam dan melihat sosok Davion, entah kapan sudah keluar dari mobil dan berlari menuju rumahnya sendirian, dia tidak berhenti sedetik pun, terlihat seperti dia sangat takut
Sikap pengecut Davion membuat Mirana semakin membencinya di dalam hatinya, bagaimana bisa dia mendapat seorang suami seperti itu!
Davion berlari ke dalam area perumahan, dia bisa melihat dengan jelas bahwa kesebelas orang itu sama sekali bukan lawan Lina, Lina sendirian dapat dengan mudah mengalahkan mereka, tidak ada yang bisa dilakukan oleh para pria itu.
Membuka pintu rumahnya, Davion melihat ke ruang tamu dan berkata dengan keras: "Apa gunanya menyelinap?"
"Hehe, aku tidak menyelinap, aku hanya tidak ingin ikut campur dengan para orang bodoh diluar sana, kamu bisa menemukanku itu berarti kamu punya kemampuan yang lumayan." Di tangga menuju ke lantai dua dari ruang tamu, seorang pria berjas berjalan turun, pria ini terlihat kurang dari 30 tahun dengan senyum tipis di wajahnya.
Saat Davion melihat pria ini, ekspresi di wajahnya tiba-tiba berubah dan penuh amarah, lantai yang sudah di sapu dan di pel olehnya sebelum pergi, sekarang diinjak-injak….. sangat kotor!
“Tsk tsk tsk, ekspresi marah di wajahmu itu, aku sangat menikmatinya lho, aku sudah biasa membunuh banyak orang, setiap kali aku melakukannya, hanya ada dua ekspresi yang diperlihatkan, takut dan marah.” Pria berjas itu dengan santai mengeluarkan sebatang rokok dari sakunya, memasukannya ke dalam mulutnya, menyesapnya dengan santai, menyipitkan matanya, lalu meniupkan asap tebalnya, dari situ dia terus melihat Davion.
"Matikan rokokmu! Istriku tidak suka ada yang merokok."
“Wih, kamu benar-benar pria yang peduli dengan keluargamu ya, kamu sebentar lagi akan mati, harusnya kamu tidak usah memikirkan hal-hal seperti itu.” Pria berjas itu sepertinya juga tidak terlalu terburu-buru untuk membunuh seseorang, ini juga kebiasaannya sebelum membunuh, dia harus menikmati reaksi targetnya sebelum mati, namun, kali ini reaksi targetnya adalah sesuatu yang belum pernah dia temui sebelumnya.
“Sudah kubilang matikan rokokmu!” Davion memberitahunya sekali lagi, kali ini dia sambil berjalan ke arah pria berjas itu.
“Bagaimana kalau aku tidak mau?” Pria berjas itu tersenyum, lalu menyesap rokoknya sekali lagi dan mengeluarkan asap tebal.
"Kalau begitu kamu harus mati!" Suara Davion tidak mengandung emosi yang berat, tapi matanya seperti raksasa yang ganas, menatap pria berjas itu.
Dalam pandangan Davion, pria berjas itu sudah merasa sedikit ketakutan, rasa takut ini sudah lumayan mengganggunya.
“Nak, kamu benar-benar cari mati!” Pria berjas itu melemparkan rokok yang masih menyala di tangannya ke Davion dengan ganas, dia tidak ingin bicara panjang lebar dengannya lagi, satu tangannya berubah menjadi seperti cakar, mencoba meremas tenggorokan Davion.
"Terlalu lambat." Suara santai Davion terdengar di telinga pria berjas itu.
Pria berjas itu terkejut, begitu dia ingin mengubah serangannya, dia merasakan rasa sakit yang luar biasa dari lengannya, rasa sakit ini membuat dia langsung berkeringat seketika, lengannya sudah patah!
Sebelum dia sempat bereaksi dengan apa yang baru saja terjadi, di tubuhnya, terasa tiga rasa sakit lainnya yang tidak lebih sama seperti yang dirasakan lengannya barusan, dalam sekejap lengan yang satunya lagi, dan juga kedua kakinya, semua sudah patah.
Xi'an Perfect Planet Internet Technology Co., Ltd. (西安完美星球网络科技有限公司) © 2020 www.readmeapps.com All rights reserved